Jakarta, Kompas - .Kadar gula darah yang tidak terkontrol pada pengidap diabetes dapat menyebabkan berbagai komplikasi. Salah satu kondisi buruk dan mahal ialah gagal ginjal yang menyebabkan pengidap terpaksa cuci darah.
”Pasien cuci darah terbanyak biasanya pengidap diabetes dan kemudian diikuti darah tinggi,” ujar Dante Saksono Harbuwono, spesialis penyakit dalam dari Divisi Metabolik dan Endokrin Universitas Indonesia dalam acara ajang wicara tentang diabetes pada Women Health Expo, Jumat (5/2).
Sekadar gambaran, pada studi di Amerika, dari 100 persen pasien cuci darah sekitar 43 persen di antaranya merupakan pengidap diabetes, 28 persen pengidap darah tinggi, dan selebihnya karena penyakit lain.
Penyakit kronis
Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang timbul akibat kadar gula darah yang tinggi. Kadar gula darah tinggi itu disebabkan
ketidakmampuan tubuh memproduksi hormon insulin atau penggunaan yang tidak efektif dari produksi insulin.
Gula darah dapat meningkat karena makanan, stres, sakit, dan obat-obatan tertentu.
Dante mengatakan, apabila gula darah tidak terkontrol, dapat terjadi komplikasi. Komplikasi berhubungan dengan perubahan metabolik. Di ginjal, misalnya, terjadi gangguan atau perubahan pada sirkulasi serta fungsi penyaringan.
Di dalam ginjal terdapat jutaan pembuluh darah kecil yang berfungsi sebagai penyaring guna mengeluarkan produk sisa dari darah. Kadar gula darah yang tinggi membuat ginjal menyaring terlalu banyak darah.
Setelah beberapa tahun, sistem penyaring akan bocor sehingga protein keluar di urine. Kerja ginjal yang berat tersebut menyebabkan ginjal kehilangan kemampuan menyaring darah sehingga terjadi gagal ginjal. Kontrol terhadap gula darah dan tekanan darah akan memperkecil kemungkinan kerusakan ginjal.
”Tekanan darah juga harus dijaga agar tidak tinggi karena ikut berpengaruh terhadap fungsi juga,” ujarnya. Cara menjaga kadar gula darah dan tekanan darah, antara lain, yaitu dengan diet yang tepat, olahraga teratur, dan konsumsi obat jika diperlukan.
Timbunan lemak
Komplikasi lainnya ialah gangguan terhadap jantung. Sekitar 75-80 persen kematian pada diabetes karena kelainan jantung dan pembuluh darah. Hal ini karena timbulnya timbunan lemak di pembuluh darah sehingga aliran darah terhambat. Jika itu terjadi di pembuluh darah jantung, dapat menimbulkan serangan jantung.
Selain itu, komplikasi juga dapat menimpa pembuluh darah lain di mata (kebutaan), kelamin, kaki, dan otak.
Faktor pencetus diabetes melitus, antara lain, adalah kurang gerak, makan berlebihan, kehamilan, dan kekurangan produksi hormon insulin. Diabetes tidak dapat disembuhkan, tetapi kadar gula darah dapat dikendalikan sehingga berbagai komplikasi dapat dicegah.
Dante mengatakan, masalah diabetes tipe II semakin serius. Jumlah pengidap terus bertambah. Di Jakarta, misalnya, tahun 1980, prevalensi diabetes sebesar 2,8 persen dan pada 2005 menjadi 12,1 persen.
Salah satu kendala penanganan diabetes adalah pasien tidak mencari informasi yang benar dan mencoba mengobati sendiri. Pengidap, misalnya, beranggapan, mengonsumsi yang pahit-pahit, seperti brotowali, pare, atau buah mengkudu, akan melawan diabetes.
Sering kali setelah mengonsumsi bahan-bahan itu pengidap lalu tidak melakukan kontrol lagi terhadap penyakitnya. Persoalan lain ialah kepatuhan pengidap yang rendah. Setelah tidak ada gejala kemudian pola hidup pengidap kembali buruk. (INE)
http://m.kompas.com/news/read/data/2010.02.06.03484463
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.