Penulis : Eni Kartinah
SEJAK dua bulan lalu, Ujang, 45, mendapat 'tugas' baru. Lelaki warga Tanah Tinggi, Jakarta Pusat, yang mengelola bengkel motor, itu setiap pagi harus memastikan salah satu pekerjanya, Maryono, 21, menelan butir-butir obat antituberkulosis (OAT).
Menurut Ujang, Maryono yang tinggal bersamanya dinyatakan menderita Tb setelah menjalani pemeriksaan di sebuah klinik penyakit paru, Klinik Persatuan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia (PPTI) Baladewa, tidak jauh dari rumahnya.Sebagai orang terdekat Maryono, Ujang berperan sebagai pengawas menelan obat (PMO).
''Sebagai PMO saya wajib memastikan Maryono minum obatnya setiap pagi sebelum sarapan. Saya juga mengingatkan jadwal mengambil obat dan periksa ulang,'' jelas Ujang yang ditemui Media Indonesia, Sabtu (22/3).
Itulah gambaran tugas Ujang sebagai seorang PMO. Keberadaan PMO merupakan bagian dari strategi Directly Observed Treatment, Shortcourse Chemotherapy (DOTS), yakni sebuah strategi yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk mengobati penyakit tuberkulosis (Tb).
Tb merupakan salah satu penyakit yang menjadi perhatian WHO. Hal itu tak lepas dari banyaknya penderita Tb di dunia dan tingginya angka kematian yang diakibatkan, serta sifatnya yang menular.Berbagai program penanggulangan Tb sejak lama telah digencarkan, termasuk penetapan pada 24 Maret sebagai Hari Tb Sedunia.
Tahun ini merupakan ke-126 kalinya Hari Tb Sedunia diperingati. Tema yang diangkat WHO adalah I'm Stopping Tb.Di Indonesia, tema tersebut diadopsi menjadi Ayo berantas tuntas Tb!. Tema tersebut untuk menggugah semua pihak agar peduli dan turut berperan dalam upaya penanggulangan Tb.
Dalam laporan WHO yang dirilis pekan lalu, pada 2006 terdapat sekitar 14 juta penduduk dunia terinfeksi Tb. Sebanyak 9,2 juta di antaranya merupakan kasus Tb baru. Keberadaan para penderita Tb tersebut tersebar di beberapa negara termasuk Indonesia. Bahkan, Indonesia menduduki peringkat ketiga setelah India dan China sebagai negara dengan jumlah penderita Tb menular terbanyak di dunia.
Menurut Direktur Jenderal pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Departemen Kesehatan RI Nyoman Kandun, total jumlah penderita Tb di Indonesia saat ini diperkirakan 578.410 orang. Tb di Indonesia mengakibatkan kematian rata-rata 240 orang per hari.Mengingat banyaknya penderita Tb di Indonesia, program pemberantasan Tb sudah menjadi program nasional yang melibatkan berbagai pihak.
''Dalam penanggulangan Tb, pemerintah Indonesia menerapkan strategi DOTS yang ditetapkan WHO. Sejauh ini hasilnya cukup bagus, melebihi standar WHO,'' ujar Kandun.
Kandun menambahkan, dilihat dari parameter angka penemuan penderita (case detection rate/CDR) misalnya, Indonesia telah mencapai angka 76%. Artinya, dari total penderita Tb di Indonesia, sebanyak 76%-nya berhasil ditemukan dan diobati.Angka tersebut melebihi standar WHO yang sebesar 70%. Begitu pun pada parameter angka kesembuhan (cure rate), Indonesia yang memiliki angka kesembuhan 87%, juga melebihi standar WHO yakni 85%.
''Dalam pemberantasan Tb, upaya menemukan dan mengobati penderita menjadi salah satu kunci keberhasilan. Karena dengan menemukan dan mengobati penderita hingga sembuh berarti memberantas sumber penularan,'' ujar Kandun.
Dalam upaya memberantas Tb, di bidang kesehatan pemerintah menyediakan obat gratis bagi para penderita Tb. Fasilitas berobat Tb secara gratis dapat diperoleh masyarakat pada puskesmas, rumah sakit pemerintah, Balai Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Paru (BP4), serta sejumlah penyedia layanan kesehatan lain yang ditetapkan pemerintah.
http://www.mediaindonesia.com/mediahidupsehat/index.php/read/2008/03/03/29/2/Setiap_Hari_240_Orang_Meninggal_akibat_Tuberkulosis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.