Selasa, 22 Desember 2009

Anak Sehat dengan ASI dan Imunisasi

Penulis : Ikarowina Tarigan
KESEHATAN anak di dunia khususnya di negara yang sedang berkembang masih tergolong rendah. 11 juta anak di bawah 5 tahun meninggal setiap tahunnya. Empat juta dari anak ini masih berusia di bawah 1 minggu atau bulan. Sedang jutaan lainnya hidup dengan gangguan kesehatan dan perkembangan.

Kematian pada anak ini, umumnya dipicu oleh faktor yang masih bisa dicegah, seperti kurang gizi dan infeksi. Anak-anak Indonesia yang berjumlah sekitar 30% dari populasi total harus bisa diselamatkan sejak dini dengan upaya pemberian air susu ibu (ASI) dan imunisasi. Pernyataan ini disampaikan oleh satgas Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr.I Gusti Ayu Nyoman Partiwi, SpA, MARS, dalam seminar yang bertema ASI dan imunisasi di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Para ibu, terang Partiwi, sebaiknya memastikan kecukupan gizi dan pembentukan daya tahan tubuh bayi dengan melakukan pemberian ASI ekslusif selama 6 bulan pertama dan dilanjutkan selama dua tahun ke depan dengan dibantu makanan pendamping. Tidak perlu cemas mengenai kekurangan nutrisi. Hasil penelitian, menurut Partiwi, telah membuktikan kalau kebutuhan bayi sampai usia 6 bulan cukup hanya dengan ASI saja.

Otak bayi yang baru lahir, lanjut Partiwi, sudah terbentuk hingga 90% berupa serabut-serabut sederhana yang belum terbungkus. Pada masa ini, menurut dia, ASI sangat berperan penting. Nutrisi dari ASI berfungsi menghubungkan serabut-serabut yang terputus sehingga membentuk sinaps-sinaps. Selain itu, kandungan laktosa yang terdapat dalam ASI berfungsi untuk membentuk lapisan myelin yang berfungsi melapisi saraf-saraf tersebut."Dengan adanya lapisan pembungkus, maka otak bisa dengan cepat menerima rangsangan," tutur Partiwi.

Apa bedanya dengan susu formula? Menurut partiwi, susu formula berusaha meniru ASI. Tapi ASI tetap jauh lebih baik. ASI, terang Partiwi lagi, mengandung komposisi yang akan berubah. Pada 7 hari pertama, komponen ASI yang keluar dikenal dengan nama kolostrum, ASI yang sangat konsentrat. Kolostrum pada hari pertama, menurut Partiwi, jauh lebih baik daripada hari ke-2."Jadi, sebaiknya pastikan bayi dan ibu tidak dipisah di rumah sakit," tegas Partiwi.

Begitu bayi lahir dan dibersihkan, menurut Partiwi, tidak perlu di pisah ke ruang bayi tapi dibiarkan bersentuhan dengan ibu. Detak jantung dan sentuhan dengan kulit ibu, terang Partiwi, merupakan stimulasi yang akan membantu perkembangan bayi. Penyatuan ruang antara ibu dan bayi dengan segala keuntungan stimulasi tersebut, terang Partiwi, terbukti bisa menurunkan angka kematian bayi hingga 22%.

Selain komposisi kolostrum ini, ASI juga mengandung laktosa yang kadarnya jauh lebih tinggi dibandingkan susu formula. Tingginya kadar laktosa ini, terang dia, merupakan pemicu bayi sering diare pada awal-awal kelahiran. Tapi para ibu tidak perlu cemas karena hal ini juga dipicu oleh sistem pencernaan bayi yang belum sempurna pada 16 minggu pertama."Tapi bisa dilihat dengan berat badan yang akan terus bertambah."

Bagaimana dengan kandungan protein? Susu formula, terang dia, memiliki kandungan protein yang tinggi. Tapi 80% diantaranya adalah casein yang sulit dicerna. Sedang ASI mengandung jenis protein whey yang mudah dicerna. Hal ini, terang dia, akan membuat bayi sering menangis, sedang protein yang sulit dicerna dari susu formula membuat bayi tertidur.Yang lebih baik lagi, lanjut dia, ASI mengandung enzim lipase yang berfungsi mencerna DHA. ASI juga mengandung zat besi yang lebih mudah dicerna. Selain itu, ASI juga mengandung laktoferin yang berfungsi mempercepat penyerapan zat besi.

Kekebalan

Bagaimana cara menyusui yang baik? Partiwi menyarankan agar para ibu relaks dan memberi ASI dalam jangka waktu yang cukup lama. Hal ini agar bayi benar-benar mendapatkan komposisi fore milk (cairan bening) dan komposisi hind milk (kental) dari ASI."Tidak bisa diukur waktu yang tepat, tapi jika cukup lama, bayi juga akan mendapatkan hind milk." Fore milk, terang Partiwi, mengandung DHA dan zat kekebalan pasif dari ibu. Sedang hind milk mengandung lemak yang berfungi untuk menambah berat badan bayi.

Bagaimana kalau ibu sakit? Partiwi menganjurkan agar ibu tidak berhenti menyusui, kecuali jika ibu sedang menjalani kemoterapi atau terdiagnosis HIV. Di saat sakit, terang dia, sel darah putih akan membentuk kekebalan yang diedarkan ke seluruh tubuh termasuk ke ASI. Dengan begitu, anak juga mendapatkan zat kekebalan dari ibu."kalau flu ibu bisa memakai masker, atau kalau cacar cukup diperah saja."

ASI, menurut partiwi, bisa mencukupi kebutuhan nutrisi dan menjaga sistem kekebalan tubuh bayi hingga usia 6 bulan. Seiring pertambahan usia, lanjut dia, imunisasi pasif yang didapat dari antibodi maternal ini akan semakin berkurang karena tidak dibuat oleh tubuh sendiri. Karena itu, menurut Dia, orangtua selanjutnya harus membawa anak melakukan imunisasi. (OL-08)
http://www.mediaindonesia.com/mediahidupsehat/index.php/read/2009/08/08/1488/2/Anak_Sehat_dengan_ASI_dan_Imunisasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.