Mulai besok hingga sebulan penuh, semua umat Islam menjalani ibadah wajib yang disebut dengan puasa. Adakalanya karena kondisi kesehatan yang tidak memungkinkan, ibadah berpuasa terpaksa ditinggalkan.Misalnya pada penderita diabetes melitus. Penyakit yang sering juga disebut kencing manis atau penyakit gula ini adalah suatu penyakit kronik yang tidak bisa disembuhkan. Tetapi meskipun tidak bisa disembuhkan, kadar gula darah bisa dikendalikan sehingga diharapkan penderitanya dapat terhindar dari komplikasi akut maupun kronik.
Penderita diabetes bisa hidup normal seperti orang-orang yang tidak mengidap diabetes, termasuk dalam hal berpuasa. Pertanyaan yang sering timbul adalah, apakah penderita diabetes boleh berpuasa? Dengan berpuasa apakah akan berbahaya atau justru bisa mengendalikan kadar gula darahnya?
Banyak penelitian tentang penderita diabetes yang berpuasa, yang semuanya memperlihatkan tidak adanya efek buruk yang terjadi selama berpuasa. Asalkan, glukosa darah cukup terkontrol dan mengikuti petunjuk dokter.
Pada penderita diabetes, terdapat kekurangan jumlah dan atau kualitas insulin, sehingga kemampuan menyimpan sisa energi yang masuk menjadi berkurang. Untuk penderita yang gula adrahnya terkontrol, cadangan energinya madsih relatif cukup baik. Tapi pada penderita diabetes yang tidak terkontrol, masalahnya adalah cadangan energi tidak mencukupi, sehingga akan terjadi pemecahan sumber energi lain seperti lemak lebih awal yang mengandung risiko terjadinya komplikasi akut (ketoasidosis). Atau bila tidak berhati-hati dalam pengaturan obatnya, bisa mengakibatkan hipoglikemi.
Dr. Imam Subekti SpPD membagikan tips cara berpuasa bagi penderita diabetes dalam buku Tips Berpuasa Ramadhan Pada Berbagai Penyakit Kronis.
Untuk memudahkan panduan berpuasa pada penderita diabetes, maka penderita diabetes dibagi menjadi beberapa kelompok.
Kelompok I
Yang termasuk dalam kelompok ini adalah penderita diabetes yang kadar gula darahnya terkontrol dengan perencanaan makanan dan olahraga. Penderita diabetes kelompok ini bisa berpuasa tanpa masalah dengan tetap memperhatikan pengaturan makan dan aktivitas fisik.
Kelompok II
Yang termasuk dalam kelompok ini adalah penderita diabetes yang memerlukan obat diabetes untuk mengontrol kadar gula darahnya. Untuk yang membutuhkan dosis tunggal dan kecil, misalnya 1 kali sehari, maka ia bisa menggeser waktu minum obat. Yakni dari pagi hari ke sore hari saat berbuka puasa.
Sedangkan yang membutuhkan obat diabetes dengan dosis lebih tinggi dan lebih dari satu kali sehari (misal pagi dan sore hari), maka bisa berpuasa dengan menggeser minum obat. Obat yang biasa diminum pagi digeser ke sore waktu berbuka dan obat yang biasa diminum sore digeser saat sahur.
Apabila biasa minum obat 3 kali sehari, maka obat pagi dan siang diminum pada saat berbuka, dan obat sore digeserkan saat makan sahhur dengan dosis setengahnya.
Kelompok III
Yang termasuk dalam kelompok ini adalah penderita diabetes yang membutuhkan/tergantung insulin. Untuk yang membutuhkan suntikan insulin satu kali sehari, suntikan insulin bisa digeser ke saat berbuka. Sebenarnya untuk kelompok ini dengan motivasi yang kuat dan pemantauan yang baik, dan dengan pengawasan ekstra ketat, khususnya bagi yang berisiko hipoglikemia, bisa melakukan ibadah puasa.
Tetapi bagi penderita yang mebutuhkan insulin dua kali atau lebih dalam sehari, kelompok ini dianjurkan tidak berpuasa,karena dianggap gula darahnya tidak stabil.
Pasien yang membutuhkan kombinasi obat diabetes oral dan insulin satu kali sehari, boleh tetap berpuasa dengan pengaturan minum obat seperti pada kelompok II dan suntikan insulin saat berbuka.
Sedangkan kelompok yang membutuhkan kombinasi obat diabetes oral dan insulin dua kali atau lebih dalam sehari, dianjurkan tidak berpuasa karena dianggap gula darahnya tidak stabil.
Bagaimana Pola Makannya?
1. Di dalam perencanaan makan penderita diabetes yang berpuasa, jumlah asupan kalori sehari selama bulan puasa kira-kira sama dengan jumlah asupan kalori sehari-hari yang dianjurkan saat tidak berpuasa.
2. Yang perlu diatur adalah pembagian porsi makan sebagai berikut: 40% dikonsumsi waktu sahur, 50% waktu berbuka, dan 10% malam sebelum tidur (sesudah sholat tarawih).
3. Makan sahur sebaiknya dilambatkan.
4. Lakukan aktivitas fisik sehari-hari dengan wajar seperti biasa. Dianjurkan untuk istirahat setelah Dzuhur.
5. Terus lakukan pemantauan terhadap kadar gula darah dengan glukometer, jangan sampai terjadi hipoglikemia, yakni kadar gula darah yang terlalu rendah.
http://www.majalah-farmacia.com/rubrik/one_finenews.asp?IDNews=85
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.