Selasa, 22 Desember 2009

Perceraian Berisiko Gangguan Mental

Penulis : Ikarowina Tarigan
PERNIKAHAN sangat bagus bagi kesehatan, tapi jika pernikahan berakhir, Anda berisiko lebih besar mengalami gangguan mental.

Sebuah studi yang melibatkan hampir 35,000 orang dari 15 negara menemukan, suami dan istri berisiko lebih kecil mengalami depresi dan kecemasan saat mereka bersama. Akan tetapi, perpisahan baik akibat cerai atau kematian meningkatkan risiko gangguan kesehatan mental. Perempuan cenderung menjadi objek pelecehan dan laki-laki cenderung mengalami depresi.

Survei yang dilakukan pakar psikologi klinis dari New Zealand's University of Otago Kate Scott ini didasarkan pada survei WHO mengenai kesehatan mental yang dilakukan sepuluh tahun lalu.

"Investigasi ini unik dan kuat karena sampelnya sangat besar dan melibatkan partisipan dari banyak negara dan data yang kami miliki tidak hanya mengenai depresi tetapi juga kecemasan dan objek penyalahgunaan," tutur Scott, seperti dikutip situs dailymail.

Selain itu, lanjut Scott, studi ini bisa melihat perbandingan kesehatan mental dalam perkawinan, baik saat menikah atau saat mengakhiri pernikahan. Studi ini, terang Scott, juga mendukung temuan studi sebelumnya yang menyatakan bahwa menikah lebih baik bagi kesehatan mental dibandingkan mereka yang tidak menikah.

"Studi kami menunjukkan bahwa hubungan pernikahan menawarkan banya manfaat kesehatan mental bagi laki-laki dan perempuan. Selain itu, stres dan gangguan yang berkaitan dengan perceraian membuat orang lebih berisiko mengalami gangguan mental." (OL-08)
http://www.mediaindonesia.com/mediahidupsehat/index.php/read/2009/12/22/1959/2/Perceraian-Berisiko-Gangguan-Mental

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.