Selasa, 22 Desember 2009

Tinggi Lagi Cerdas

TEMPO Interaktif, Adri, 7 tahun, uring-uringan sepulang berlatih sepak bola. "Aku diolok-olok si pendek. Semua badan teman-temanku tinggi. Aku enggak mau lagi latihan sepak bola," ia merajuk sambil menangis.

Alin, sang ibu, menghela napas panjang berusaha membujuk agar buah hatinya tidak ngambek berkepanjangan. "Cup, cup, nak kita ke dokter, ya, mencari tahu supaya tinggi badanmu bisa bertambah," sang ibu menghibur.

Masalah tinggi badan yang dialami Adri sepintas sepele. Namun hal ini menjadi kekhawatiran utama pada anak. Apalagi sekarang yang identik tentang gizi lebih baik memberikan kesempatan tumbuh dan berkembang lebih pesat dalam hal fisik, psikis, dan pikiran.

Tapi tak banyak orang tua memperhatikan bahwa tinggi badan merupakan salah satu parameter penting bagi pertumbuhan anak. Padahal, "Tinggi badan merupakan hal yang paling mudah untuk diamati," kata Heru Kuntjoro Adiutama, Direktur Pemasaran PT Fonterra Brand Indonesia, dalam acara tentang tinggi badan yang diadakan produsen susu itu di Jakarta pekan lalu.

Ia melanjutkan, tinggi badan tidak hanya dipengaruhi faktor genetik atau hormonal. Nutrisi adalah faktor yang berperan penting. Dokter Briliantono M. Soenarwo, dari Halimun Medical Centre, membenarkan bahwa asupan nutrisi mempunyai peranan penting bagi proses tumbuh-kembang anak. Terlebih lagi pada usia bayi sampai dengan remaja, saat pertumbuhan dan perkembangan utama, seperti tulang, gigi, otak, saraf, dan fisik. "Pertumbuhan organ ini memerlukan asupan nutrisi yang optimal secara seimbang."

Menurut Briliantono, pada anak-anak berumur 4-8 tahun, disarankan mengkonsumsi 800 miligram kalsium per hari untuk pertumbuhan tulang dan mengoptimalkan massa/kepadatan tulang. Selain itu, vitamin D penting bagi anak, karena membantu tubuh menyerap kalsium lebih efektif.

Orang tua wajib menjaga asupan nutrisi yang optimal dan seimbang pada periode keemasan pertumbuhan sang anak. Itu untuk mengurangi risiko tumbuh-kembang tidak optimal pada anak, yang salah satu indikatornya adalah tinggi anak yang tak sesuai dengan umurnya.

Dia lalu mengutip penelitian tentang konsumsi susu yang ditambahkan kalsium selama dua tahun pada anak usia 3-10 tahun di Cina. Hasilnya menunjukkan bahwa mereka yang mengkonsumsi susu tubuhnya menjadi lebih tinggi serta memiliki jumlah dan kepadatan mineral dalam tulang yang lebih banyak, sehingga tulang lebih kuat.

Sementara itu, pada anak yang tidak minum susu, asupan kalsiumnya lebih rendah, tubuhnya lebih gemuk, atau mengalami obesitas. "Anak-anak ini lebih pendek dan memiliki jumlah serta kepadatan mineral dalam tulang yang lebih sedikit, sehingga tulangnya lebih rapuh dan rentan mengalami patah tulang," ujarnya.

Ia menambahkan, pemberian susu kepada anak-anak juga memerlukan cara dan waktu yang tepat, sehingga manfaat susu dapat terserap dengan optimal oleh tubuh. Briliantono menyarankan memberikan susu kepada anak sebanyak 400 miligram pada pagi hari, ketika mereka membutuhkan energi, dan 400 miligram menjelang tidur malam. "Itu akan membantu sel beregenerasi dan bertumbuh dengan optimal," ujarnya.

Briliantono menjelaskan, tinggi dan berat badan sebagai indikator tumbuh-kembang yang utama. Dia mencontohkan, pada anak usia 3-12 tahun, rata-rata badannya bertambah tinggi 7,5-10 sentimeter dan pertambahan berat badannya 2,5-3,5 kilogram.

Bila tumbuh-kembangnya tidak baik, tinggi badan tak bertambah optimal atau ia cenderung bertubuh lebih pendek dari anak-anak seusianya. "Lalu berat badannya tidak bertambah atau berkurang, dan perkembangan fisik serta intelektualnya terganggu," ia melanjutkan.

Gangguan perkembangan intelektualitas ini diperkuat oleh sebuah penelitian dari University of Bristol: ada hubungannya antara tinggi badan dan IQ. Sang peneliti, Profesor David Gunnell dan kawan-kawannya, mengukur tingkat Insulin Growth Factor (IGF-I) dalam darah pada 547 anak-anak dan tes kecerdasan.

Peneliti, seperti ditulis dailymail.co.uk, membandingkan tingkat IGF-I anak-anak yang diteliti serta menemukan hubungan signifikan antara hormon pertumbuhan dan kecerdasan. Dikatakan bahwa setiap 100 nanogram per mililiter peningkatan IGF-I, IQ meningkat tiga poin. Hormon pertumbuhan dianggap mempengaruhi perkembangan otak.

Di luar nutrisi ini, gangguan kesehatan pada anak juga bisa berakibat pada pencapaian tinggi badan yang tidak optimal. Jadi, sekali lagi, orang tua perlu memperhatikan betul proses pertumbuhan buah hatinya. HADRIANI P
http://www.tempointeraktif.com/hg/kesehatan/2009/12/10/brk,20091210-212903,id.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.