Kamis, 24 Desember 2009

Puasa Aman untuk Penderita Penyakit Kronis

Puasa di bulan Ramadhan adalah kewajiban bagi kaum muslim. Namun pada kondisi tertentu, umat Islam diperbolehkan tidak berpuasa, misalnya orang lanjut usia atau tengah menderita sakit. Namun ada kiat khusus bagi penderita penyakit kronis ataupasien geriatri agar mampu menjalankan puasa dengan baik dan tidak menimbulkan gangguan kesehatan.

Beberapa waktu lalu menjelang bulan puasa, Depertemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI mengadakan seminar Tetap Sehat dan Bugar selama Puasa. Puasa berarti membatasi jumlah kalori yang masuk ke tubuh. Berbagai penelitian pada binatang menunjukkan bahwa pembatasan kalori bisa memperpanjang usia harapan hidup, meningkatkan kesehatan secara umum, menurunkan risiko berbagai penyakit dan sebagainya.

Untuk pasien geriatri, DR. Dr. Siti Setiati SpPD, KGer, MEpid, menjelaskan cara aman untuk kaum sepuh berpuasa. Survei Poliklinik Geriatri RSCM menunjukkan, sebagian besar pasien geriatri berpuasa di bulan Ramadhan, jumlahnya mencapai 76,50%. Mereka adalah pasien berusia 64-83 tahun dengan penyakit hipertensi, osteoartritis, diabetes melitus, menderita instabilitas dan penyakit arteri koroner.

Kebutuhan kalori pasien geriatri saat puasa sama dengan ketika tidak berpuasa. Untuk mencukupi kebutuhan kalori selama puasa, Siti Setiati menyarankan, pada saat sahur minimal tubuh mendapat 40% kalori, saat buka 50% kalori, dan sesudah tarawih 10% kalori. Yang perlu diperhatikan, adalah jangan sampai kekurangan cairan. Konsumsi cairan minimal 30-50 cc/kg BB/hari atau 8-10 gelas yang bias didapatkan saat buka, sahur maupun waktu sebelum tidur dan sesudah shalat tarawih. HIndari minum the/kopi karena akan memperbanyak kencing.

Dr. Dante Saksono Herbuwono dari Divisi Metabolik Endokrin menjelaskan puasa pada penderita diabetes melitus. Pada pasien DM, puasa akan merubah beban kerja sisitem metabolisme energi dan lemak. Puasa juga akan menurunkan gula puasa dan insulin. Pada pasien DM, energi saat puasa diperoleh dari cadangan energi melalui pembakaran lemak, cadangan di otot dan produksi di hati. Dengan begitu, kebutuhan energinya terpenuhi.

Untuk obat-obatan diabetes, perlu dilakukan penyesuaian dosis dan waktu pemberian. Bagi yang memerlukan suntikan insulin dua kali atau lebih disarankan tidak berpuasa. Pemantauan kadar gula harus terus dilakukan untuk mewaspadai kemungkinan hipoglikemia.

Selaian usia lanjut dan penderita diabetes, penderita gangguan lambung atau sakit maag kadang juga tidak berpuasa. Pada saat berpuasa, terutama setelah 6-8 jam kosong, akan terjadi peningkatan asam lambung yang dapat menyebabkan gejala sakit maag. Padahal, menurut Dr Ari Fahrial Syam SpPD, KGEH, penderita sakit maag dapat berpuasa terutama bila sakit maagnya hanya gangguan fungsional. Pasien sakit maag fungsional biasanya sakit maagnya timbul akibat makan tidak teratur, kebiasaan makan camilan berminyak dan minum minuman bersoda, dan juga merokok. Justru dengan puasa makannya menjadi teratur, dan kebiasaan makan tidak segat bias dihindari. Dengan demikian selama berpuasa penderita sakit maag fungsional akan lebih sehat dan keluhan sakit maagnya berkurang.

Diet sehat untuk penderita gangguan lambung selama puasa adalah, menghindari makanan yang banyak mengandung gas (nangka, kol), makanan yang merangsang pengeluaran asam lambung (kopi, minuman bersoda, alkohol), makanan yang sulit dicerna, makanan yang bisa merusak dinding lambung (cuka, merica, cabai), dan makanan yang melemahkan klep kerongkongan bawah sehingga menyebabkan cairan lambung dapat naik ke kerongkongan (alkohol, coklat, makanan berlemak).
(ana)

http://www.majalah-farmacia.com/rubrik/one_finenews.asp?IDNews=131

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.