JAKARTA - Stres bukan hal sepele, kondisi mental tak stabil itu memberikan dampak yang beranekan macam. Salah satu dampak yang cukup mengerikan yaitu stroke. Beban kerja yang tinggi, masalah keuangan, tekanan hidup yang berat, atau keinginan yang tidak tercapai tanpa disadari bisa menyebabkan efek jangka panjang pada fisik dan mental.
Spesialis Bedah Syaraf dari RS Mayapada Tanggerang, dr Syafrizal Abubakar SpBS mengatakan stres menjadi pemicu kuat terjadinya stres. "Stres menyumbang hingga 20% penyebab stroke," ungkapnya saat seminar stroke di RS Mayapada Tanggerang. Perasaan stres dijelaskan Syafrizal kerap menimbulkan banyak penyakit, salah satunya darah tinggi dan stroke.
Stres yang tak terkendali akan memicu naiknya tekanan darah dan berisiko terkena serangan jantung. Stres dapat pula menaikkan kadar kolesterol dalam darah. "Kondisi ini yang nantinya membuat pembuluh darah tersumbat, sehingga penderita rentan terhadap stroke," katanya.
Stres memang kondisi yang sulit dihindari. Namun dengan mengelola stres dengan baik maka resiko terkena stroke dapat berkurang. Penelitian terbaru Universitas Cambridge, Inggris, yang dipublikasikan dalam Journal Stroke, menunjukkan orang yang mampu mengelola stres yang dideritanya, mengurangi resiko stroke sebesar 24 persen. Kesimpulan tersebut dihasilkan para peneliti setelah mengikuti riwayat kesehatan 20.000 orang selama tujuh tahun.
Mengelola stres dengan baik tidak hanya memperkecil resiko terkena stroke tapi juga membuat seseorang memiliki gaya hidup lebih sehat, misalnya menghindari alkohol, rokok, dan rajin berolah raga. Gaya hidup sehat tersebut yang menjauhkan tubuh terserang penyakit berbahaya termasuk stroke.
Tidak sulit mengelola stres dengan baik jika seseorang menyadari datangnya stres lebih awal. Dan setiap orang memiliki kemampuan untuk mengelola stres dengan baik, misalnya relaksasi. Merawat tubuh salah satu cara untuk mengusir stres. Cobalah berendam di air hangat untuk mengendurkan otot-otot tubuh yang kaku, melakukan pijatan untuk memperlancar aliran darah.
Selain memanjakan diri, olah raga juga dapat membuat tubuh terhindar dari stroke. Biasakan setiap hari Anda melakukan olah raga ringan seperti joging, jalan kaki atau aerobik. Dengan berolah raga tubuh akan terasa bugar dan pikiran pun menjadi lebih positif. Sehingga segala beban hidup dapat dihadapi dengan baik dan bijaksana.
Bergaya hidup sehat merupakan kunci utama agar tubuh dan jiwa tidak stres. Dengan menghindari makanan yang tidak sehat seperti junk food dan makanan yang mengandung MSG, plus tidur cukup sangat membantu Anda untuk terhindar dari stres dan tentunya stroke./cr1/itz
http://republika.co.id/berita/40355/Kelola_Stres_Hindarkan_Stroke
Minggu, 27 Desember 2009
Jogging, Sehat dan Cegah Diabetes
JAKARTA - Mau terhindar dari resiko diabetes? Tidak ada salahnya setiap hari melakukan jogging atau bahkan berlari cepat selama 30 menit. Olahraga lari rupanya membawa banyak manfaat.
"Sebenarnya kesehatan itu hanya diperoleh dengan berlari selama 7,5 menit perhari," kata Dokter James A Timmons Dari Heriot-Watt University, Edinburgh, Skotlandia.
Timmons dan para koleganya meneliti 16 pria berusia 20 tahun. Mereka diminta menjalanai enam sesi latihan fisik. Setiap sesi antara lain terdiri dari sprint selama 6 hingga 30 detik, diselingi empat menit istirahat. Setelah beristirahat mereka diminta berlari lagi. Sehingga total latihan tersebut mencapai 17 hingga 26 detik.
Latihan tersebut dilakukan selama dua pekan. Mereka juga diberi larutan manis setiap hari. Ternyata kadar gula mereka tetap normal. PAdalah menurut penelitia laruta glukosa biasanya menaikkan kadar gula darah di atas normal.
Timmons menganjurkan agar setiap orang melakukan latihan olahraga intensif setiap hari. Selain jogging olahraga yang juga bisa dilakukan adalah bersepeda kencang atau lari menaiki tangga dua kali dalam sepekan.
Khusus penderita diabetes berusia 20 - 40 tahun, dianjurkan meningkatkan aktivitas fisik secara bertahap di bawah pengawasan dokter. "Kuncinya kita lebih baik berolahraga rutin 7,5 menit setiap hari ketimbang berlari selama 30 menit tetapi hanya satu kali dalam setahun," ujarnya/reuters/itz
http://republika.co.id/berita/39402/Jogging_Sehat_dan_Cegah_Diabetes
"Sebenarnya kesehatan itu hanya diperoleh dengan berlari selama 7,5 menit perhari," kata Dokter James A Timmons Dari Heriot-Watt University, Edinburgh, Skotlandia.
Timmons dan para koleganya meneliti 16 pria berusia 20 tahun. Mereka diminta menjalanai enam sesi latihan fisik. Setiap sesi antara lain terdiri dari sprint selama 6 hingga 30 detik, diselingi empat menit istirahat. Setelah beristirahat mereka diminta berlari lagi. Sehingga total latihan tersebut mencapai 17 hingga 26 detik.
Latihan tersebut dilakukan selama dua pekan. Mereka juga diberi larutan manis setiap hari. Ternyata kadar gula mereka tetap normal. PAdalah menurut penelitia laruta glukosa biasanya menaikkan kadar gula darah di atas normal.
Timmons menganjurkan agar setiap orang melakukan latihan olahraga intensif setiap hari. Selain jogging olahraga yang juga bisa dilakukan adalah bersepeda kencang atau lari menaiki tangga dua kali dalam sepekan.
Khusus penderita diabetes berusia 20 - 40 tahun, dianjurkan meningkatkan aktivitas fisik secara bertahap di bawah pengawasan dokter. "Kuncinya kita lebih baik berolahraga rutin 7,5 menit setiap hari ketimbang berlari selama 30 menit tetapi hanya satu kali dalam setahun," ujarnya/reuters/itz
http://republika.co.id/berita/39402/Jogging_Sehat_dan_Cegah_Diabetes
Ibu Menyusui Jarang Terkena Kanker Payudara
BANDUNG -- Selain baik bagi kecerdasan otak anak, menyusui juga dapat mengurangi risiko terkena kanker payudara bagi sang ibu, kata dr Dradjat R Suardi, spesialis kanker payudara.
"Ibu menyusui dapat mengurangi risiko tekena kanker payudara sebesar 10-15 persen," katanya pada peresmian Yayasan Kanker Payudara Jawa Barat di Bandung.
"Pupuk" kanker adalah hormon estrogen dalam tubuh. Ketika masa hamil dan menyusui, muncul hormon progesterone. Hormon ini kemudian meningkat dan melakukan proteksi, sehingga hormon estrogen tidak lagi dominan,katanya.
Ia menjelaskan, jika sang ibu menyusui setelah melahirkan, maka terdapat jangka waktu 27 bulan bagi sang ibu dimana hormon estrogen tidak dominan dalam tubuh. Dikatakannya, bahwa dalam jangka waktu tersebut, risiko ibu terkena kanker payudara berkurang.
Meskipun pupuk kanker berasal dari hormon estrogen, tidak berarti kaum pria terhindar dari risiko kanker payudara.
Dalam tubuh pria juga terdapat hormon estrogen meskipun kadarnya tak sebanyak yang terkandung dalam tubuh wanita. "Laki-laki itu juga punya kelenjar payudara, hanya saja tidak berkembang seperti perempuan," katanya lagi.
Risiko pria terkena kanker payudara adalah sebesar 1 persen. Gejala-gejala yang timbul pada pria yang terkena kanker ini serupa dengan wanita, seperti munculnya benjolan di payudara dan keluar cairan dari puting.
Umumnya gejala kanker payudara pada pria lebih mudah dikenali dibandingkan dengan wanita. "Kalau ada benjolan pada payudara lelaki akan lebih mudah terlihat, karena payudara mereka tidak berkembang seperti perempuan," tambahnya.
- ant/ahi
http://republika.co.id/berita/38483/Ibu_Menyusui_Jarang_Terkena_Kanker_Payudara
"Ibu menyusui dapat mengurangi risiko tekena kanker payudara sebesar 10-15 persen," katanya pada peresmian Yayasan Kanker Payudara Jawa Barat di Bandung.
"Pupuk" kanker adalah hormon estrogen dalam tubuh. Ketika masa hamil dan menyusui, muncul hormon progesterone. Hormon ini kemudian meningkat dan melakukan proteksi, sehingga hormon estrogen tidak lagi dominan,katanya.
Ia menjelaskan, jika sang ibu menyusui setelah melahirkan, maka terdapat jangka waktu 27 bulan bagi sang ibu dimana hormon estrogen tidak dominan dalam tubuh. Dikatakannya, bahwa dalam jangka waktu tersebut, risiko ibu terkena kanker payudara berkurang.
Meskipun pupuk kanker berasal dari hormon estrogen, tidak berarti kaum pria terhindar dari risiko kanker payudara.
Dalam tubuh pria juga terdapat hormon estrogen meskipun kadarnya tak sebanyak yang terkandung dalam tubuh wanita. "Laki-laki itu juga punya kelenjar payudara, hanya saja tidak berkembang seperti perempuan," katanya lagi.
Risiko pria terkena kanker payudara adalah sebesar 1 persen. Gejala-gejala yang timbul pada pria yang terkena kanker ini serupa dengan wanita, seperti munculnya benjolan di payudara dan keluar cairan dari puting.
Umumnya gejala kanker payudara pada pria lebih mudah dikenali dibandingkan dengan wanita. "Kalau ada benjolan pada payudara lelaki akan lebih mudah terlihat, karena payudara mereka tidak berkembang seperti perempuan," tambahnya.
- ant/ahi
http://republika.co.id/berita/38483/Ibu_Menyusui_Jarang_Terkena_Kanker_Payudara
Tertawa Bisa Kurangi Risiko Diabetes
BEIJING -- Gelak tawa dapat membantu penderita diabetes meningkatkan kadar kolesterolnya dan menurunkan risiko penyakit pembuluh darah dan jantung, demikian hasil satu studi baru.
Menurut Lee Berk dari Loma Linda University, yang memimpin studi itu, pilihan gaya hidup berdampak mencolok pada kesehatan dan penyakit serta semua ini adalah pilihan antara tindakan pencegahan dan pengobatan.
Para peneliti membagi 20 pasien diabetes berisiko tinggi yang semuanya menderita darah tinggi dan hyperlipidemia (penyakit pembuluh darah dan jantung) ke dalam dua kelompok yang keduanya diberi obat diabetes standard.
Kelompok L diberi waktu 30 menit untuk menikmati humor yang mereka pilih, sementara Kelompok C --kelompok pemantau--- tidak. Proses itu berlangsung selama satu tahun pengobatan.
Sekitar dua bulan proses pengobatan, semua pasien di kelompok tertawa (Kelompok L) memiliki tingkat hormon epinephrine dan norepinephrine --dipandang sebagai penyebab stres-- lebih rendah.
Setelah 12 bulan, kolesterol HDL (kolesterol baik) telah naik 26 persen pada Kelompok L tapi hanya 3 persen di dalam Kelompok C.
Dalam pengukuran lain, protein C-reaktif, penanda radang dan penyakit pembuluh darah serta jantung, turun 66 persen pada kelompok tertawa tapi hanya 26 persen pada kelompok pemantau.
"Dokter terbaik mengerti bahwa ada campur tangan psikologis hakiki yang ditimbulkan oleh emosi positif seperti gelak tawa dengan riang-gembira, optimisme dan harapan," kata Berk.
Kendati demikian, Berk menilai tertawa menjadi obat yang bagus dan sama berharganya dengan obat diabetes, tapi berkeras bahwa penelitian lebih lanjut diperlukan guna memastikan apa maksud dari semua hasil itu.
-ant/xinhuanet-oana/ahi
http://republika.co.id/berita/45598/Tertawa_Bisa_Kurangi_Risiko_Diabetes
Menurut Lee Berk dari Loma Linda University, yang memimpin studi itu, pilihan gaya hidup berdampak mencolok pada kesehatan dan penyakit serta semua ini adalah pilihan antara tindakan pencegahan dan pengobatan.
Para peneliti membagi 20 pasien diabetes berisiko tinggi yang semuanya menderita darah tinggi dan hyperlipidemia (penyakit pembuluh darah dan jantung) ke dalam dua kelompok yang keduanya diberi obat diabetes standard.
Kelompok L diberi waktu 30 menit untuk menikmati humor yang mereka pilih, sementara Kelompok C --kelompok pemantau--- tidak. Proses itu berlangsung selama satu tahun pengobatan.
Sekitar dua bulan proses pengobatan, semua pasien di kelompok tertawa (Kelompok L) memiliki tingkat hormon epinephrine dan norepinephrine --dipandang sebagai penyebab stres-- lebih rendah.
Setelah 12 bulan, kolesterol HDL (kolesterol baik) telah naik 26 persen pada Kelompok L tapi hanya 3 persen di dalam Kelompok C.
Dalam pengukuran lain, protein C-reaktif, penanda radang dan penyakit pembuluh darah serta jantung, turun 66 persen pada kelompok tertawa tapi hanya 26 persen pada kelompok pemantau.
"Dokter terbaik mengerti bahwa ada campur tangan psikologis hakiki yang ditimbulkan oleh emosi positif seperti gelak tawa dengan riang-gembira, optimisme dan harapan," kata Berk.
Kendati demikian, Berk menilai tertawa menjadi obat yang bagus dan sama berharganya dengan obat diabetes, tapi berkeras bahwa penelitian lebih lanjut diperlukan guna memastikan apa maksud dari semua hasil itu.
-ant/xinhuanet-oana/ahi
http://republika.co.id/berita/45598/Tertawa_Bisa_Kurangi_Risiko_Diabetes
Seribu Orang Meninggal karena Malaria Tiap Tahun
JAKARTA -- Indonesia masih menjadi salah satu negara dengan tingkat penderita malaria tinggi. Pada 2007 tercatat ada 1,75 juta kasus, sementara pada 2008 jumlahnya mencapai 1,62 juta dengan jumlah kematian mencapai 1000 orang pe rtahun.
''Tingginya kasus malaria di Indonesia disebabkan masih banyaknya jumlah daerah yang dinyatakan sebagai endemis. Dari 470 kabupaten/kota yang ada di Indonesia, 396 kabupaten masuk daftar endemis malaria,'' ujar Direktur Pengendalian Penyakit Menular Bersumber Binatang Depkes, Rita Kusriastuti, kepada pers jelang peringatan Hari Malaria Sedunia, Rabu (22/4).
Menurut Rita, kenyataan lainnya, 45 persen populasi penduduk Indonesia ini tinggal di daerah endemis itu. ''Ini yang akan menjadi sasaran program pengendalian penyakit malaria oleh pemerintah bersama-sama dengan pemeirntah daerah,'' jelasnya.
Di Indonesia, kata Rita, beberapa wilayah yang menjadi endemis malaria tinggi, yakni Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara, NTT serta sebagian Sumatra Utara (Kabupaten Nias dan Nias Selatan). ''Di daerah tersebut lebih dari lima orang dari 1000 penduduknya positif terjangkit malaria,'' cetusnya.
Malaria, ujar Rita, adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit plasmodium, yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia. Plasmodium ini sendiri ditularkan oleh nyamuk malaria bernama Anopheles jenis betina. ''Orang yang terkena penyakit ini mengalami gejala seperti demam tinggi, menggigil dan berkeringat dingin, sakit kepala, mula, muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-pegal,'' tegasnya. eye/ism
http://republika.co.id/berita/45648/Seribu_Orang_Meninggal_karena_Malaria_Tiap_Tahun
''Tingginya kasus malaria di Indonesia disebabkan masih banyaknya jumlah daerah yang dinyatakan sebagai endemis. Dari 470 kabupaten/kota yang ada di Indonesia, 396 kabupaten masuk daftar endemis malaria,'' ujar Direktur Pengendalian Penyakit Menular Bersumber Binatang Depkes, Rita Kusriastuti, kepada pers jelang peringatan Hari Malaria Sedunia, Rabu (22/4).
Menurut Rita, kenyataan lainnya, 45 persen populasi penduduk Indonesia ini tinggal di daerah endemis itu. ''Ini yang akan menjadi sasaran program pengendalian penyakit malaria oleh pemerintah bersama-sama dengan pemeirntah daerah,'' jelasnya.
Di Indonesia, kata Rita, beberapa wilayah yang menjadi endemis malaria tinggi, yakni Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara, NTT serta sebagian Sumatra Utara (Kabupaten Nias dan Nias Selatan). ''Di daerah tersebut lebih dari lima orang dari 1000 penduduknya positif terjangkit malaria,'' cetusnya.
Malaria, ujar Rita, adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit plasmodium, yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia. Plasmodium ini sendiri ditularkan oleh nyamuk malaria bernama Anopheles jenis betina. ''Orang yang terkena penyakit ini mengalami gejala seperti demam tinggi, menggigil dan berkeringat dingin, sakit kepala, mula, muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-pegal,'' tegasnya. eye/ism
http://republika.co.id/berita/45648/Seribu_Orang_Meninggal_karena_Malaria_Tiap_Tahun
Kenali Hemofilia Selamatkan Nyawa
JAKARTA-- Hingga saat ini, hemofilia atau kelainan pembekuan perdarahan yang diturunkan secara genetik belum ada penyembuhannya. Namun, terapi pengobatan yang rutin dan dukungan psikologis dari keluarga bisa meningkatkan kualitas hidup penderitanya.
Seorang anak yang menderita hemofilia bisa saja bermain seperti anak-anak lainnya, tetapi ada yang membedakan dari teman-teman lainnya. Benturan atau luka sedikit saja akan menyebabkan darah keluar tanpa henti. Pengobatan hanya bisa dilakukan dengan suntikan faktor VIII. Kondisi inilah yang membuat orang tua dengan anak berpenyakit hemofilia selalu cemas ketika buah hatinya bermain apalagi melakukan kegiatan yang cukup berisiko.
Misalnya, saat bermain bola. Kegiatan yang menggunakan pergerakan fisik ini rentan dengan terjatuh yang akan menimbulkan luka. Terkadang suasana seperti inilah yang membuat anak dengan hemofilia menjadi kurang nyaman saat bermain. Mantan Kepala Divisi Hematologi FKUI/ RSCM,Prof Dr Djajadiman Gatot SpA(K), mengatakan, Hemofilia merupakan salah satu penyakit yang juga melibatkan keadaan psikologis.
"Penderita memerlukan pendampingan dari orang-orang terdekat. Apalagi para penderita hemofilia juga harus menjalani terapi pengobatan seumur hidup dan belum ada obatnya," ungkap Djajadiman.
Djajadiman menambahkan Hemofilia A timbul jika ada efek gen yang menyebabkan kurangnya faktor pembekuan VIII (FVII),sedangkan hemofilia B disebabkan kurangnya faktor pembekuan IX (FIX). Hemofilia diturunkan orang tua kepada anak melalui kromoson X yang tidak muncul.
”Dahulu, hemofilia dikenal dengan penyakit yang hanya terjadi pada kalangan raja,” ucap dokter spesialis anak itu.
Ketua Himpunan Masyarakat Hemofilia Indonesia Prof DR Dr H.S. Moeslichan Mz SpA(K) memaparkan di Indonesia, saat ini tercatat sekitar 1.178 penderita hemofilia. Perawatan yang komprehensif merupakan kunci pengobatan penyakit ini, lanjutnya.
"Pendampingan pada penderita hemofilia sangatlah penting. Pendampingan ini akan memengaruhi keadaan psikologis penderita menjadi lebih baik.Tim pelayanan terpadu yang ada di rumah sakit yang mengerti perkembangan si pasien juga merupakan faktor penting dalam penyembuhan," tutur Moeslichan.
Mereka perlu pendampingan karena mereka yang menderita hemofilia ini sangat depresi sekali, terutama jika mereka sudah mengerti akan penyakit ini. ”Umumnya, mereka lebih susah menerima jika sudah semakin besar,” imbuhnya.
Penderita hemofilia bisa produktif pada saat usia dewasanya nanti apabila sedari awal sudah ditangani sejak baik. Selain itu, jika pengobatan ditangani secara baik, biaya perawatan pun bisa lebih dikendalikan. ”Biaya pengobatan terbilang mahal karena pengobatan berlangsung seumur hidup,”katanya.
Penelitian menunjukkan, pengobatan faktor VIII secara rutin memberikan berbagai kebaikan lainnya, seperti menurunnya frekuensi pendarahan,masa rawat inap jika terjadi hal terburuk akan lebih singkat, serta terjadinya peningkatan kualitas hidup.
Meski tidak dapat disembuhkan, selama beberapa dekade terakhir pengobatan hemofilia telah mengalami kemajuan pesat. Saat ini, kondisi penderita hemofilia dapat dikontrol dengan disuntikkannya faktor pembeku yang hilang, seperti faktor VIII pada hemofila A.
Terapi dasar untuk mengobati hemofilia A meliputi penggantian faktor VIII melalui seluruh darah lengkap dan plasma. Namun,terapitersebut tidak seluruhnya efektif, membutuhkan terapi di rumah sakit dan menyebabkan transmisi patogen yang dapat hidup dalam darah. Terapi-terapi yang biasa dilakukan, antara lain terapi on-demand. Ini adalah pengobatan yang dilakukan pada insiden pendarahan akut.
"Tindakan ini dilakukan untuk mencegah kehilangan darah sesegera mungkin," ungkap Djajadiman.
Terapi lainnya adalah terapi profilaksis yaitu penggunaan faktor pembeku secara teratur agar aktivitas pembekuan darah tetap tinggi untuk dapat mencegah insiden pendarahan spontan dan membantu mengurangi atau menghindari kerusakan sendi. Profilaksis primer didefinisikan sebagai pengobatan yang dimulai sebelum atau setelah terjadi pendarahan sendi pertama.
Sementara profilaksis sekunder merupakan pengobatan yang dimulai setelah insiden pendarahan terjadi berulang kali. Berbagai kemajuan dalam pengobatan hemofilia yang saat ini telah dicapai tentunya semakin memberikan kesempatan bagi para penderita hemofilia untuk mendapatkan perawatan yang efektif, aman,dan nyaman sekaligus dapat mengurangi insiden pendarahan serta risiko terjadinya komplikasi. (cr1/rin)
http://republika.co.id/berita/45388/Kenali_Hemofilia_Selamatkan_Nyawa
Seorang anak yang menderita hemofilia bisa saja bermain seperti anak-anak lainnya, tetapi ada yang membedakan dari teman-teman lainnya. Benturan atau luka sedikit saja akan menyebabkan darah keluar tanpa henti. Pengobatan hanya bisa dilakukan dengan suntikan faktor VIII. Kondisi inilah yang membuat orang tua dengan anak berpenyakit hemofilia selalu cemas ketika buah hatinya bermain apalagi melakukan kegiatan yang cukup berisiko.
Misalnya, saat bermain bola. Kegiatan yang menggunakan pergerakan fisik ini rentan dengan terjatuh yang akan menimbulkan luka. Terkadang suasana seperti inilah yang membuat anak dengan hemofilia menjadi kurang nyaman saat bermain. Mantan Kepala Divisi Hematologi FKUI/ RSCM,Prof Dr Djajadiman Gatot SpA(K), mengatakan, Hemofilia merupakan salah satu penyakit yang juga melibatkan keadaan psikologis.
"Penderita memerlukan pendampingan dari orang-orang terdekat. Apalagi para penderita hemofilia juga harus menjalani terapi pengobatan seumur hidup dan belum ada obatnya," ungkap Djajadiman.
Djajadiman menambahkan Hemofilia A timbul jika ada efek gen yang menyebabkan kurangnya faktor pembekuan VIII (FVII),sedangkan hemofilia B disebabkan kurangnya faktor pembekuan IX (FIX). Hemofilia diturunkan orang tua kepada anak melalui kromoson X yang tidak muncul.
”Dahulu, hemofilia dikenal dengan penyakit yang hanya terjadi pada kalangan raja,” ucap dokter spesialis anak itu.
Ketua Himpunan Masyarakat Hemofilia Indonesia Prof DR Dr H.S. Moeslichan Mz SpA(K) memaparkan di Indonesia, saat ini tercatat sekitar 1.178 penderita hemofilia. Perawatan yang komprehensif merupakan kunci pengobatan penyakit ini, lanjutnya.
"Pendampingan pada penderita hemofilia sangatlah penting. Pendampingan ini akan memengaruhi keadaan psikologis penderita menjadi lebih baik.Tim pelayanan terpadu yang ada di rumah sakit yang mengerti perkembangan si pasien juga merupakan faktor penting dalam penyembuhan," tutur Moeslichan.
Mereka perlu pendampingan karena mereka yang menderita hemofilia ini sangat depresi sekali, terutama jika mereka sudah mengerti akan penyakit ini. ”Umumnya, mereka lebih susah menerima jika sudah semakin besar,” imbuhnya.
Penderita hemofilia bisa produktif pada saat usia dewasanya nanti apabila sedari awal sudah ditangani sejak baik. Selain itu, jika pengobatan ditangani secara baik, biaya perawatan pun bisa lebih dikendalikan. ”Biaya pengobatan terbilang mahal karena pengobatan berlangsung seumur hidup,”katanya.
Penelitian menunjukkan, pengobatan faktor VIII secara rutin memberikan berbagai kebaikan lainnya, seperti menurunnya frekuensi pendarahan,masa rawat inap jika terjadi hal terburuk akan lebih singkat, serta terjadinya peningkatan kualitas hidup.
Meski tidak dapat disembuhkan, selama beberapa dekade terakhir pengobatan hemofilia telah mengalami kemajuan pesat. Saat ini, kondisi penderita hemofilia dapat dikontrol dengan disuntikkannya faktor pembeku yang hilang, seperti faktor VIII pada hemofila A.
Terapi dasar untuk mengobati hemofilia A meliputi penggantian faktor VIII melalui seluruh darah lengkap dan plasma. Namun,terapitersebut tidak seluruhnya efektif, membutuhkan terapi di rumah sakit dan menyebabkan transmisi patogen yang dapat hidup dalam darah. Terapi-terapi yang biasa dilakukan, antara lain terapi on-demand. Ini adalah pengobatan yang dilakukan pada insiden pendarahan akut.
"Tindakan ini dilakukan untuk mencegah kehilangan darah sesegera mungkin," ungkap Djajadiman.
Terapi lainnya adalah terapi profilaksis yaitu penggunaan faktor pembeku secara teratur agar aktivitas pembekuan darah tetap tinggi untuk dapat mencegah insiden pendarahan spontan dan membantu mengurangi atau menghindari kerusakan sendi. Profilaksis primer didefinisikan sebagai pengobatan yang dimulai sebelum atau setelah terjadi pendarahan sendi pertama.
Sementara profilaksis sekunder merupakan pengobatan yang dimulai setelah insiden pendarahan terjadi berulang kali. Berbagai kemajuan dalam pengobatan hemofilia yang saat ini telah dicapai tentunya semakin memberikan kesempatan bagi para penderita hemofilia untuk mendapatkan perawatan yang efektif, aman,dan nyaman sekaligus dapat mengurangi insiden pendarahan serta risiko terjadinya komplikasi. (cr1/rin)
http://republika.co.id/berita/45388/Kenali_Hemofilia_Selamatkan_Nyawa
Lagu Sendu, Tekan Detak Jantung
Jika Anda memiliki masalah dengan jantung, tak ada salahnya Anda mulai menyalakan pemutar musik Anda pada lagu-lagu sendu dengan tempo lambat.
Pasien rumah sakit dengan penyakit jantung koroner berhasil menekan rata-rata detak jantung, pernafasan serta tekanan darah mereka, hanya dengan mendengarkan musik semacam itu. Demikian laporan dari Temple University terhadap 23 penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Laporan tersebut dipublikasikan pada Cochrane Library.
Disebutkan, efek menenangkan merupakan hal yang paling utama ketika para pasien memilih lagu tertentu. Sebagai contoh, detak jantung pasien yang memilih sendiri lagu yang mereka sukai turun lebih banyak dibandingkan dengan pasien yang mendengar lagu yang dipilihkan oleh para peneliti.
"Jadi kami mengetahui dari pengalaman klinis, jika orang memilih musik yang mereka sukai dengan musik tersebut memiliki efek penenang seperti tempo lambat, harmonis dan tak ada perubahan mendadak maka akan lebih bermanfaat untuk menenangkan," ujar Joke Bradt, Wakil Direktur Arts and Quality of Life Research Center dari Temple University.
Hasil laporan tersebut berdasarkan studi sebelumnya yang meneliti bagaimana musik dapat mempengaruhi 1.461 pasien dengan penyakit jantung koroner, baik yang tengah berada dalam prosedur kardiologi atau setelah dua hari berada di rumas sakit.
Dalam semua penelitian, musik yang digunakan memiliki tempo yang lambat. Meskipun dalam beberapa kasus, terapis musik disewa untuk memilih lagu tertentu.
Dr. Robert Bonow, mantan ketua American Heart Association mempertanyakan penemuan tersebut. Meskipun dia setuju mengurangi stres sangat penting untuk pasien jantung, namun dia mengatakan pada laporan terbaru tidak bukti yang menunjukkan terapi relaksasi itu mengurangi stres, pasien yang dibiarkan sendiri memang dapat mengurangi stres.
"Berolahraga sangat peting karena mengurangi stres, tapi itu juga menekan tekanan darah," ujar Bonow yang kini menjabat sebagai Kepala Bagian kardiologi di Northwestern University. (healthday/rin)
http://republika.co.id/berita/45112/Lagu_Sendu_Tekan_Detak_Jantung
Pasien rumah sakit dengan penyakit jantung koroner berhasil menekan rata-rata detak jantung, pernafasan serta tekanan darah mereka, hanya dengan mendengarkan musik semacam itu. Demikian laporan dari Temple University terhadap 23 penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Laporan tersebut dipublikasikan pada Cochrane Library.
Disebutkan, efek menenangkan merupakan hal yang paling utama ketika para pasien memilih lagu tertentu. Sebagai contoh, detak jantung pasien yang memilih sendiri lagu yang mereka sukai turun lebih banyak dibandingkan dengan pasien yang mendengar lagu yang dipilihkan oleh para peneliti.
"Jadi kami mengetahui dari pengalaman klinis, jika orang memilih musik yang mereka sukai dengan musik tersebut memiliki efek penenang seperti tempo lambat, harmonis dan tak ada perubahan mendadak maka akan lebih bermanfaat untuk menenangkan," ujar Joke Bradt, Wakil Direktur Arts and Quality of Life Research Center dari Temple University.
Hasil laporan tersebut berdasarkan studi sebelumnya yang meneliti bagaimana musik dapat mempengaruhi 1.461 pasien dengan penyakit jantung koroner, baik yang tengah berada dalam prosedur kardiologi atau setelah dua hari berada di rumas sakit.
Dalam semua penelitian, musik yang digunakan memiliki tempo yang lambat. Meskipun dalam beberapa kasus, terapis musik disewa untuk memilih lagu tertentu.
Dr. Robert Bonow, mantan ketua American Heart Association mempertanyakan penemuan tersebut. Meskipun dia setuju mengurangi stres sangat penting untuk pasien jantung, namun dia mengatakan pada laporan terbaru tidak bukti yang menunjukkan terapi relaksasi itu mengurangi stres, pasien yang dibiarkan sendiri memang dapat mengurangi stres.
"Berolahraga sangat peting karena mengurangi stres, tapi itu juga menekan tekanan darah," ujar Bonow yang kini menjabat sebagai Kepala Bagian kardiologi di Northwestern University. (healthday/rin)
http://republika.co.id/berita/45112/Lagu_Sendu_Tekan_Detak_Jantung
Antara Garam, Hipertensi dan Jantung
JAKARTA-- Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyakit yang sangat berbahaya, dan menyebabkan kematian. Sayangnya masih banyak orang yang menderita hipertensi tidak menyadarinya. Perlu diketahui, asupan garam yang berlebihan bisa menjadi pemicu.
Spesialis jantung dan pembuluh darah dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Dr. santosao Karokaro, SpJP mengatakan hipertensi sering disebut sebagai "The silent disease" karena hipertensi tidak memiliki keluhan dan tanda khas.
"Orang jarang sekali mengetahui dirinya mengidap hipertensi sebelum memeriksakan dirinya ke dokter. Diperkirakan satu dari empat orang penderita hipertensi tidak mengetahui tekanan darahnya tinggi," ungkap Santoso pada peringatan hari hipertensi dunia yang selenggarakan Novartis Indonesia dan Yayasan Jantung Indonesia di Jakarta, akhir pekan lalu.
Hipertensi dapat dikelompokkan dalam dua kategori besar, yaitu primer dan sekunder. Hipertensi primer artinya hipertensi yang belum diketahui penyebabnya dengan jelas.
Santoso mengatakan, hipertensi primer disebabkan oleh bertambahnya usia dan stres. Sedangkan hipertensi sekunder bisa idkatakan penyebabnya sudah pasti misalnya ganjal yang tidak berfungsi dan terganggunya keseimbangan hormon.
Namun yang pasti, lanjutnya, gaya hidup lah yang menjadi faktor utama penyebab hipertensi. Misalnya, Pola makan masyarakat yang tidak seimbang.
"Hipertensi dianggap hal yang biasa karena terkait gaya hidup modern. Kegemukan, asupan garam yang tinggi, asupan alkohol adalah penyebab hipertensi yang banyak ditemukan dari tahun ke tahun," paparnya.
Lebih lanjut Santoso memaparkan hipertensi meningkatkan risiko gagal jantung, penyakit jantung koroner,demensia, kerusakan ginjal, stroke, kebutaan dan kematian. Juga fakta penting, bahwa seseorang dengan tekanan darah tinggi tidak harus menunggu bertahun-tahun sebelum terjadi komplikasi.
"Hipertensi bisa menyerang tanpa peringatan, dan serangan pertama bisa merupakan yang terakhir," imbuhnya.
Secara umum seseorang dikatakan menderita hipertensi jika tekanan darah sistolik/diastoliknya melebihi 140/90 mmHg (normalnya 120/80 mmHg). Sistolik adalah tekanan darah pada saat jantung memompa darah ke dalam pembuluh nadi (saat jantung mengkerut). Diastolik adalah tekanan darah pada saat jantung mengembang dan menyedot darah kembali (pembuluh nadi mengempis kosong).
Kurangi asupan garam
Waspadai asupan garam berlebih karena garam merupakan sumber sodium yang utama dan faktor utama penyebab meningkatnya tekanan darah atau hipertensi yang dapat berkembang menjadi penyakit-penyakit kardiovaskuler.
Hipertensi terjadi jika ada peningkatan volume darah dan penyemputan pembuluh darah yang memaksa kerja jantung untuk memompa darah dan nutrisi. Garam menyebabkan tubuh menhan air dengan tingkat melebihi ambang batas normal tubuh sehingga dapat meningkatkan volume darah dan tekanan darah tinggi.
Dengan begitu garam menjadi cikal bakal penyakit yang menyebabkan kematian nomor satu di dunia yakni jantung. Secara global , menurut data Yayasan Jantung Indonesia, tujuh juta jiwa meninggal setiap tahunnya akibat tekanan darah tinggi.
Angka kematian ini bisa dicegah dengan merubah pola makan misalnya mengurangi asupan sodium. Meskipun sodium terkandung dalam garam namun 80% kandungan sodium terdapat pada makanan yang diproses atau makanan kemasan.
"Mengurangi konsumsi garam menjadi 6 gr per hari dapat menurunkan resiko stroke hingga 24%," imbuh Santoso.
Di Indonesia menurut data dari Indonesian Society of Hypertension asupan garam harian mencapai 15 gr hingga dua kali liat yang direkomendasikan WHO yaitu 5 sampai 6 gr per hari. Ada tiga tahap diet rendah garam yakni terdiri dari diet ringan (konsumsi garam 3,75-7,5 gram per hari), menengah (1,25-3,75 gram per hari) dan berat (kurang dari 1,25 gram per hari).
Dengan begitu pengurangan asupan garam secara nasional adalah cara paling cepat dan murah untuk mencegah penyakit kardiovaskuler, imbuhnya. Dalam hal ini peran aktif masyarakat sangat diperlukan untuk menurunkan angka kematian akibat kardiovaskuler.
Selain pada garam sumber sodium yang perlu diwaspadai berasal dari penyedap masakan (MSG). Budaya masyarakat Indonesia dalam menggunakan MSG di setiap masakan sangat megkhawatirkan. Belum lagi jajanan bebas seperti bakso, soto atau makanan kemasan. Tanpa disadari, asupan garam per hari sangat tinggi yang dapat memicu tekanan darah semakin meningkat. (cr1/rin)
http://republika.co.id/berita/51265/Antara_Garam_Hipertensi_dan_Jantung
Spesialis jantung dan pembuluh darah dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Dr. santosao Karokaro, SpJP mengatakan hipertensi sering disebut sebagai "The silent disease" karena hipertensi tidak memiliki keluhan dan tanda khas.
"Orang jarang sekali mengetahui dirinya mengidap hipertensi sebelum memeriksakan dirinya ke dokter. Diperkirakan satu dari empat orang penderita hipertensi tidak mengetahui tekanan darahnya tinggi," ungkap Santoso pada peringatan hari hipertensi dunia yang selenggarakan Novartis Indonesia dan Yayasan Jantung Indonesia di Jakarta, akhir pekan lalu.
Hipertensi dapat dikelompokkan dalam dua kategori besar, yaitu primer dan sekunder. Hipertensi primer artinya hipertensi yang belum diketahui penyebabnya dengan jelas.
Santoso mengatakan, hipertensi primer disebabkan oleh bertambahnya usia dan stres. Sedangkan hipertensi sekunder bisa idkatakan penyebabnya sudah pasti misalnya ganjal yang tidak berfungsi dan terganggunya keseimbangan hormon.
Namun yang pasti, lanjutnya, gaya hidup lah yang menjadi faktor utama penyebab hipertensi. Misalnya, Pola makan masyarakat yang tidak seimbang.
"Hipertensi dianggap hal yang biasa karena terkait gaya hidup modern. Kegemukan, asupan garam yang tinggi, asupan alkohol adalah penyebab hipertensi yang banyak ditemukan dari tahun ke tahun," paparnya.
Lebih lanjut Santoso memaparkan hipertensi meningkatkan risiko gagal jantung, penyakit jantung koroner,demensia, kerusakan ginjal, stroke, kebutaan dan kematian. Juga fakta penting, bahwa seseorang dengan tekanan darah tinggi tidak harus menunggu bertahun-tahun sebelum terjadi komplikasi.
"Hipertensi bisa menyerang tanpa peringatan, dan serangan pertama bisa merupakan yang terakhir," imbuhnya.
Secara umum seseorang dikatakan menderita hipertensi jika tekanan darah sistolik/diastoliknya melebihi 140/90 mmHg (normalnya 120/80 mmHg). Sistolik adalah tekanan darah pada saat jantung memompa darah ke dalam pembuluh nadi (saat jantung mengkerut). Diastolik adalah tekanan darah pada saat jantung mengembang dan menyedot darah kembali (pembuluh nadi mengempis kosong).
Kurangi asupan garam
Waspadai asupan garam berlebih karena garam merupakan sumber sodium yang utama dan faktor utama penyebab meningkatnya tekanan darah atau hipertensi yang dapat berkembang menjadi penyakit-penyakit kardiovaskuler.
Hipertensi terjadi jika ada peningkatan volume darah dan penyemputan pembuluh darah yang memaksa kerja jantung untuk memompa darah dan nutrisi. Garam menyebabkan tubuh menhan air dengan tingkat melebihi ambang batas normal tubuh sehingga dapat meningkatkan volume darah dan tekanan darah tinggi.
Dengan begitu garam menjadi cikal bakal penyakit yang menyebabkan kematian nomor satu di dunia yakni jantung. Secara global , menurut data Yayasan Jantung Indonesia, tujuh juta jiwa meninggal setiap tahunnya akibat tekanan darah tinggi.
Angka kematian ini bisa dicegah dengan merubah pola makan misalnya mengurangi asupan sodium. Meskipun sodium terkandung dalam garam namun 80% kandungan sodium terdapat pada makanan yang diproses atau makanan kemasan.
"Mengurangi konsumsi garam menjadi 6 gr per hari dapat menurunkan resiko stroke hingga 24%," imbuh Santoso.
Di Indonesia menurut data dari Indonesian Society of Hypertension asupan garam harian mencapai 15 gr hingga dua kali liat yang direkomendasikan WHO yaitu 5 sampai 6 gr per hari. Ada tiga tahap diet rendah garam yakni terdiri dari diet ringan (konsumsi garam 3,75-7,5 gram per hari), menengah (1,25-3,75 gram per hari) dan berat (kurang dari 1,25 gram per hari).
Dengan begitu pengurangan asupan garam secara nasional adalah cara paling cepat dan murah untuk mencegah penyakit kardiovaskuler, imbuhnya. Dalam hal ini peran aktif masyarakat sangat diperlukan untuk menurunkan angka kematian akibat kardiovaskuler.
Selain pada garam sumber sodium yang perlu diwaspadai berasal dari penyedap masakan (MSG). Budaya masyarakat Indonesia dalam menggunakan MSG di setiap masakan sangat megkhawatirkan. Belum lagi jajanan bebas seperti bakso, soto atau makanan kemasan. Tanpa disadari, asupan garam per hari sangat tinggi yang dapat memicu tekanan darah semakin meningkat. (cr1/rin)
http://republika.co.id/berita/51265/Antara_Garam_Hipertensi_dan_Jantung
Kenali Gejala Awal Stroke
CHICAGO-- Hingga 40% pasien stroke tidak dapat mengindentifikasi gejala awal yang menyerang tubuh mereka atau mengenali faktor risiko. Jika berhasil dikenali, dua hal tersebut sebenarnya bisa menyelamatkan nyawa. Di Amerika Serikat, stroke merupakan penyebab kematian nomor tiga.
Setiap tiga menit, seseorang meninggal dunia karena stroke. Sementara kejadian stroke terjadi setiap 45 detik. Berarti 750.000 kejadian stroke per tahun, menurut Neurolog dari Rush University Medical Center, Dr Sayona John seperti dilansir dalam news.medill.northwestern.edu.
"Sayangnya kewaspadaan publik terhadap stroke sangat rendah. Pengetahuan tentang ini bahkan lebih rendah pada orang berusia lanjut, terutama kaum wanita dan minoritas. Mereka tidak memahami tindakan yang perlu dilakukan ketika seseorang mengalami stroke," ujarnya.
Stroke dapat muncul dalam berbagai bentuk. Stroke ischemic disebabkan penyumbatan pembuluh darah. Sementara itu serangan hemorrhagic disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah. Gejala-gejala yang perlu diperhatikan dari stroke adalah lumpuh mendadak, wajah tampak turun di salah satu sisi, kesulitan berbicara, kebutaan, mati rasa, pandangan kabur, tampak gerakan yang tidak nyata, kesulitan untuk seimbang hingga hilang kesadaran.
"Seiring dengan pertambahan usia, risiko seseorang untuk terkena stroke semakin tinggi. Pria lebih berisiko terkena stroke dibandingkan wanita," jelas Sayona.
Sementara itu, Neurolog dari Rush University Medical Center Dr Richard E. Temes mengatakan, stroke sangat mungkin terjadi kapan saja. Yang perlu diingat adalah stroke sangat mungkin dicegah.
Salah satu penanda yang paling mudah dikenali saat seseorang akan terkena stroke adalah penyumbatan pembuluh darah sementara atau disebut transient ischemic attack (TIA). Sekitar 15%-20% dari pasien yang mengalami stroke terlebih dulu mengalami TIA.
"Gejala-gejalnya sama dengan saat seseorang mengalami stroke, hanya saja tidak berlangsung lama," terangnya.
Saat seseorang sadar dia mengalami TIA, lanjut Richard, maka sebaiknya mencari pertolongan medis secepatnya untuk mencegah serangan stroke yang sebenarnya.
Faktor risiko yang mempertinggi kemungkinan stroke sangat mungkin dikontrol seperti tekanan darah tinggi, kebiasaan merokok, kolesterol tinggi dan obesitas, perubahan detak jantung, diabetes dan berbagai penyakit lainnya.
"Anda bisa berhenti merokok, mencoba pengobatan dan mengontrol pola makan. Namun yang paling penting adalah mencoba mengatur tekanan darah Anda," tutur Sayona.
Untuk pengobatan darurat pada saat stroke dapat digunakan sejenis obat yang disebut tPA yang dimasukkan melalui urat. "Anda akan pulih 60-70& lebih cepat jika saat terjadi stroke diberikan pengobatan itu," ujar Sayona.
Namun, tPA juga hanya efektif jika diberikan pada tiga jam pertama terjadi stroke. Jika diberikan setelah itu, justru obat tersebut dapat meningkatkan risiko pendarahan otak.
Jika pasien sampai di rumah sakit sekitar enam hingga delapan jam setelah terjadinya stroke, pengobatan masih dapat dilakukan melalui kateter melalui pembuluh darah dan pembekuan pada otak.
"Sangat penting untuk mengetahui tanda serta gejala stroke dan membawa orang yang terkena stroke ke ruang gawat darurat sesegera mungkin," tegasnya. (rin)
http://republika.co.id/berita/48382/Kenali_Gejala_Awal_Stroke
Setiap tiga menit, seseorang meninggal dunia karena stroke. Sementara kejadian stroke terjadi setiap 45 detik. Berarti 750.000 kejadian stroke per tahun, menurut Neurolog dari Rush University Medical Center, Dr Sayona John seperti dilansir dalam news.medill.northwestern.edu.
"Sayangnya kewaspadaan publik terhadap stroke sangat rendah. Pengetahuan tentang ini bahkan lebih rendah pada orang berusia lanjut, terutama kaum wanita dan minoritas. Mereka tidak memahami tindakan yang perlu dilakukan ketika seseorang mengalami stroke," ujarnya.
Stroke dapat muncul dalam berbagai bentuk. Stroke ischemic disebabkan penyumbatan pembuluh darah. Sementara itu serangan hemorrhagic disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah. Gejala-gejala yang perlu diperhatikan dari stroke adalah lumpuh mendadak, wajah tampak turun di salah satu sisi, kesulitan berbicara, kebutaan, mati rasa, pandangan kabur, tampak gerakan yang tidak nyata, kesulitan untuk seimbang hingga hilang kesadaran.
"Seiring dengan pertambahan usia, risiko seseorang untuk terkena stroke semakin tinggi. Pria lebih berisiko terkena stroke dibandingkan wanita," jelas Sayona.
Sementara itu, Neurolog dari Rush University Medical Center Dr Richard E. Temes mengatakan, stroke sangat mungkin terjadi kapan saja. Yang perlu diingat adalah stroke sangat mungkin dicegah.
Salah satu penanda yang paling mudah dikenali saat seseorang akan terkena stroke adalah penyumbatan pembuluh darah sementara atau disebut transient ischemic attack (TIA). Sekitar 15%-20% dari pasien yang mengalami stroke terlebih dulu mengalami TIA.
"Gejala-gejalnya sama dengan saat seseorang mengalami stroke, hanya saja tidak berlangsung lama," terangnya.
Saat seseorang sadar dia mengalami TIA, lanjut Richard, maka sebaiknya mencari pertolongan medis secepatnya untuk mencegah serangan stroke yang sebenarnya.
Faktor risiko yang mempertinggi kemungkinan stroke sangat mungkin dikontrol seperti tekanan darah tinggi, kebiasaan merokok, kolesterol tinggi dan obesitas, perubahan detak jantung, diabetes dan berbagai penyakit lainnya.
"Anda bisa berhenti merokok, mencoba pengobatan dan mengontrol pola makan. Namun yang paling penting adalah mencoba mengatur tekanan darah Anda," tutur Sayona.
Untuk pengobatan darurat pada saat stroke dapat digunakan sejenis obat yang disebut tPA yang dimasukkan melalui urat. "Anda akan pulih 60-70& lebih cepat jika saat terjadi stroke diberikan pengobatan itu," ujar Sayona.
Namun, tPA juga hanya efektif jika diberikan pada tiga jam pertama terjadi stroke. Jika diberikan setelah itu, justru obat tersebut dapat meningkatkan risiko pendarahan otak.
Jika pasien sampai di rumah sakit sekitar enam hingga delapan jam setelah terjadinya stroke, pengobatan masih dapat dilakukan melalui kateter melalui pembuluh darah dan pembekuan pada otak.
"Sangat penting untuk mengetahui tanda serta gejala stroke dan membawa orang yang terkena stroke ke ruang gawat darurat sesegera mungkin," tegasnya. (rin)
http://republika.co.id/berita/48382/Kenali_Gejala_Awal_Stroke
Serba Serbi Diabetes Tipe-1
Jika selama ini Anda sering mendengar diabetes tipe 2 yang dipicu oleh pola hidup tidak sehat, apakah Anda mengetahui tentang diabetes tipe 1? Apa penyebabnya dan bagaimana efeknya terhadap penderitanya?
Wanita kelahiran Bronx, Sonia Sotomayor yang menjadi calon Ketua Mahkamah Agung di Amerika Serikat diketahui mengidap penyakit diabetes tipe-1 hampir sepanjang hidupnya. Para Ahli mengatakan, penyakit itu tidak akan mempengaruhi pengabdiannya selama dikontrol dan dimonitor dengan baik seperti dilansir oleh foodconsumer.org, baru-baru ini.
Sotomayor didiagnosa mengidap diabetes pada usia delapan tahun yaitu pada tahun 1960-an. Ketika itu diagnosa semacam itu dianggap akan mengubah kehidupan seseorang. Para pasien tidak diharapkan dapat menjalani hidup produktif atau berumur panjang karena efek samping yang dapat disebabkan penyakit itu.
Namun berbagai perkembangan dan pengobatan selama 30 tahun belakangan, berhasil membuahkan harapan lebih baik untuk para pasien diabetes tipe 1.
Sebuah studi di Prancis yang dipublikasikan pada tahun 2008 lalu pada SpringerLink berhasil mengungkap, gaya hidup dari para pasien diabetes tipe 1 yang berhasil menjalani hidup selama 50 tahun.
"Harapan hidup dari para pasien diabetes tipe 1 terus meningkat. Seiring dengan semakin membaiknya pengobatan sehingga bisa mengurangi terjadinya komplikasi," ujar Dr J.J. Alman dan rekan peneliti.
Diabetes tipe 1 atau seringkali disebut diabetes yang sering dialami anak-anak, menjangkiti sekitar 3 juta orang di Amerika, berdasarkan data dari American Diabetes Association.
Para ahli tidak mengetahui apa penyebabnya dan hingga kini belum ada obatnya. Kemungkinan penyebabnya adalah genetik, virus atau masalah daya tahan tubuh.
Pada diabetes tipe 1, sel pada pankreas memproduksi insulin sangat sedikit bahkan tidak sama sekali. Insulin yaitu hormon yang membuat gula atau glukosa dapat memasuki sel tubuh.
Tanpa insulin yang cukup, glukosa tidak dapat memasuki sel tubuh, justru akan memasuki aliran darah. Padahal tUbuh tidak dapat menggunakan glukosa untuk energi sehingga tingkat glukosa dalam aliran darah akan sangat tinggi.
Diagnosa
Beberapa gejala dari diabetes tipe 1 menurut informasi dari National Institute of Health antara lain sakit abdominal atau dibagian perut, tidak mengalami menstruasi, pusing, sering merasa haus, sering buang air kecil, mual, muntah dan menurunnya berat badan yang berseberangan dengan meningkatnya nafsu makan.
Diagnosa diabetes tipe 1 dilakukan dengan menggunakan beberapa macam tes darah pada waktu yang berbeda dengan kondisi yang berbeda, dokter akan melihat kadar gula darah pasien. Tes khusus yang disebut Tes Ketone juga biasa digunakan untuk mengidentifikasi diabetes tipe 1. Ketone diproduksi dari beberapa bagian dari lemak dan otot yagn bisa berbahaya pada tingkat yang sangat tinggi. Hasil dari Tes Ketone bisa dilihat dari sampel urin.
Untuk perawatan diabetes tipe 1 yaitu sesegera mungkin terutama mengobati tingginya kadar gula darah. Pasalnya, diabetes tipe 1 dapat datang tiba-tiba dan gejalanya bisa langsung parah. Untuk yang baru terdiagnosa sebaiknya dirawat sementara di rumah sakit.
Tujuan dari pengobatan diabetes tipe 1 yaitu memperpanjang usia harapan hidup, mengurangi gejal-gejala serta menghindari komplikasi dari diabetes seperti gagal ginjal, serangan jantung hingga amputasi anggota badan.
Rekomendasi yang diberikan oleh para ahli untuk penderita diabetes tipe 1 yaitu melakukan tes gula darah sendiri dengan hati-hati, pengetahuan yang cukup, berollahraga teratur, perawatan kaki, penggunaan insulin, pengaturan makanan dan berat badan.
Untuk penggunaan insulin, para penderita diabetes tipe 1 tak bisa terhindar untuk menggunakannya setiap hari. Insulin akan menurunkan kadar gula darah, dengan membantu glukosa keluar dari aliran darah dan memasuki sel tubuh.
Insulin biasanya disuntikan dibawah kulit. Pada kasus tertentu, sebuah pompa khusus akan mengatarkan insulin secara berkala. Insulin tidak dapat diperoleh dalam bentuk pil.
Lebih dari satu jenis insulin dapat dicampur bersama dalam satu suntikan untuk mengontrol gula darah. Semua itu harus diberikan dalam suntikan sekitar satu hingga empat kali per hari.
Untuk anak-anak yang masih kecil, biasanya penyuntikan dilakukan oleh orangtua atau orang dewasa lainnya. Namun pada usia 14 tahun, sebagian besar anak diharapkan dapat menyuntik insulin sendiri. (rin)
http://republika.co.id/berita/54438/Serba_Serbi_Diabetes_Tipe_1
Wanita kelahiran Bronx, Sonia Sotomayor yang menjadi calon Ketua Mahkamah Agung di Amerika Serikat diketahui mengidap penyakit diabetes tipe-1 hampir sepanjang hidupnya. Para Ahli mengatakan, penyakit itu tidak akan mempengaruhi pengabdiannya selama dikontrol dan dimonitor dengan baik seperti dilansir oleh foodconsumer.org, baru-baru ini.
Sotomayor didiagnosa mengidap diabetes pada usia delapan tahun yaitu pada tahun 1960-an. Ketika itu diagnosa semacam itu dianggap akan mengubah kehidupan seseorang. Para pasien tidak diharapkan dapat menjalani hidup produktif atau berumur panjang karena efek samping yang dapat disebabkan penyakit itu.
Namun berbagai perkembangan dan pengobatan selama 30 tahun belakangan, berhasil membuahkan harapan lebih baik untuk para pasien diabetes tipe 1.
Sebuah studi di Prancis yang dipublikasikan pada tahun 2008 lalu pada SpringerLink berhasil mengungkap, gaya hidup dari para pasien diabetes tipe 1 yang berhasil menjalani hidup selama 50 tahun.
"Harapan hidup dari para pasien diabetes tipe 1 terus meningkat. Seiring dengan semakin membaiknya pengobatan sehingga bisa mengurangi terjadinya komplikasi," ujar Dr J.J. Alman dan rekan peneliti.
Diabetes tipe 1 atau seringkali disebut diabetes yang sering dialami anak-anak, menjangkiti sekitar 3 juta orang di Amerika, berdasarkan data dari American Diabetes Association.
Para ahli tidak mengetahui apa penyebabnya dan hingga kini belum ada obatnya. Kemungkinan penyebabnya adalah genetik, virus atau masalah daya tahan tubuh.
Pada diabetes tipe 1, sel pada pankreas memproduksi insulin sangat sedikit bahkan tidak sama sekali. Insulin yaitu hormon yang membuat gula atau glukosa dapat memasuki sel tubuh.
Tanpa insulin yang cukup, glukosa tidak dapat memasuki sel tubuh, justru akan memasuki aliran darah. Padahal tUbuh tidak dapat menggunakan glukosa untuk energi sehingga tingkat glukosa dalam aliran darah akan sangat tinggi.
Diagnosa
Beberapa gejala dari diabetes tipe 1 menurut informasi dari National Institute of Health antara lain sakit abdominal atau dibagian perut, tidak mengalami menstruasi, pusing, sering merasa haus, sering buang air kecil, mual, muntah dan menurunnya berat badan yang berseberangan dengan meningkatnya nafsu makan.
Diagnosa diabetes tipe 1 dilakukan dengan menggunakan beberapa macam tes darah pada waktu yang berbeda dengan kondisi yang berbeda, dokter akan melihat kadar gula darah pasien. Tes khusus yang disebut Tes Ketone juga biasa digunakan untuk mengidentifikasi diabetes tipe 1. Ketone diproduksi dari beberapa bagian dari lemak dan otot yagn bisa berbahaya pada tingkat yang sangat tinggi. Hasil dari Tes Ketone bisa dilihat dari sampel urin.
Untuk perawatan diabetes tipe 1 yaitu sesegera mungkin terutama mengobati tingginya kadar gula darah. Pasalnya, diabetes tipe 1 dapat datang tiba-tiba dan gejalanya bisa langsung parah. Untuk yang baru terdiagnosa sebaiknya dirawat sementara di rumah sakit.
Tujuan dari pengobatan diabetes tipe 1 yaitu memperpanjang usia harapan hidup, mengurangi gejal-gejala serta menghindari komplikasi dari diabetes seperti gagal ginjal, serangan jantung hingga amputasi anggota badan.
Rekomendasi yang diberikan oleh para ahli untuk penderita diabetes tipe 1 yaitu melakukan tes gula darah sendiri dengan hati-hati, pengetahuan yang cukup, berollahraga teratur, perawatan kaki, penggunaan insulin, pengaturan makanan dan berat badan.
Untuk penggunaan insulin, para penderita diabetes tipe 1 tak bisa terhindar untuk menggunakannya setiap hari. Insulin akan menurunkan kadar gula darah, dengan membantu glukosa keluar dari aliran darah dan memasuki sel tubuh.
Insulin biasanya disuntikan dibawah kulit. Pada kasus tertentu, sebuah pompa khusus akan mengatarkan insulin secara berkala. Insulin tidak dapat diperoleh dalam bentuk pil.
Lebih dari satu jenis insulin dapat dicampur bersama dalam satu suntikan untuk mengontrol gula darah. Semua itu harus diberikan dalam suntikan sekitar satu hingga empat kali per hari.
Untuk anak-anak yang masih kecil, biasanya penyuntikan dilakukan oleh orangtua atau orang dewasa lainnya. Namun pada usia 14 tahun, sebagian besar anak diharapkan dapat menyuntik insulin sendiri. (rin)
http://republika.co.id/berita/54438/Serba_Serbi_Diabetes_Tipe_1
Waspada Gejala Stroke Tersamar
Mengenali gejala dari stroke sangat penting agar korban dapat segera mendapat perawatan yang tepat. Selain menyelamatkan nyawa, juga dapat membantu proses pemulihan. Perlu diperhatikan, gejala stroke pada wanita seringkali berbeda dari gejala pada umumnya.
Stroke terjadi ketika oksigen dan aliran darah terputus dari otak. Sebagian besar stroke terjadi adalah jenis ischemic, yaitu ketika pembuluh darah utama terhalang oleh plak, gumpalan darah atau bentuk lemak lain. Jenis kedua dari stroke disebut hemmorrhagic stroke, yaitu ketika pembuluh darah dalam otak pecah dan darah mengalir ke dalam otak.
Setiap orang perlu mempelajari dan memahami gejala-gejala dari stroke, mengingat serangan itu terjadi pada sekitar 800.000 orang di Amerika serikat per tahun. Korban stroke harus dibawa ke rumah sakit dalam waktu tiga jam untuk memperoleh obat yang akan membantu menghancurkan gumpalan darah yang mengganggu yaitu TPA atau tissue plasminogen activator.
Gejala yang paling sering terjadi pada stroke yaitu melemah atau mati rasa di sekitar wajah, kaki atau tangan yang terjadi tiba-tiba. Terutama di salah satu bagian tubuh. Kebingungan, termasuk sulit memahami atau berbicara. Kesulitan untuk melihat pada salah satu atau kedua mata atau mengalami pandangan ganda, sulit berjalan, pusing atau kehilangan keseimbangan, mengalami sakit kepala berat tanpa penyebab yang jelas.
Lynda Lisabeth dari University of Michign mengatakan, dalam beberapa penelitian yang dilakukan, wanita bisa jadi tidak mengalami gejala-gejala yang umumnya terjadi. Dia menyebutnya sebagai gejala tidak umum seperti perubahan status kejiwaan, bingung, hilang orientasi dan hilang kesadaran.
"Kekhawatiran utama yang terjadi adalah terlambatnya proses pengobatan stroke yang segera, lantaran gejala ini sulit didiagnosa sebagai kemungkingkinan stroke," terang Linda.
Ada juga keyakinan luas yang ada dalam masyarakat, stroke hanya terjadi pada orang lanjut usia. Padahal, serangan tersebut dapat terjadi pada siapa saja termasuk anak-anak. Meskipun penyebab stroke pada anak berbeda dengan orang dewasa, namun penanganan yang cepat sama-sama dibutuhkan untuk membantu proses pemulihan.
Kampanye peningkatan kewaspadaan stroke meminta semua orang untuk berpikir dengan metode "FAST" untuk mendeteksi gejala stroke.
F untuk Face atau wajah. Minta orang yang kemungkinan menderita stroke untuk tersenyum pada Anda. Lihat apakah salah satu sisi wajah mereka terlihat turun.
Kemudian A untuk Arm atau tangan. Minta mereka untuk mengangkat kedua tangan. Apakah salah satu tangan tidak bisa diangkat.
S untuk speech atau berbicara. Minta mereka untuk mengulang satu kalimat yang Anda ucapkan. Perhatian apakah mereka berbicara dengan suara yang aneh.
T untuk time atau waktu. Jika Anda menemukan ketiga gejala diatas, segera bawa korban ke pusat kesehatan atau rumah sakit terdekat.
Sementara itu, panduan untuk meningkatkan kesehatan dan menghindari stroke yang diberikan oleh National Stroke Association antara lain berhenti merokok, kurangi asupan sodium dan kolesterol, jaga tekanan darah norman, kontrol gula darah bagi penderita diabetes, meminimalisir minuman beralkohol, berolahraga teratur dan segera mengobati segala gangguan sirkulasi tubuh.
Jika Anda telah terkena stroke, pertimbangkan program rehabilitasi stroke menyeluruh yang dibantu oleh ahli terapis yang dapat membantu memperbaiki fungsi bicara, okupasi dan fisik. (healthnews/rin)
http://republika.co.id/berita/55081/Waspada_Gejala_Stroke_Tersamar
Stroke terjadi ketika oksigen dan aliran darah terputus dari otak. Sebagian besar stroke terjadi adalah jenis ischemic, yaitu ketika pembuluh darah utama terhalang oleh plak, gumpalan darah atau bentuk lemak lain. Jenis kedua dari stroke disebut hemmorrhagic stroke, yaitu ketika pembuluh darah dalam otak pecah dan darah mengalir ke dalam otak.
Setiap orang perlu mempelajari dan memahami gejala-gejala dari stroke, mengingat serangan itu terjadi pada sekitar 800.000 orang di Amerika serikat per tahun. Korban stroke harus dibawa ke rumah sakit dalam waktu tiga jam untuk memperoleh obat yang akan membantu menghancurkan gumpalan darah yang mengganggu yaitu TPA atau tissue plasminogen activator.
Gejala yang paling sering terjadi pada stroke yaitu melemah atau mati rasa di sekitar wajah, kaki atau tangan yang terjadi tiba-tiba. Terutama di salah satu bagian tubuh. Kebingungan, termasuk sulit memahami atau berbicara. Kesulitan untuk melihat pada salah satu atau kedua mata atau mengalami pandangan ganda, sulit berjalan, pusing atau kehilangan keseimbangan, mengalami sakit kepala berat tanpa penyebab yang jelas.
Lynda Lisabeth dari University of Michign mengatakan, dalam beberapa penelitian yang dilakukan, wanita bisa jadi tidak mengalami gejala-gejala yang umumnya terjadi. Dia menyebutnya sebagai gejala tidak umum seperti perubahan status kejiwaan, bingung, hilang orientasi dan hilang kesadaran.
"Kekhawatiran utama yang terjadi adalah terlambatnya proses pengobatan stroke yang segera, lantaran gejala ini sulit didiagnosa sebagai kemungkingkinan stroke," terang Linda.
Ada juga keyakinan luas yang ada dalam masyarakat, stroke hanya terjadi pada orang lanjut usia. Padahal, serangan tersebut dapat terjadi pada siapa saja termasuk anak-anak. Meskipun penyebab stroke pada anak berbeda dengan orang dewasa, namun penanganan yang cepat sama-sama dibutuhkan untuk membantu proses pemulihan.
Kampanye peningkatan kewaspadaan stroke meminta semua orang untuk berpikir dengan metode "FAST" untuk mendeteksi gejala stroke.
F untuk Face atau wajah. Minta orang yang kemungkinan menderita stroke untuk tersenyum pada Anda. Lihat apakah salah satu sisi wajah mereka terlihat turun.
Kemudian A untuk Arm atau tangan. Minta mereka untuk mengangkat kedua tangan. Apakah salah satu tangan tidak bisa diangkat.
S untuk speech atau berbicara. Minta mereka untuk mengulang satu kalimat yang Anda ucapkan. Perhatian apakah mereka berbicara dengan suara yang aneh.
T untuk time atau waktu. Jika Anda menemukan ketiga gejala diatas, segera bawa korban ke pusat kesehatan atau rumah sakit terdekat.
Sementara itu, panduan untuk meningkatkan kesehatan dan menghindari stroke yang diberikan oleh National Stroke Association antara lain berhenti merokok, kurangi asupan sodium dan kolesterol, jaga tekanan darah norman, kontrol gula darah bagi penderita diabetes, meminimalisir minuman beralkohol, berolahraga teratur dan segera mengobati segala gangguan sirkulasi tubuh.
Jika Anda telah terkena stroke, pertimbangkan program rehabilitasi stroke menyeluruh yang dibantu oleh ahli terapis yang dapat membantu memperbaiki fungsi bicara, okupasi dan fisik. (healthnews/rin)
http://republika.co.id/berita/55081/Waspada_Gejala_Stroke_Tersamar
Imunisasi Juga Untuk Dewasa
JAKARTA-- Seperti halnya bayi dan balita, orang dewasa juga memerlukan imunisasi untuk ketahanan daya tubuh. Terutama orang dewasa yang memiliki faktor risiko penyakit kronis, memiliki sejarah penyakit dan yang berusia lanjut. Hal itu berguna untuk meningkatkan daya tahan tubuh agar terlindungi dari kemungkinan tertular suatu penyakit.
Hanya saja, kesadaran imunisasi di kalangan orang dewasa tidaklah setinggi antusiasme para orangtua untuk memberikan imunisasi pada anak-anak mereka. Hal tersebut disampaikan oleh Spesialis imunisasi dewasa, Prof Dr. dr. Samsuridjal Djauzi pada seminar awam kesehatan mengenai perlunya imunisasi bagi orang dewasa, di Jakarta, akhir pekan lalu.
"Banyak orang dewasa yang lebih gelisah memikirkan imunisasi untuk anaknya ketimbang dirinya sendiri. Padahal, tanpa imunisasi, seseorang baik anak-anak maupun orang dewasa akan lebih mudah terserang penyakit. Hal itu terjadi karena imunitas dalam dirinya rendah," ungkap Samsuridjal.
Selain itu, vaksinasi juga dapat menurunkan resiko kematian akibat penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin. Penyakit yang dapat menyerang orang dewasa dan dapat dicegah dengan vaksin antara lain influenza dan pneumonia.
Dijabarkan Samsuridjal, influenza merupakan penyakit yang mudah menular. Saat seseorang bersin atau batuk jutaan droplet dan mukus yang terlontar dapat mencapai jarak 200 mil per jam atau 100 meter per detik. Droplet dan mukus yang mengandung partikel virus dan bakteri lah yang dapat menularkan influenza pada orang lain.
Meski sebagian masyarakat menganggap influenza adalah penyakit ringan yang akan sembuh sendiri dengan istirahat cukup pada kenyataannya influenza dapat mengkibatkan berbagai kerugian dan komplikasi pneumonia atau paru-paru basah pada orang usia lanjut.
" Menurunnya produktivitas akibat influenza tentunya berujung pada beban sosial ekonomis. Bahkan WHO menyatakan per tahun angka kematian akibat influenza mencapai 250.000 sampai 500.ooo," paparnya.
Jika imunitas tubuh sedang rendah maka penularan penyakit akan lebih cepat. Orang lanjut usia, jelas Samsuridjal, memiliki resiko tinggi tertular penyakit karena fungsi organ dan imunitas sudah berkurang. Vaksinasi sangat diperlukan agar daya tahan tubuh kuat dan terhindar dari penyakit menular.
Sayangnya perhatian terhadap imunisasi dewasa, menurut Samsuridjal, karena adanya anggapan mengenai rendahnya efektivitas imunisasi tersebut, serta belum ada pedoman mengenai imunisasi dewasa, sebagaimana halnya imunisasi balita.
"Selain itu harga vaksin masih relatif mahal dan layanan imunisasi juga masih terbatas," tutur Samsuridjal.
Cegah Kematian
Rendahnya perhatian masyarakat kita terhadap imunisasi orang dewasa, tentu patut disayangkan. Sebab, menurut hasil penelitian di Amerika Serikat (AS) pada 2001, imunisasi dewasa dapat mencegah kematian 100 kali lipat dibandingkan imunisasi anak-anak. Karena itu, dalam program kesehatan masyarakat 2010, AS mencanangkan 60 persen vaksinasi influenza pada orang dewasa.
Di AS sudah dicanangkan pekan imunisasi dewasa. Di Indonesia, upaya ke arah itu sebenarnya sudah dilakukan dalam rangka Indonesia Sehat 2010. Dalam kaitan itu, imunisasi dewasa diberikan untuk hepatitis B, hepatitis A, tetanus, MMR, tifoid, influenza, pneumokokus, dan meningokokus. Hanya saja, layanan vaksinasi ini belum merata.
Samsuridjal menjabarkan kelompok orang yang wajib diberikan vaksin. Mereka yang memiliki faktor resiko tinggi terhadap satu penyakit dan komplikasinya. Antara lain penghuni rumah jompo atau cacat untuk jangka waktu yang lama dan dianggap mempunyai risiko tinggi terhadap influenza dan komplikasinya.
Orang tua yang tidak tinggal di rumah jompo tetapi menderita penyakit kronis seperti kardiovaskular, pulmoner, penyakit metabolisme termasuk diabetes melitus dan ginjal, serta berbagai jenis penderita imunodefisiensi termasuk penderita AIDS dan penerima transplantasi juga target vaksinasi.
"Petugas kesehatan regular, sering kontak dengan penderita yang berisiko tinggi, Rumah tangga yang kontak dengan orang-orang berisiko tinggi juga harus melakukan imunisasi,' imbuh Samsuridjal.
Mengenai efektivitas vaksin pada orang dewasa, Samsuridjal memberikan sejumlah gambaran. Influenza misalnya, yang diperkirakan mengakibatkan 20 ribu kematian per tahun, dengan vaksinasi dapat dicegah sekitar 9.800 kematian per tahun.
" Dari perkiraan 40 ribu kematian per tahun, sebanyak 20.640 kematian di antaranya dapat dicegah dengan penggunaan vaksin," papar Samsuridjal.
Dibanding tahun-tahun yang lalu, pemberian vaksin influenza saat ini menjadi lebih penting terkait merebaknya kasus avian influenza dan swine influenza. Pemahaman mengenai seasonal influenza setidaknya dapat digunakan sebagai langkah antisipasi menghadapi kemungkinan pandemi avian influenza dan swine influenza.
Mengingat pentingnya imunisasi dewasa, maka perhatian terhadap imunisasi ini mesti ditingkatkan. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan kepedulian petugas kesehatan dan ketersediaan vaksin yang murah dan mudah dijangkau. Karena itu, diperlukan peranan pemerintah maupun asuransi dalam menyediakan pendanaan.
Seperti halnya di AS dan banyak negara lain, sosialisasi imunisasi dewasa di Indonesia juga harus digalakkan. Salah satunya, dengan memperbanyak layanan imunisasi dewasa sehingga mudah dijangkau.
Dengan imunisasi sejak awal pada orang dewasa dan lanjut usia akan memberikan banyak faedah. Selain produktivitas terjaga dengan baik, biaya pengobatan yang cukup mahal apabila orang dewasa terutama lansia akibat sakit dapat ditekan. Vaksinasi merupakan investasi bagi siapapun yang mempedulikan kesehatan. Karena lebih baik mencegah daripada mengobati. (cr1/rin)
http://republika.co.id/berita/53635/Imunisasi_Juga_Untuk_Dewasa
Hanya saja, kesadaran imunisasi di kalangan orang dewasa tidaklah setinggi antusiasme para orangtua untuk memberikan imunisasi pada anak-anak mereka. Hal tersebut disampaikan oleh Spesialis imunisasi dewasa, Prof Dr. dr. Samsuridjal Djauzi pada seminar awam kesehatan mengenai perlunya imunisasi bagi orang dewasa, di Jakarta, akhir pekan lalu.
"Banyak orang dewasa yang lebih gelisah memikirkan imunisasi untuk anaknya ketimbang dirinya sendiri. Padahal, tanpa imunisasi, seseorang baik anak-anak maupun orang dewasa akan lebih mudah terserang penyakit. Hal itu terjadi karena imunitas dalam dirinya rendah," ungkap Samsuridjal.
Selain itu, vaksinasi juga dapat menurunkan resiko kematian akibat penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin. Penyakit yang dapat menyerang orang dewasa dan dapat dicegah dengan vaksin antara lain influenza dan pneumonia.
Dijabarkan Samsuridjal, influenza merupakan penyakit yang mudah menular. Saat seseorang bersin atau batuk jutaan droplet dan mukus yang terlontar dapat mencapai jarak 200 mil per jam atau 100 meter per detik. Droplet dan mukus yang mengandung partikel virus dan bakteri lah yang dapat menularkan influenza pada orang lain.
Meski sebagian masyarakat menganggap influenza adalah penyakit ringan yang akan sembuh sendiri dengan istirahat cukup pada kenyataannya influenza dapat mengkibatkan berbagai kerugian dan komplikasi pneumonia atau paru-paru basah pada orang usia lanjut.
" Menurunnya produktivitas akibat influenza tentunya berujung pada beban sosial ekonomis. Bahkan WHO menyatakan per tahun angka kematian akibat influenza mencapai 250.000 sampai 500.ooo," paparnya.
Jika imunitas tubuh sedang rendah maka penularan penyakit akan lebih cepat. Orang lanjut usia, jelas Samsuridjal, memiliki resiko tinggi tertular penyakit karena fungsi organ dan imunitas sudah berkurang. Vaksinasi sangat diperlukan agar daya tahan tubuh kuat dan terhindar dari penyakit menular.
Sayangnya perhatian terhadap imunisasi dewasa, menurut Samsuridjal, karena adanya anggapan mengenai rendahnya efektivitas imunisasi tersebut, serta belum ada pedoman mengenai imunisasi dewasa, sebagaimana halnya imunisasi balita.
"Selain itu harga vaksin masih relatif mahal dan layanan imunisasi juga masih terbatas," tutur Samsuridjal.
Cegah Kematian
Rendahnya perhatian masyarakat kita terhadap imunisasi orang dewasa, tentu patut disayangkan. Sebab, menurut hasil penelitian di Amerika Serikat (AS) pada 2001, imunisasi dewasa dapat mencegah kematian 100 kali lipat dibandingkan imunisasi anak-anak. Karena itu, dalam program kesehatan masyarakat 2010, AS mencanangkan 60 persen vaksinasi influenza pada orang dewasa.
Di AS sudah dicanangkan pekan imunisasi dewasa. Di Indonesia, upaya ke arah itu sebenarnya sudah dilakukan dalam rangka Indonesia Sehat 2010. Dalam kaitan itu, imunisasi dewasa diberikan untuk hepatitis B, hepatitis A, tetanus, MMR, tifoid, influenza, pneumokokus, dan meningokokus. Hanya saja, layanan vaksinasi ini belum merata.
Samsuridjal menjabarkan kelompok orang yang wajib diberikan vaksin. Mereka yang memiliki faktor resiko tinggi terhadap satu penyakit dan komplikasinya. Antara lain penghuni rumah jompo atau cacat untuk jangka waktu yang lama dan dianggap mempunyai risiko tinggi terhadap influenza dan komplikasinya.
Orang tua yang tidak tinggal di rumah jompo tetapi menderita penyakit kronis seperti kardiovaskular, pulmoner, penyakit metabolisme termasuk diabetes melitus dan ginjal, serta berbagai jenis penderita imunodefisiensi termasuk penderita AIDS dan penerima transplantasi juga target vaksinasi.
"Petugas kesehatan regular, sering kontak dengan penderita yang berisiko tinggi, Rumah tangga yang kontak dengan orang-orang berisiko tinggi juga harus melakukan imunisasi,' imbuh Samsuridjal.
Mengenai efektivitas vaksin pada orang dewasa, Samsuridjal memberikan sejumlah gambaran. Influenza misalnya, yang diperkirakan mengakibatkan 20 ribu kematian per tahun, dengan vaksinasi dapat dicegah sekitar 9.800 kematian per tahun.
" Dari perkiraan 40 ribu kematian per tahun, sebanyak 20.640 kematian di antaranya dapat dicegah dengan penggunaan vaksin," papar Samsuridjal.
Dibanding tahun-tahun yang lalu, pemberian vaksin influenza saat ini menjadi lebih penting terkait merebaknya kasus avian influenza dan swine influenza. Pemahaman mengenai seasonal influenza setidaknya dapat digunakan sebagai langkah antisipasi menghadapi kemungkinan pandemi avian influenza dan swine influenza.
Mengingat pentingnya imunisasi dewasa, maka perhatian terhadap imunisasi ini mesti ditingkatkan. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan kepedulian petugas kesehatan dan ketersediaan vaksin yang murah dan mudah dijangkau. Karena itu, diperlukan peranan pemerintah maupun asuransi dalam menyediakan pendanaan.
Seperti halnya di AS dan banyak negara lain, sosialisasi imunisasi dewasa di Indonesia juga harus digalakkan. Salah satunya, dengan memperbanyak layanan imunisasi dewasa sehingga mudah dijangkau.
Dengan imunisasi sejak awal pada orang dewasa dan lanjut usia akan memberikan banyak faedah. Selain produktivitas terjaga dengan baik, biaya pengobatan yang cukup mahal apabila orang dewasa terutama lansia akibat sakit dapat ditekan. Vaksinasi merupakan investasi bagi siapapun yang mempedulikan kesehatan. Karena lebih baik mencegah daripada mengobati. (cr1/rin)
http://republika.co.id/berita/53635/Imunisasi_Juga_Untuk_Dewasa
Kontrol Gula Darah Tepis Serangan Jantung
NEW YORK-- Sebuah penelitian menekankan pentingnya kontrol gula darah jangka panjang pada para penderita diabetes. Studi itu menemukan, jarangnya cek gula darah terkait erat dengan peningkatan risiko meninggal dunia karena serangan jantung ischemic yaitu jenis penyakit yang disebabkan terhalangnya aliran darah ke pembuluh nadi di jantung.
Dengan mengontrol gula darah atau kadar glikemik, risiko kematian akibar serangan jantung ischemic dapat disetarakan dengan orang-orang tanpa diabetes, ungkap penelitian itu.
"Dari penemuan itu kita mengetahui, kontrol kadar glikemik terutama pada orang yang baru terdiagnosa diabetes perlu direkomendasikan. Sebagai tambahan, sangat penting untuk mengontrol faktor risiko kardiovaskular lainnya," ujar Dr. Ane C. Dale dari Norwegian University of Science and Technology di Trondheim kepada Reuters Health, belum lama ini.
Dalam studi berkelanjutan yang dilakukan selama 20 tahun, Dale dan rekan peneliti membandungkan angka rata-rata kematian dari penyakit jantung ischemic pada 205 pasien yang baru terdiagnosa dengan diabetes dengan 205 partisipan yang tidak memiliki penyakit diabetes.
Para peneliti melaporkan penemuan mereka dalam European Heart Journal. Mereka mengatakan, para penderita diabetes memiliki risiko kematian dua kali lipat akibat serangan jantung ischemic dibandingkan dengan pasien tanpa diabetes.
Risiko kematian dari serangan jantung ischemic empat kali lipat lebih tinggi pada partisipan yang jarang mengecek gula darah dibandingkan kelompok partisipan lain yang mengontrol kadar gula darah teratur, bahkan risiko bisa ditekan hingga menyamai orang tanpa diabetes.
"Hasil penelitian ini seiring dengan hipotesis yang mengatakan kontrol gula darah mengurangi risiko komplikasi koroner pada pasien dengan diabetes," tutur Dale. (rin)
http://republika.co.id/berita/60661/Kontrol_Gula_Darah_Tepis_Serangan_Jantung
Dengan mengontrol gula darah atau kadar glikemik, risiko kematian akibar serangan jantung ischemic dapat disetarakan dengan orang-orang tanpa diabetes, ungkap penelitian itu.
"Dari penemuan itu kita mengetahui, kontrol kadar glikemik terutama pada orang yang baru terdiagnosa diabetes perlu direkomendasikan. Sebagai tambahan, sangat penting untuk mengontrol faktor risiko kardiovaskular lainnya," ujar Dr. Ane C. Dale dari Norwegian University of Science and Technology di Trondheim kepada Reuters Health, belum lama ini.
Dalam studi berkelanjutan yang dilakukan selama 20 tahun, Dale dan rekan peneliti membandungkan angka rata-rata kematian dari penyakit jantung ischemic pada 205 pasien yang baru terdiagnosa dengan diabetes dengan 205 partisipan yang tidak memiliki penyakit diabetes.
Para peneliti melaporkan penemuan mereka dalam European Heart Journal. Mereka mengatakan, para penderita diabetes memiliki risiko kematian dua kali lipat akibat serangan jantung ischemic dibandingkan dengan pasien tanpa diabetes.
Risiko kematian dari serangan jantung ischemic empat kali lipat lebih tinggi pada partisipan yang jarang mengecek gula darah dibandingkan kelompok partisipan lain yang mengontrol kadar gula darah teratur, bahkan risiko bisa ditekan hingga menyamai orang tanpa diabetes.
"Hasil penelitian ini seiring dengan hipotesis yang mengatakan kontrol gula darah mengurangi risiko komplikasi koroner pada pasien dengan diabetes," tutur Dale. (rin)
http://republika.co.id/berita/60661/Kontrol_Gula_Darah_Tepis_Serangan_Jantung
Musik Tepat Jantung Sehat
Jika Anda memiliki tekanan darah tinggi dan seringkali merasa jantung berdetak cepat, sebaiknya sering-sering mendengarkan musik yang perlahan dengan volume yang tak terlalu keras. Hal itu diyakini dapat menekan tekanan darah sekaligus memperlambat detak jantung.
Para peneliti menemukan musik dengan tempo cepat dapat meningkatkkan tekanan darah dan detak jantung. Sebaliknya, musik yang lambat dapat menekan kedua hal tersebut. Efek yang dihasilkan juga sama ketika volume musik secara perlahan diperkecil dari volume yang besar seperti dilansir dari Telegraph.co.uk, baru-baru ini.
Penemuan itu dilaporkan pada Journal of the American Heart Association oleh Professor Luciano Bernardi dari University of Pavia, Italia.
Peneliti menemukan alunan musik lambat yang perlahan-lahan semakin pelan akan menurunkan tekanan darah dan detak jantung. Sementara itu, menurunkan volume musik secara perlahan-lahan akan menghasilkan relaksasi.
"Musik mengurangi detak jantung dan tekanan darah secara dinamis dan berkelanjutan. Hingga bagian tertentu, dapat diukur pengaruhnya terhadap sistem kardiovaskular," ujar Bernardy.
Ketika musik dihentikan sementara, maka nafas, detak jantung dan tekanan darah menurun. kadang-kadang dibawah detak jantung sebelumnya. Musik yang lambat menyebabkan penurunan detak jantung.
Para partisipan penelitian dilengkapi dengan headphone dan dipasangkan alat untuk mengukur detak jantung yaitu electrocardiogram (ECG) dan monitor untuk mengukur tekanan darah, aliran darah arteri di otak, pernafasan dan sebagian pembuluh darah pada kulit. (rin)
http://republika.co.id/berita/58208/Musik_Tepat_Jantung_Sehat
Para peneliti menemukan musik dengan tempo cepat dapat meningkatkkan tekanan darah dan detak jantung. Sebaliknya, musik yang lambat dapat menekan kedua hal tersebut. Efek yang dihasilkan juga sama ketika volume musik secara perlahan diperkecil dari volume yang besar seperti dilansir dari Telegraph.co.uk, baru-baru ini.
Penemuan itu dilaporkan pada Journal of the American Heart Association oleh Professor Luciano Bernardi dari University of Pavia, Italia.
Peneliti menemukan alunan musik lambat yang perlahan-lahan semakin pelan akan menurunkan tekanan darah dan detak jantung. Sementara itu, menurunkan volume musik secara perlahan-lahan akan menghasilkan relaksasi.
"Musik mengurangi detak jantung dan tekanan darah secara dinamis dan berkelanjutan. Hingga bagian tertentu, dapat diukur pengaruhnya terhadap sistem kardiovaskular," ujar Bernardy.
Ketika musik dihentikan sementara, maka nafas, detak jantung dan tekanan darah menurun. kadang-kadang dibawah detak jantung sebelumnya. Musik yang lambat menyebabkan penurunan detak jantung.
Para partisipan penelitian dilengkapi dengan headphone dan dipasangkan alat untuk mengukur detak jantung yaitu electrocardiogram (ECG) dan monitor untuk mengukur tekanan darah, aliran darah arteri di otak, pernafasan dan sebagian pembuluh darah pada kulit. (rin)
http://republika.co.id/berita/58208/Musik_Tepat_Jantung_Sehat
Makan Tak Sehat Awal Kanker Kolon
JAKARTA-- Pola hidup yang tak sehat dengan makanan cepat saji dan kurang aktivitas fisik, banyak mengundang penyakit bagi masyakarakat modern saat ini. Penyakit yang cukup ganas mengintai adalah kanker usus besar (kolon). Meski penyebab utamanya belum diketahui secara pasti, namun asupan makanan tak sehat merupakan faktor penting dalam proses terjadinya kanker itu.
Konsultan Hematologi dan Onkologi Medis dari FKUI/RSUPN Cipto Mangunkusumo, dr. Aru W Sudoyo memaparkan, kanker usus besar ditimbulkan oleh pajanan terhadap bahan-bahan karsinogenik (dapat menyebabkan kanker) yang terjadi akibat berbagai pola hidup atau gangguan pada metabolisme tubuh seperti yang ditemukan pada orang yang obesitas dan kurang berolah raga.
"Dari semua jenis kanker, kanker usus besar paling dipengaruhi oleh bahan-nahan karsinogenik dan gaya hidup modern. Berbagai macam makanan yang mengandung bahan karsinogenik pasti akan melewati usus besar," ungkap Aru pada patients gathering Indonesian Ostomy Association (InOA) di Jakarta, pekan lalu.
Dia menjelaskan, makanan yang tinggi lemak terutama yang bersumber dari hewani, daging merah yang dibakar dengan proses pembakaran yang cukup lama, makanan cepat saji merupakan faktor risiko kanker usus besar. Selain itu, kebiasaan merokok, riwayat polip usus besar dalam keluarga, kurang bergerak, kegemukan dan bertambahnya usia meningkatkan risiko terserang penyakit kanker usus besar. Ditegaskan oleh Aru, diet atau makanan dapat mempengaruhi proses genetik yang berhubungan dengan kanker usus besar.
Sementara itu, dr. Fajar Firsyada, SpB mengatakan angka kejadian kanker usus besar biasanya terjadi pada usia di atas 40 tahun. Namun dengan makin modern pola kehidupan masyarakat, angka kejadian kanker usus pun bergeser.
"Di negara maju, angka kejadian kanker usus besar pada orang dengan usia di bawah 40 tahun sebanyak 3%. Namun di Indonesia orang yang menderita kanker usus besar di bawah 40 tahun sebanyak 30%," papar Fajar.
Deteksi dini
Seperti halnya deteksi dini kanker mulut rahim menggunakan papsmear atau untuk kanker payudara memakai mamografi, Fajar menuturkan, kanker kolon pun bisa dilakukan deteksi dini dengan kolonoskopi.
"Deteksi dini kanker kolon dianjurkan kepada mereka yang telah menginjak usia 50 tahun. Tetapi bagi mereka yang memiliki riwayat keluarga pernah terkena kanker ovarium, kolon dan kanker paru, disarankan melakukan deteksi dini sebelum usia 50 tahun, bahkan diawal 30 sangat disarankan" jelasnya.
Kanker kolon dianggap sebagai penyakit yang perjalanannya lambat. Karena itu masyarakat dianjurkan melakukan deteksi dini melalui pemeriksaan darah yang ada dalam tinja dan kolonoskopi.
Fajar menuturkan, terutama bagi mereka yang telah mengalami gejala, seperti perdarahan pada saat buang air besar dan tertutupnya jalan usus atau penyumbatan, deteksi dini kanker usus besar sangat diwajibkan.
Pemeriksaan kolonoskopi relatif aman dan tidak berbahaya. Kolonoskopi dilakukan untuk menemukan kanker kolorektal sekaligus mendapatkan jaringan untuk diperiksa di laboratorium patologi. Pada pemeriksaan ini diperlukan alat endoskopi fiberoptik yang digunakan untuk pemeriksaan kolonoskopi. Alat tersebut dapat melihat sepanjang usus besar, memotretnya, sekaligus biopsi tumor bila ditemukan.
Dengan kolonoskopi dapat dilihat kelainan berdasarkan gambaran makroskopik. Bila tidak ada penonjolan atau ulkus, pengamatan kolonoskopi ditujukan pada kelainan warna, bentuk permukaan, dan gambaran pembuluh darahnya. Dr Fajar mengatakan dengan deteksi dini diharapkan kanker kolon dapat segera ditangani atau diterapi. Beberapa terapi, seperti kemoterapi dan radiasi dapat dilakukan untuk mengatasi kanker kolon. (cr1/rin)
http://republika.co.id/berita/57708/Makan_Tak_Sehat_Awal_Kanker_Kolon
Konsultan Hematologi dan Onkologi Medis dari FKUI/RSUPN Cipto Mangunkusumo, dr. Aru W Sudoyo memaparkan, kanker usus besar ditimbulkan oleh pajanan terhadap bahan-bahan karsinogenik (dapat menyebabkan kanker) yang terjadi akibat berbagai pola hidup atau gangguan pada metabolisme tubuh seperti yang ditemukan pada orang yang obesitas dan kurang berolah raga.
"Dari semua jenis kanker, kanker usus besar paling dipengaruhi oleh bahan-nahan karsinogenik dan gaya hidup modern. Berbagai macam makanan yang mengandung bahan karsinogenik pasti akan melewati usus besar," ungkap Aru pada patients gathering Indonesian Ostomy Association (InOA) di Jakarta, pekan lalu.
Dia menjelaskan, makanan yang tinggi lemak terutama yang bersumber dari hewani, daging merah yang dibakar dengan proses pembakaran yang cukup lama, makanan cepat saji merupakan faktor risiko kanker usus besar. Selain itu, kebiasaan merokok, riwayat polip usus besar dalam keluarga, kurang bergerak, kegemukan dan bertambahnya usia meningkatkan risiko terserang penyakit kanker usus besar. Ditegaskan oleh Aru, diet atau makanan dapat mempengaruhi proses genetik yang berhubungan dengan kanker usus besar.
Sementara itu, dr. Fajar Firsyada, SpB mengatakan angka kejadian kanker usus besar biasanya terjadi pada usia di atas 40 tahun. Namun dengan makin modern pola kehidupan masyarakat, angka kejadian kanker usus pun bergeser.
"Di negara maju, angka kejadian kanker usus besar pada orang dengan usia di bawah 40 tahun sebanyak 3%. Namun di Indonesia orang yang menderita kanker usus besar di bawah 40 tahun sebanyak 30%," papar Fajar.
Deteksi dini
Seperti halnya deteksi dini kanker mulut rahim menggunakan papsmear atau untuk kanker payudara memakai mamografi, Fajar menuturkan, kanker kolon pun bisa dilakukan deteksi dini dengan kolonoskopi.
"Deteksi dini kanker kolon dianjurkan kepada mereka yang telah menginjak usia 50 tahun. Tetapi bagi mereka yang memiliki riwayat keluarga pernah terkena kanker ovarium, kolon dan kanker paru, disarankan melakukan deteksi dini sebelum usia 50 tahun, bahkan diawal 30 sangat disarankan" jelasnya.
Kanker kolon dianggap sebagai penyakit yang perjalanannya lambat. Karena itu masyarakat dianjurkan melakukan deteksi dini melalui pemeriksaan darah yang ada dalam tinja dan kolonoskopi.
Fajar menuturkan, terutama bagi mereka yang telah mengalami gejala, seperti perdarahan pada saat buang air besar dan tertutupnya jalan usus atau penyumbatan, deteksi dini kanker usus besar sangat diwajibkan.
Pemeriksaan kolonoskopi relatif aman dan tidak berbahaya. Kolonoskopi dilakukan untuk menemukan kanker kolorektal sekaligus mendapatkan jaringan untuk diperiksa di laboratorium patologi. Pada pemeriksaan ini diperlukan alat endoskopi fiberoptik yang digunakan untuk pemeriksaan kolonoskopi. Alat tersebut dapat melihat sepanjang usus besar, memotretnya, sekaligus biopsi tumor bila ditemukan.
Dengan kolonoskopi dapat dilihat kelainan berdasarkan gambaran makroskopik. Bila tidak ada penonjolan atau ulkus, pengamatan kolonoskopi ditujukan pada kelainan warna, bentuk permukaan, dan gambaran pembuluh darahnya. Dr Fajar mengatakan dengan deteksi dini diharapkan kanker kolon dapat segera ditangani atau diterapi. Beberapa terapi, seperti kemoterapi dan radiasi dapat dilakukan untuk mengatasi kanker kolon. (cr1/rin)
http://republika.co.id/berita/57708/Makan_Tak_Sehat_Awal_Kanker_Kolon
Cuci Tangan Selamatkan Nyawa
JAKARTA-- Kebiasaan mencuci tangan masyarakat Indonesia masih belum baik. Terlihat dari kebiasaan mencuci tangan dengan menggunakan semangkuk air atau kobokan untuk membasuh tangan sebelum makan. Padahal kebiasan sehat itu bisa menyelamatkan nyawa dengan mencegah penyakit.
Tangan yang terlihat bersih ternyata belum tentu steril. Dampaknya, hampir sama dengan tangan yang kotor bisa menjadi sumber beberapa penyakit yang dapat menyebabkan kematian pada anak seperti diare dan infeksi saluran pernafasan akut (ISPA). Hasil penelitian badan kesehatan dunia (WHO) menunjukan sekitar 1,8 juta orang meninggal karena diare.
Pakar Kesehatan, dr Handrawan Nadesul mengatakan, kebiasaan cuci tangan dengan baik dapat mencegah masuknya sepuluh jenis penyakit diantaranya diare, kolera dan ISPA. "Untuk itu setiap orang perlu diintervensi agar hidup sehat dan mulailah dengan mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir," ungkap Hendrawan dalam diskusi kesehatan anak di Jakarta, Rabu (17/6).
Dia memaparkan, diare, ISPA dan penyakit penyebab kematian pada balita lainnya dapat dicegah dengan penyadaran hidup bersih bagi masyarakat. Peran ibu, dikatakan Hendrawan adalah modal besar dalam pembentukan perilaku hidup sehat, karena ibu yang terlibat langsung dalam menyediakan makanan, mengasuh anak dan penerapan perilaku sehat lainnya.
Menurut artikel dalam British Medical Journal, 51 penelitian yang dilakukan di Inggris menunjukan cuci tangan lebih efektif dibanding obat dan vaksin untuk menghentikan flu.
Biaya Kesehatan
Hanya dengan modal sabun dan air mengalir biaya kesahatan setiap keluarga dapat ditekan hingga 44%. Hal itu menujukan intervensi cuci tangan menurunkan penyakit yang menyebabkan kematian pada anak lebih efektif dibanding cara lain. "Di Filipina dampak ekonomi perilaku cuci tangan dengan sabun dapat menekan biaya kesehatan sebesar 455 juta $ AS," imbuh Handrawan.
Mencegah datangnya penyakit sejak awal tentunya akan mengurangi biaya tinggi untuk pengobatan. Sayang, perilaku cuci tangan dengan sabun kurang dipromosikan sebagai tindakan pencegahan.
Handrawan menyayangkan berbagai pihak lebih banyak fokus pada masalah kesehatan di hulu, yaitu bagaimana cara memberikan pengobatan gratis atau obat murah. Padahal menggiatkan promosi perilaku cuci tangan dengan sabun dapat menekan biaya kesehatan untuk membeli obat, perawatan rumah sakit dan keperluan lainnya ketika seseorang sakit. Selain itu, dengan mencuci tangan dengan sabun akan menurunkan angka izin anak sekolah dan berbagai dampak sosial yang ditimbulkannya.
Menjadi pribadi yang sehat adalah bagaimana seseorang berperilaku sehat. Perilaku sehat dapat dibentuk sejak kecil dengan komunikasi, informasi dan edukasi. Semua kalangan berperan untuk mewujudkan generasi Indonesia yang sehat. Pemerintah berperan menganggarkan dana dan program untuk mencanangkan perilaku hidup bersih dan sehat, sementara itu pihak lain dapat membantu program pemerintah dalam melakukan komunikasi, informasi dan edukasi.
"Namun yang sangat berperan adalah keluarga, terutama ibu. Karena ibu ada dibelakang terciptanya generasi sehat" tegas Handrawan. (cr1/rin)
http://republika.co.id/berita/57061/Cuci_Tangan_Selamatkan_Nyawa
Tangan yang terlihat bersih ternyata belum tentu steril. Dampaknya, hampir sama dengan tangan yang kotor bisa menjadi sumber beberapa penyakit yang dapat menyebabkan kematian pada anak seperti diare dan infeksi saluran pernafasan akut (ISPA). Hasil penelitian badan kesehatan dunia (WHO) menunjukan sekitar 1,8 juta orang meninggal karena diare.
Pakar Kesehatan, dr Handrawan Nadesul mengatakan, kebiasaan cuci tangan dengan baik dapat mencegah masuknya sepuluh jenis penyakit diantaranya diare, kolera dan ISPA. "Untuk itu setiap orang perlu diintervensi agar hidup sehat dan mulailah dengan mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir," ungkap Hendrawan dalam diskusi kesehatan anak di Jakarta, Rabu (17/6).
Dia memaparkan, diare, ISPA dan penyakit penyebab kematian pada balita lainnya dapat dicegah dengan penyadaran hidup bersih bagi masyarakat. Peran ibu, dikatakan Hendrawan adalah modal besar dalam pembentukan perilaku hidup sehat, karena ibu yang terlibat langsung dalam menyediakan makanan, mengasuh anak dan penerapan perilaku sehat lainnya.
Menurut artikel dalam British Medical Journal, 51 penelitian yang dilakukan di Inggris menunjukan cuci tangan lebih efektif dibanding obat dan vaksin untuk menghentikan flu.
Biaya Kesehatan
Hanya dengan modal sabun dan air mengalir biaya kesahatan setiap keluarga dapat ditekan hingga 44%. Hal itu menujukan intervensi cuci tangan menurunkan penyakit yang menyebabkan kematian pada anak lebih efektif dibanding cara lain. "Di Filipina dampak ekonomi perilaku cuci tangan dengan sabun dapat menekan biaya kesehatan sebesar 455 juta $ AS," imbuh Handrawan.
Mencegah datangnya penyakit sejak awal tentunya akan mengurangi biaya tinggi untuk pengobatan. Sayang, perilaku cuci tangan dengan sabun kurang dipromosikan sebagai tindakan pencegahan.
Handrawan menyayangkan berbagai pihak lebih banyak fokus pada masalah kesehatan di hulu, yaitu bagaimana cara memberikan pengobatan gratis atau obat murah. Padahal menggiatkan promosi perilaku cuci tangan dengan sabun dapat menekan biaya kesehatan untuk membeli obat, perawatan rumah sakit dan keperluan lainnya ketika seseorang sakit. Selain itu, dengan mencuci tangan dengan sabun akan menurunkan angka izin anak sekolah dan berbagai dampak sosial yang ditimbulkannya.
Menjadi pribadi yang sehat adalah bagaimana seseorang berperilaku sehat. Perilaku sehat dapat dibentuk sejak kecil dengan komunikasi, informasi dan edukasi. Semua kalangan berperan untuk mewujudkan generasi Indonesia yang sehat. Pemerintah berperan menganggarkan dana dan program untuk mencanangkan perilaku hidup bersih dan sehat, sementara itu pihak lain dapat membantu program pemerintah dalam melakukan komunikasi, informasi dan edukasi.
"Namun yang sangat berperan adalah keluarga, terutama ibu. Karena ibu ada dibelakang terciptanya generasi sehat" tegas Handrawan. (cr1/rin)
http://republika.co.id/berita/57061/Cuci_Tangan_Selamatkan_Nyawa
Tangkal DBD dengan Perilaku Hidup Bersih
JAMBI-- Hingga kini perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) masih menjadi cara paling efektif dalam memberantas nyamuk "Aedes Aegypti" penular penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Demkian diungkap Kepala Dinas Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Jambi, Syahlian Lubis.
"Pengasapan atau fogging hanya efektif untuk memberantas nyamuk-nyamuk dewasa, sementara jentik dan telur nyamuk tetap hidup dan tidak terpengaruh," katanya saat ditemui di Jambi, Senin (3/8).
Selain memakan biaya dan waktu yang banyak dan lama, pengasapan yang dilakukan secara sembarangan tanpa takaran dan dosis yang tepat justru dapat membahayakan kesehatan masyarakat. Tidak hanya itu, pengasapan yang dilakukan terlalu sering malah akan menyebabkan nyamuk menjadi kebal terhadap obat pembasmi.
Selama ini sebagian besar warga masih menganggap pengasapan merupakan cara paling tepat memberantas nyamuk, padahal yang paling bagus justru dengan PHBS. Pengasapan harus dilakukan pada sasaran yang tepat dan hanya dilakukan pada daerah yang mengalami wabah DBD, serta hanya boleh dilakukan sebanyak dua kali pengasapan.
Dengan melakukan PHBS setiap hari, salah satunya dengan mengadakan 3 M, yakni mencuci, memberantas dan mengubur sarang nyamuk dapat menghilangkan populasi nyamuk hingga 90 persen. "Ekosistem nyamuk akan terganggu dan terputus karena telur dan jentik nyamuk akan mati, sehingga nyamuk dewasa akan pergi dan berpindah tempat. Jika di setiap daerah mengadakan PHBS, dengan sendirinya nyamuk akan hilang," tuturnya.
Penyakit DBD sangat erat kaitannya dengan perilaku hidup bersih, sebab tingginya angka penderita DBD mengindikasikan masyarakat kurang menjaga lingkungan dan menjaga perilaku hidup bersih. Oleh karena itu, upaya paling efektif untuk mengantisipasi penyakit DBD ialah dengan mengajak masyarakat melakukan pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) secara rutin.
Tingkat curah hujan yang tinggi dan tidak teratur sangat berpotensi meningkatkan serangan wabah DBD. Berdasarkan data Dinkes Kota Jambi, selama tahun 2008 tercatat kasus positif DBD sebanyak 169 kasus, lima orang di antaranya meninggal dunia, sementara tahun 2009 hingga Juni tercatat 95 kasus, meninggal enam orang. (ant/rin)
http://republika.co.id/berita/66722/Tangkal_DBD_dengan_Perilaku_Hidup_Bersih
"Pengasapan atau fogging hanya efektif untuk memberantas nyamuk-nyamuk dewasa, sementara jentik dan telur nyamuk tetap hidup dan tidak terpengaruh," katanya saat ditemui di Jambi, Senin (3/8).
Selain memakan biaya dan waktu yang banyak dan lama, pengasapan yang dilakukan secara sembarangan tanpa takaran dan dosis yang tepat justru dapat membahayakan kesehatan masyarakat. Tidak hanya itu, pengasapan yang dilakukan terlalu sering malah akan menyebabkan nyamuk menjadi kebal terhadap obat pembasmi.
Selama ini sebagian besar warga masih menganggap pengasapan merupakan cara paling tepat memberantas nyamuk, padahal yang paling bagus justru dengan PHBS. Pengasapan harus dilakukan pada sasaran yang tepat dan hanya dilakukan pada daerah yang mengalami wabah DBD, serta hanya boleh dilakukan sebanyak dua kali pengasapan.
Dengan melakukan PHBS setiap hari, salah satunya dengan mengadakan 3 M, yakni mencuci, memberantas dan mengubur sarang nyamuk dapat menghilangkan populasi nyamuk hingga 90 persen. "Ekosistem nyamuk akan terganggu dan terputus karena telur dan jentik nyamuk akan mati, sehingga nyamuk dewasa akan pergi dan berpindah tempat. Jika di setiap daerah mengadakan PHBS, dengan sendirinya nyamuk akan hilang," tuturnya.
Penyakit DBD sangat erat kaitannya dengan perilaku hidup bersih, sebab tingginya angka penderita DBD mengindikasikan masyarakat kurang menjaga lingkungan dan menjaga perilaku hidup bersih. Oleh karena itu, upaya paling efektif untuk mengantisipasi penyakit DBD ialah dengan mengajak masyarakat melakukan pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) secara rutin.
Tingkat curah hujan yang tinggi dan tidak teratur sangat berpotensi meningkatkan serangan wabah DBD. Berdasarkan data Dinkes Kota Jambi, selama tahun 2008 tercatat kasus positif DBD sebanyak 169 kasus, lima orang di antaranya meninggal dunia, sementara tahun 2009 hingga Juni tercatat 95 kasus, meninggal enam orang. (ant/rin)
http://republika.co.id/berita/66722/Tangkal_DBD_dengan_Perilaku_Hidup_Bersih
Usia 30-an Bisa Terkena Stroke
Stroke seringkali dianggap penyakit yang akan menyerang orang-orang lanjut usia (lansia). Padahal usia penderita stroke semakin lama semakin banyak menyerang generasi yang lebih muda.
Sekitar 750.000 warga Amerika Serikat terserang stroke setiap tahun. Berlawanan dengan yang diyakini masyarakat selama ini, orang-orang dengan usia yang lebih muda juga menjadi korbannya
"Sebagian besar orang berpikir stroke sebagai penyakit yang timbul pada usia lanjut, padahal sebenarnya pasien kami merupakan orang-orang yang berusia relatif lebih muda," ujar Dr. Scott Segan, Direktur dari St. Barnabas Stroke Center seperti dilansir oleh ny1.com, pekan lalu.
Dia menambahkan, sebagian besr dari penderita stroke berusia dibawah 60 tahun dan seperempat diantaranya berusia dibawah 50 tahun yaitu orang usia 30-an hingga 40-an.
Stroke terjadi ketika pembuluh darah pada otak terhalang oleh gumpalan darah atau pecahannya. Dampak dari stroke sangat beragam, muai dari rasa lemah hingga lumpuh atau mati rasa pada salah satu bagian tubuh hingga cacat total dan lumpuh bahkan kematian.
Faktor risiko dari stroke antara lain tekanan darah yang tinggi, kolesterol tinggi, diabetes, penyakit jantung, merokok, kelainan darah dan sejarah kesehatan keluarga. Sementara itu, gejala-gejala dari stroke seperti rasa lemas atau lumpuh secara tipikal pada salah satu sisi wajah, tangan atau lengan. Serta, berubahnya cara bicara secara tiba-tiba, perubahan penglihatan serta sakit kepala yang sangat hebat bisa menjadi gejala-gejala stroke.
"Jika Anda mengalami stroke tipe pendarahan di otak, biasanya ditandai dengan sakit kepala yang hebat atau akut, yang tidak pernah Anda rasakan sebelumnya," jelas Dokter Ahli bedah Neurologi di New York Presbyterian-Weill Cornell Medical Center, Dr. Philip Stieg.
Stieg menambahkan, sakit kepala itu biasa disebut bagaikan di badai hebat di kepala atau seperti ditembat dibagian kepala.
Menurut Segan, pada beberapa jam pertama setelah serangan stroke kemungkinan bisa diperbaiki dampak dari stroke dan terutama jika korban bisa secepatnya dibawa ke rumah sakit dan mendapatkan perawatan yang tepat pada beberapa jam pertama. "Jika penderita stroke mendapatkan perawatan secepatnya bisa menghindari dampak permanen pada tubuh," tegasnya. (rin)
http://republika.co.id/berita/64668/Usia_30_an_Bisa_Terkena_Stroke
Sekitar 750.000 warga Amerika Serikat terserang stroke setiap tahun. Berlawanan dengan yang diyakini masyarakat selama ini, orang-orang dengan usia yang lebih muda juga menjadi korbannya
"Sebagian besar orang berpikir stroke sebagai penyakit yang timbul pada usia lanjut, padahal sebenarnya pasien kami merupakan orang-orang yang berusia relatif lebih muda," ujar Dr. Scott Segan, Direktur dari St. Barnabas Stroke Center seperti dilansir oleh ny1.com, pekan lalu.
Dia menambahkan, sebagian besr dari penderita stroke berusia dibawah 60 tahun dan seperempat diantaranya berusia dibawah 50 tahun yaitu orang usia 30-an hingga 40-an.
Stroke terjadi ketika pembuluh darah pada otak terhalang oleh gumpalan darah atau pecahannya. Dampak dari stroke sangat beragam, muai dari rasa lemah hingga lumpuh atau mati rasa pada salah satu bagian tubuh hingga cacat total dan lumpuh bahkan kematian.
Faktor risiko dari stroke antara lain tekanan darah yang tinggi, kolesterol tinggi, diabetes, penyakit jantung, merokok, kelainan darah dan sejarah kesehatan keluarga. Sementara itu, gejala-gejala dari stroke seperti rasa lemas atau lumpuh secara tipikal pada salah satu sisi wajah, tangan atau lengan. Serta, berubahnya cara bicara secara tiba-tiba, perubahan penglihatan serta sakit kepala yang sangat hebat bisa menjadi gejala-gejala stroke.
"Jika Anda mengalami stroke tipe pendarahan di otak, biasanya ditandai dengan sakit kepala yang hebat atau akut, yang tidak pernah Anda rasakan sebelumnya," jelas Dokter Ahli bedah Neurologi di New York Presbyterian-Weill Cornell Medical Center, Dr. Philip Stieg.
Stieg menambahkan, sakit kepala itu biasa disebut bagaikan di badai hebat di kepala atau seperti ditembat dibagian kepala.
Menurut Segan, pada beberapa jam pertama setelah serangan stroke kemungkinan bisa diperbaiki dampak dari stroke dan terutama jika korban bisa secepatnya dibawa ke rumah sakit dan mendapatkan perawatan yang tepat pada beberapa jam pertama. "Jika penderita stroke mendapatkan perawatan secepatnya bisa menghindari dampak permanen pada tubuh," tegasnya. (rin)
http://republika.co.id/berita/64668/Usia_30_an_Bisa_Terkena_Stroke
Rokok Elektronik Sama Berbahaya
Percobaan terhadap rokok elektronik atau electronic cigarettes yang biasa disingkat e-cigagrettes menunjukkan, memiliki risiko yang hampir serupa dengan kandungan kimia beracun pada rokok konvensional. Meskipun rokok jenis itu tidak mengeluarkan asap sebagaimana rokok pada umumnya.
Rokok elektronik yang dijalankan dengan peralatan baterai itu terdiri dari cartrige yang diisi dengan nikotin, perasa dan kandungan kimia lainnya. "Alat itu mengubah nikotin yang membuat kecanduan menjadi uap yang diisap," seperti dituturkan US Food and Drug Administration (FDA). Produk itu juga ditengarai dapat mendorong orang untuk merokok.
Pejabat berwenang dari FDA, Dr. Joshua Sharfsteun mengatakan pada sebuah konferensi yang dihadiri para ahli kesehatan, mengkhawatirkan keamananan dari produk tersebut dan risiko yang ditimbulkan dari rokok elektronik tersebut terkait dengan kecanduan nikotin pada generasi muda. Terutama, mendorong anak-anak untuk mencoba rokok biasa.
FDA menganalisa kandungan dari contoh cartride dari dua merek terkenal rokok elektronik yang dipasarkan oleh perusahaan asal AS yaitu NJOY dan Smoking Everywhere. Demikian diungkapkan Benjamin Westenberger.
Meskipun rokok elektronik itu dijual oleh perusahaan AS, namun produksinya dilakukan sebagian besar di Cina.
Analisa pada salah satu contoh mendekteksi adanya kandungan diethylene glycol sebgai komponen bahan anti beku. Sementara itu, pada contoh produk lainnya, analis menemukan zat pemicu kanker atau karsinogen seperti nitrosamines.
"Semua hasil penelitian itu mengindikasikan kurangnya kontrol kualitas produk. Hasil tersebut mengindikasikan pentingnya keamanan dan perhatian kualitas pada rokok elektronik," ujar Westenberger.
Asosiasi Paru di Amerika atau American Lung Association memberikan dukungan terhadap penelitian yang dilakukan FDA tersebut. "Para produsen rokok elektronik telah menjuaal peralatan mengandung nikotin itu tanpa persetujuan dan pengamatan FDA terlalu lama," ujar mereka dalam pernyataannya.
Generasi Muda
Perhatian yang besar diberikan oleh para ahli kesehatan, pasalnya rokok elektronik itu banyak dipasarkan pada generasi muda. Peralatan tersebut banyak dijual secara online, pusat perbelanjaan dan dapat menjadi gerbang menuju rokok konvensionak.
"Tampaknya seperti rokok dan dogunakan seperti rikok. Juga dipasarkan sebagai rokok dan memiliki potensi untuk membiasaakn terhadap perilaku merokok," ujar dokter Spesialis Anak dari American Academi of Pediatric, Dr. Jonathan Winickoff.
Dia menekankan, cartrige pada rokok elektronik tersedia dalam berbagai rasa termasuk coklat, mint dan permen karet. "Pengalaman terdahulu menyarankan, produk-produk tersebut sangat menarik terutama bagi anak dan remaja. Rokok elektronik ini dapat mendorong mereka untuk mengambil langkah selanjutnya menuju rokok konvensional," ujarnya.(healthday/rin)
http://republika.co.id/berita/64329/Rokok_Elektronik_Sama_Berbahaya
Rokok elektronik yang dijalankan dengan peralatan baterai itu terdiri dari cartrige yang diisi dengan nikotin, perasa dan kandungan kimia lainnya. "Alat itu mengubah nikotin yang membuat kecanduan menjadi uap yang diisap," seperti dituturkan US Food and Drug Administration (FDA). Produk itu juga ditengarai dapat mendorong orang untuk merokok.
Pejabat berwenang dari FDA, Dr. Joshua Sharfsteun mengatakan pada sebuah konferensi yang dihadiri para ahli kesehatan, mengkhawatirkan keamananan dari produk tersebut dan risiko yang ditimbulkan dari rokok elektronik tersebut terkait dengan kecanduan nikotin pada generasi muda. Terutama, mendorong anak-anak untuk mencoba rokok biasa.
FDA menganalisa kandungan dari contoh cartride dari dua merek terkenal rokok elektronik yang dipasarkan oleh perusahaan asal AS yaitu NJOY dan Smoking Everywhere. Demikian diungkapkan Benjamin Westenberger.
Meskipun rokok elektronik itu dijual oleh perusahaan AS, namun produksinya dilakukan sebagian besar di Cina.
Analisa pada salah satu contoh mendekteksi adanya kandungan diethylene glycol sebgai komponen bahan anti beku. Sementara itu, pada contoh produk lainnya, analis menemukan zat pemicu kanker atau karsinogen seperti nitrosamines.
"Semua hasil penelitian itu mengindikasikan kurangnya kontrol kualitas produk. Hasil tersebut mengindikasikan pentingnya keamanan dan perhatian kualitas pada rokok elektronik," ujar Westenberger.
Asosiasi Paru di Amerika atau American Lung Association memberikan dukungan terhadap penelitian yang dilakukan FDA tersebut. "Para produsen rokok elektronik telah menjuaal peralatan mengandung nikotin itu tanpa persetujuan dan pengamatan FDA terlalu lama," ujar mereka dalam pernyataannya.
Generasi Muda
Perhatian yang besar diberikan oleh para ahli kesehatan, pasalnya rokok elektronik itu banyak dipasarkan pada generasi muda. Peralatan tersebut banyak dijual secara online, pusat perbelanjaan dan dapat menjadi gerbang menuju rokok konvensionak.
"Tampaknya seperti rokok dan dogunakan seperti rikok. Juga dipasarkan sebagai rokok dan memiliki potensi untuk membiasaakn terhadap perilaku merokok," ujar dokter Spesialis Anak dari American Academi of Pediatric, Dr. Jonathan Winickoff.
Dia menekankan, cartrige pada rokok elektronik tersedia dalam berbagai rasa termasuk coklat, mint dan permen karet. "Pengalaman terdahulu menyarankan, produk-produk tersebut sangat menarik terutama bagi anak dan remaja. Rokok elektronik ini dapat mendorong mereka untuk mengambil langkah selanjutnya menuju rokok konvensional," ujarnya.(healthday/rin)
http://republika.co.id/berita/64329/Rokok_Elektronik_Sama_Berbahaya
Nikotin Pemicu Pradiabetes
Merokok meningkatkan risiko sakit jantung serta stroke karena nikotin akan membentuk daya tahan terhadap insulin, sehingga menimbulkan kondisi pra-diabetes. Peneliti meyakini kondisi itu akan meningkatkan risiko terhadap kardiovaskuler. Demikian diungkap oleh peneliti asal Amerika Serikat seperti dilansir upi.com, beberapa waktu lalu.
Daya tahan terhadap insulin itu dikenal dengan kondisi pradiabetes, yaitu ketika kadar gula darah meningkat namun belum sampai pada tingkat diabetes. Hal itu dituturkan oleh peneliti pada pertemuan ahli Endokrine yang ke-91 di Washington.
Peneliti yang berasal dari Charles Drew University of Medicine and Science di Los Angeles dan Western University of Health Science di California juga melaporkan, mereka mencoba untuk mengurangi efek berbahaya dari nikotin pada tikus percobaan dengan Mecamylamine.
Kepala bagian Endokrinologi di Charles Drew, Theodore Friendman mengatakan, resistensi insulin yang dialami pada perokok menjelaskan mengapa kematian mereka banyak disebabkan penyakit kardiovaskular meskipun di sebagian kasus, merokok dapat menurunkan berat badan yang justru diyakini dapat melindungi dari penyakit jantung.
"Penelitian kami menyimpulkan, penurunan resistensi terhadap insulin dapat mengurangi penyakit jantung. Kami belajar mengantisipasi hal itu di masa depan. Nantinya akan ada obat yagn dibuat khusus untuk menghalangi efek nikotin atau resistensi insulin," ujar Friedman pada pernyataannya.
Ketika perokok mengalami resistensi insulin, maka kadar gula darah mereka meningkat namun belum sampai pada tingkat diabetes.
Pria Lebih Rentan
Sebuah penelitian terpisah mengungkap, pria yang berusia antara 35-44 tahun memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena diabetes dibandingkan wanita berusia yang sama. Sebanyak 2,4 persen yaitu 92.960 pria di Inggris terkena diabetes dibandingkan wanita sebanyak 1,2 persen atau sekitar 47.000.
Kasus diabetes di Inggris semakin meningkat, terutama untuk pria sebanyak empat kali lipat dibandingkan tahun 1996. Pada kelompok usia 45-54 tahun sekitar 54,6 persen pria atau 197.050 orang dan 3,6 persen wanita sebanyak 120.670 orang terkena diabetes.
Diabetes UK, Simon O'Neill mengatakan, hal itu sangat memprihantinkan. Semakin banyak kasus diabetes yang sebenarnya bisa dihindari dengan pola hidup sehat dan olahraga teratur. (rin)
http://republika.co.id/berita/62719/Nikotin_Pemicu_Pradiabetes
Daya tahan terhadap insulin itu dikenal dengan kondisi pradiabetes, yaitu ketika kadar gula darah meningkat namun belum sampai pada tingkat diabetes. Hal itu dituturkan oleh peneliti pada pertemuan ahli Endokrine yang ke-91 di Washington.
Peneliti yang berasal dari Charles Drew University of Medicine and Science di Los Angeles dan Western University of Health Science di California juga melaporkan, mereka mencoba untuk mengurangi efek berbahaya dari nikotin pada tikus percobaan dengan Mecamylamine.
Kepala bagian Endokrinologi di Charles Drew, Theodore Friendman mengatakan, resistensi insulin yang dialami pada perokok menjelaskan mengapa kematian mereka banyak disebabkan penyakit kardiovaskular meskipun di sebagian kasus, merokok dapat menurunkan berat badan yang justru diyakini dapat melindungi dari penyakit jantung.
"Penelitian kami menyimpulkan, penurunan resistensi terhadap insulin dapat mengurangi penyakit jantung. Kami belajar mengantisipasi hal itu di masa depan. Nantinya akan ada obat yagn dibuat khusus untuk menghalangi efek nikotin atau resistensi insulin," ujar Friedman pada pernyataannya.
Ketika perokok mengalami resistensi insulin, maka kadar gula darah mereka meningkat namun belum sampai pada tingkat diabetes.
Pria Lebih Rentan
Sebuah penelitian terpisah mengungkap, pria yang berusia antara 35-44 tahun memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena diabetes dibandingkan wanita berusia yang sama. Sebanyak 2,4 persen yaitu 92.960 pria di Inggris terkena diabetes dibandingkan wanita sebanyak 1,2 persen atau sekitar 47.000.
Kasus diabetes di Inggris semakin meningkat, terutama untuk pria sebanyak empat kali lipat dibandingkan tahun 1996. Pada kelompok usia 45-54 tahun sekitar 54,6 persen pria atau 197.050 orang dan 3,6 persen wanita sebanyak 120.670 orang terkena diabetes.
Diabetes UK, Simon O'Neill mengatakan, hal itu sangat memprihantinkan. Semakin banyak kasus diabetes yang sebenarnya bisa dihindari dengan pola hidup sehat dan olahraga teratur. (rin)
http://republika.co.id/berita/62719/Nikotin_Pemicu_Pradiabetes
Hadapi Diabetes Tak Cukup Insulin
JAKARTA-- Hingga kini diketahui, pengobatan bagi penderita diabetes dilakukan dengan memberikan insulin agar dapat mengatur kadar gula darah dalam rentang normal. Namun, pemberian insulin diyakini tidaklah cukup untuk menyembuhkan diabetes. Demikian diungkapkan Ketua Divisi Metabolik dan Endokrin, Departemen Penyakit Dalam FK UI, Prof. Sidartawan Soegondo di Jakarta, awal pekan ini.
Dikatakan Sidarta, insulin hanya bertugas memasukan glukosa ke dalam sel. Disamping memproduksi insulin, tubuh juga memproduksi glukagon. Hormon ini memiliki sifat bertolak belakang dengan insulin. Artinya, ketika tubuh penderita diabetes memproduksi hormon insulin secara terbatas maka keadaan berbalik dimana produksi hormon glukagon meningkat sehingga kadar glukosa dalam darah turut meningkat.
Pada orang normal atau tidak diabetes, insulin bekerja untuk meningkatkan pengambilan glukosa selular, dengan begitu terjadi penurunan kadar glukosa dalam plasma. Sementara itu, glukagon bekerja meningkatkan kadar glukosa plasma dengan cara meningkatkan produksi glukosa hati (hepatic glucose production – HGP) dan glukoneogenesis. Peningkatan konsentrasi glukosa dalam plasma akan memberikan sinyal untuk sekresi insulin dan sekresi glukagon, sehingga terbentuk keseimbangan glukosa normal.
Tak hanya itu, di dalam tubuh juga terdapat hormon inkretin yang berperan dalam mengatur kadar gula darah. Hormon ini terdiri dari GLP-1 (glucagon-like peptide-1) dan GIP (glucose-dependent insulinotropic polypeptide). Dua inti Hormon ini berfungsi untuk mengatur kontrol glukosa darah dan memperbaiki fungsi keseimbangan antara glukagon dan insulin.
"Pada penderita diabetes tipe 2, terjadi kekurangan inkretin sehingga keseimbangan glukagon dan insulin terganggu. Kurangnya jumlah inkretin diibaratkan kunci (insulin) untuk membuka pintu (Glukagon) agar glukosa masuk dalam sel tidaklah pas. Ini yang lebih rumit lagi," tuturnya. Tidaknya pas kunci tersebut, lanjutnya, dikarenakan penghambatan DPP-4 (Dipeptidly Peptidase-4), sejenis Protein yang memecah sistem sel beta dan alfa pada pankreas.
Selain itu, kata dia, kacaunya keseimbangan insulin dan glukagon meningkatkan lipolisis dalam tubuh. Lipolisis merupakan bentuk pemecahan kadar lemak. Sekresi itu mengakibatkan peningkatan kadar asam lemak dalam darah. Apabila efek liposis disertai dengan defisiensi insulin yang berat dapat menyebabkan terjadinya ketosis.
Ketosis merupakan akibat dari metabolisme yang tidak lengkap terhadap asam lemak. Tubuh membentuk fragmen asam lemak menjadi substansi yang disebut keton. Keton merupakan racun bagi sistem tubuh dan tubuh mengeluarkannya melalui urine. "ini yang bisa berbahaya bagi ginjal karena bisa menyebabkan gagal ginjal," tuturnya.
Sidarta lantas menggaris bawahi diabetes tidak hanya sebatas diobati dengan terapi insulin saja. Tapi juga diikuti dengan terapi lain yang berfungsi menyeimbangkan hormon-hormon yang terkait dengan diabetes. "Tentu menjadi pekerjaan rumah bagi kita, banyak hal yang harus kembali dipelajari," kata dia.
Pengobatan menyeluruh diibaratkanya mengatu rpola makanan. Seperti diketahui, bagi penderita diabetes harus memperhatikan tiga hal yakni kadar kolesterol, tekanan darah dan kadar gula, sebab saling berhubungan satu dengan yang lain.
Dia mencontohkan, untuk menjaga kadar gula maka penderita diabetes harus meminimalisir konsumsi makanan yang bersifat manis, lantas turut diperhatikan pula hal bersifat asin untuk mengkontrol tekanan darah. Sedangkan, menghindari makanan berminyak harus dilakukan sebagai upaya mencegah tingginya kadar kolesterol dalam darah."Jika hanya menghindari manis, lantas buat apa" kata dia.
Menurutnya, penderita diabetes bukan mengurangi pola makan melainkan mengatur sedemikian rupa asupan makanan dengan kadar kandungan yang seimbang."Paling tidak itu lebih baik karena masih memiliki takaran yang jelas. Hal lain yang menurut saya berbahaya karena tidak memiliki takaran adalah merokok,"pungkasnya. (cr2/rin)
http://republika.co.id/berita/62411/Hadapi_Diabetes_Tak_Cukup_Insulin
Dikatakan Sidarta, insulin hanya bertugas memasukan glukosa ke dalam sel. Disamping memproduksi insulin, tubuh juga memproduksi glukagon. Hormon ini memiliki sifat bertolak belakang dengan insulin. Artinya, ketika tubuh penderita diabetes memproduksi hormon insulin secara terbatas maka keadaan berbalik dimana produksi hormon glukagon meningkat sehingga kadar glukosa dalam darah turut meningkat.
Pada orang normal atau tidak diabetes, insulin bekerja untuk meningkatkan pengambilan glukosa selular, dengan begitu terjadi penurunan kadar glukosa dalam plasma. Sementara itu, glukagon bekerja meningkatkan kadar glukosa plasma dengan cara meningkatkan produksi glukosa hati (hepatic glucose production – HGP) dan glukoneogenesis. Peningkatan konsentrasi glukosa dalam plasma akan memberikan sinyal untuk sekresi insulin dan sekresi glukagon, sehingga terbentuk keseimbangan glukosa normal.
Tak hanya itu, di dalam tubuh juga terdapat hormon inkretin yang berperan dalam mengatur kadar gula darah. Hormon ini terdiri dari GLP-1 (glucagon-like peptide-1) dan GIP (glucose-dependent insulinotropic polypeptide). Dua inti Hormon ini berfungsi untuk mengatur kontrol glukosa darah dan memperbaiki fungsi keseimbangan antara glukagon dan insulin.
"Pada penderita diabetes tipe 2, terjadi kekurangan inkretin sehingga keseimbangan glukagon dan insulin terganggu. Kurangnya jumlah inkretin diibaratkan kunci (insulin) untuk membuka pintu (Glukagon) agar glukosa masuk dalam sel tidaklah pas. Ini yang lebih rumit lagi," tuturnya. Tidaknya pas kunci tersebut, lanjutnya, dikarenakan penghambatan DPP-4 (Dipeptidly Peptidase-4), sejenis Protein yang memecah sistem sel beta dan alfa pada pankreas.
Selain itu, kata dia, kacaunya keseimbangan insulin dan glukagon meningkatkan lipolisis dalam tubuh. Lipolisis merupakan bentuk pemecahan kadar lemak. Sekresi itu mengakibatkan peningkatan kadar asam lemak dalam darah. Apabila efek liposis disertai dengan defisiensi insulin yang berat dapat menyebabkan terjadinya ketosis.
Ketosis merupakan akibat dari metabolisme yang tidak lengkap terhadap asam lemak. Tubuh membentuk fragmen asam lemak menjadi substansi yang disebut keton. Keton merupakan racun bagi sistem tubuh dan tubuh mengeluarkannya melalui urine. "ini yang bisa berbahaya bagi ginjal karena bisa menyebabkan gagal ginjal," tuturnya.
Sidarta lantas menggaris bawahi diabetes tidak hanya sebatas diobati dengan terapi insulin saja. Tapi juga diikuti dengan terapi lain yang berfungsi menyeimbangkan hormon-hormon yang terkait dengan diabetes. "Tentu menjadi pekerjaan rumah bagi kita, banyak hal yang harus kembali dipelajari," kata dia.
Pengobatan menyeluruh diibaratkanya mengatu rpola makanan. Seperti diketahui, bagi penderita diabetes harus memperhatikan tiga hal yakni kadar kolesterol, tekanan darah dan kadar gula, sebab saling berhubungan satu dengan yang lain.
Dia mencontohkan, untuk menjaga kadar gula maka penderita diabetes harus meminimalisir konsumsi makanan yang bersifat manis, lantas turut diperhatikan pula hal bersifat asin untuk mengkontrol tekanan darah. Sedangkan, menghindari makanan berminyak harus dilakukan sebagai upaya mencegah tingginya kadar kolesterol dalam darah."Jika hanya menghindari manis, lantas buat apa" kata dia.
Menurutnya, penderita diabetes bukan mengurangi pola makan melainkan mengatur sedemikian rupa asupan makanan dengan kadar kandungan yang seimbang."Paling tidak itu lebih baik karena masih memiliki takaran yang jelas. Hal lain yang menurut saya berbahaya karena tidak memiliki takaran adalah merokok,"pungkasnya. (cr2/rin)
http://republika.co.id/berita/62411/Hadapi_Diabetes_Tak_Cukup_Insulin
Susu, Pelengkap Nutrisi Berpuasa
JAKARTA-- Sering kali masyarakat salah mengartikan fungsi susu. Sebagian menyakini susu mengemukkan badan, kemudian ada juga yang beranggapan susu hanya membuat rasa tidak enak dimulut terutama di bulan puasa.
"Sebenarnya, konsumsi susu itu penting guna menjamin kebutuhan akan tambahan asupan nutrisi bagi tubuh, terlebih saat puasa," ujar Pakar Gizi dari Persatuan Gizi Indonesia (Persagi), Ida Ruslita Ami di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Lebih dari itu, keberadaan susu dengan aneka jenis memudahkan individu untuk menyesuaikan kandungan nutrisi dengan kebutuhan tubuh.
Terkait dengan masalah kegemukan, Ida coba meluruskan. Yang menyebabkan gemuk itu, kata dia, karena sebagian masyarakat tidak memperhatikan kebutuhan dirinya akan asupan nutrisi. "Saat tubuh sudah terpenuhi bukannya diikuti dengan aktivitas tapi malah diberikan asupan kembali. Itu yang bikin gemuk," tegasnya.
Oleh karena itu, Ida menyarankan agar memperhatikan waktu mengkonsumsi susu. Saat puasa misalnya, minimal sehari sekali bagi orang dewasa. Sedangkan untuk anak-anak disarankan Ida minimal dua kali sehari saat sebelum tidur dan sahur.
Terkait jenis susu, Ida menyatakan tidak ada masalah apakah susu bubuk atau susu kental manis. Pasalnya, kedua jenis susu memiliki kandungan dan aturan pola konsumsi yang mesti disesuaikan." Mungkin ada individu yang alergi dengan susu kental manis maka diganti dengan susu bubuk. Tak hanya itu, perhatikan tabel kandungan yang terdapat dalam kemasan susu," tegasnya.
Intinya, kata Ida, kebutuhan susu itu tergantung sekali dengan kebutuhan kalori tubuh. Semakin besar jumlah kalori yang diperlukan maka semakin besar perlunya susu sebagai tambahan."Ingat 4 sehat 5 sempurna kan. Tapi ingat pula elemen-elemen yang dibutuhkan tubuh semisal, protein, lemak, karbohitrat, vitaminnya," tukasnya.
Saat disinggung, bagaimana dengan yang alergi susu. Ida menjelaskan, hal itu bukanlah masalah. Menurutnya, masalah alergi bisa disiasati dengan menjadikan susu sebagai bahan dasar makanan."Kalau memang enek dan alergi, ada baiknya dicampurkan bahan lain yang bisa meminimalisir rasa enek dan alergi," pungkasnya. (cr2/rin)
http://republika.co.id/berita/72916/Susu_Pelengkap_Nutrisi_Berpuasa
"Sebenarnya, konsumsi susu itu penting guna menjamin kebutuhan akan tambahan asupan nutrisi bagi tubuh, terlebih saat puasa," ujar Pakar Gizi dari Persatuan Gizi Indonesia (Persagi), Ida Ruslita Ami di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Lebih dari itu, keberadaan susu dengan aneka jenis memudahkan individu untuk menyesuaikan kandungan nutrisi dengan kebutuhan tubuh.
Terkait dengan masalah kegemukan, Ida coba meluruskan. Yang menyebabkan gemuk itu, kata dia, karena sebagian masyarakat tidak memperhatikan kebutuhan dirinya akan asupan nutrisi. "Saat tubuh sudah terpenuhi bukannya diikuti dengan aktivitas tapi malah diberikan asupan kembali. Itu yang bikin gemuk," tegasnya.
Oleh karena itu, Ida menyarankan agar memperhatikan waktu mengkonsumsi susu. Saat puasa misalnya, minimal sehari sekali bagi orang dewasa. Sedangkan untuk anak-anak disarankan Ida minimal dua kali sehari saat sebelum tidur dan sahur.
Terkait jenis susu, Ida menyatakan tidak ada masalah apakah susu bubuk atau susu kental manis. Pasalnya, kedua jenis susu memiliki kandungan dan aturan pola konsumsi yang mesti disesuaikan." Mungkin ada individu yang alergi dengan susu kental manis maka diganti dengan susu bubuk. Tak hanya itu, perhatikan tabel kandungan yang terdapat dalam kemasan susu," tegasnya.
Intinya, kata Ida, kebutuhan susu itu tergantung sekali dengan kebutuhan kalori tubuh. Semakin besar jumlah kalori yang diperlukan maka semakin besar perlunya susu sebagai tambahan."Ingat 4 sehat 5 sempurna kan. Tapi ingat pula elemen-elemen yang dibutuhkan tubuh semisal, protein, lemak, karbohitrat, vitaminnya," tukasnya.
Saat disinggung, bagaimana dengan yang alergi susu. Ida menjelaskan, hal itu bukanlah masalah. Menurutnya, masalah alergi bisa disiasati dengan menjadikan susu sebagai bahan dasar makanan."Kalau memang enek dan alergi, ada baiknya dicampurkan bahan lain yang bisa meminimalisir rasa enek dan alergi," pungkasnya. (cr2/rin)
http://republika.co.id/berita/72916/Susu_Pelengkap_Nutrisi_Berpuasa
Resep Anti Lemas Saat Berpuasa
JAKARTA-- Berpuasa seharusnya tidak serta merta menurunkan rutinitas. Justru sebaliknya, rutinitas berjalan layaknya hari-hari biasa. Tubuh memerlukan asupan nutrisi yang cukup guna menunjang aktivitas selama sehari.
"Puasa, pada dasarnya tidak berbeda jauh dengan hari-hari biasa. Hanya saja, pola makannya yang berubah. Disamping itu, pola asupan nutrisi selama puasa ikut pula berubah," jelas Ida Ruslita Amir, Pakar Gizi dari Persatuan Gizi Indonesia (Persagi) disela acara "Jasmani bernutrisi, Bekal Puasa Sempurna" yang digagas, Frisian Flag, akhir pekan lalu.
Dia menjelaskan, pada hari biasa asupan nutrisi berlangsung tiga kali dalam sehari dengan pola pemenuhan kalori yang harus dipenuhi pada pagi, siang dan malam hari. Sementara, pada bulan puasa asupan berubah menjadi dua kali dalam sehari dengan pola 1/3 kalori terpenuhi saat sahur dan 2/3 kalori yang terpenuhi saat berbuka.
"Terkadang, masyarakat tidak menyadari penggunaan pola yang salah saat memberikan asupan nutrisi saat berpuasa. Akibatnya, badan cepat lemas dan kurang bugar," imbuhnya.
Dijelaskan Ida, masyarakat malahan terbalik atau bahkan terkesan asal untuk menjamin asupan nutrisi. "Saat sahur, makannya banyak, terus saat buka itu balas dendam. Ini yang salah," tegasnya.
Oleh karena itu, Ida menyarankan agar masyarakat bisa menjalankan pola tersebut dengan baik. Karena pola itu bisa
mencegah rasa lemas dan malas saat beraktivitas. Lebih dari itu, pola ini tidak hanya berguna bagi individu yang sehat
tapi Individu yang sakit pun bisa diuntungkan dengan pola ini.
Saat berbuka misalnya, dia menyarankan untuk mengonsumsi makanan yang dengan segera mengembalikan tenaga secepatnya. "Konsumsilah makanan yang manis-manis dahulu semisal teh manis dengan kurma atau lainnya. Jangan langsung makan, berikan waktu kepada lambung untuk bekerja secara perlahan," tuturnya.
Usai memberikan jeda waktu, barulah memberikan asupan makanan berat. Disinilah, pola nutrisi perlu diperhatikan. " Kebutuhan kalori dalam sehari bisa mencapai 2100 kalori. Maka pada saat berbuka, hitung saja 2100 dibagi 2/3 maka diperoleh 1400 kalori atau saat sahur sekitar 700 kalori," tukasnya.
Dengan mengetahui kalori yang dibutuhkan, maka masyarakat bisa dengan mudah menyesuaikan asupan makanan yang dibutuhkan tubuh. Dengan begitu, masalah kegemukan dan lain-lain tidak menjadi masalah.
Khusus menjelang tidur misalnya, ida menyarankan untuk tidak mengonsumsi makanan berat lagi melainkan makanan ringan seperti buah-buahan atau roti gandum. "Saat lapar dikala malam, memang sebaiknya mengkonsumi makanan rendah kalori namun kaya serat yang mengenyangkan," tegasnya.
Berbeda dengan saat berbuka, asupan nutrisi pada saat sahur menitikberatkan pada usaha memberikan cadangan energi bagi tubuh dalam menjalankan aktivitas seharian. Kesalahan yang kerap terjadi, ujar Ida, masyarakat cenderung mengonsumsi makanan yang cepat kenyang tapi gampang lapar.
"Sebenarnya mudah saja menjalankan pola asupan nutrisi yang benar saat sahur. Pilihlah menu yang dicerna secara lambat
oleh tubuh. Makanan yang mengandung protein dan lemak tak jenuh menjadi pilihan yang tepat, semisal susu. Maka saat
tubuh memiliki rutinitas padat, dia dengan sendirinya mengeluarkan glukagon sebagai upaya menjadi energi pengganti," jelasnya.
Terkait konsumsi vitamin saat berpuasa, Ida menyarankan agar disesuaikan dengan kebutuhan. Menurutnya, kebutuhan akan vitamin telah diperoleh secara alami dari makanan. Akantetapi, bagi yang sedang sakit, kata dia, dianjurkan. Dengan catatan, jangan sembarang mengkonsumsi vitamin.
Dengan memperhatikan pola konsumsi seperti itu, Ida menjamin dapat meminimalisir rasa lemas saat beraktivitas. Namun, hal yang terpenting lagi menurut dia adalah kembali dari niat seseorang berpuasa." Niat memiliki nilai penting bagi seseorang yang berpuasa. Bila niatnya ingin menjalankan puasa secara sempurna maka insya Allah akan diridhoi yang maha kuasa," pungkasnya. (cr2/rin)
http://republika.co.id/berita/72777/Resep_Anti_Lemas_Saat_Berpuasa
"Puasa, pada dasarnya tidak berbeda jauh dengan hari-hari biasa. Hanya saja, pola makannya yang berubah. Disamping itu, pola asupan nutrisi selama puasa ikut pula berubah," jelas Ida Ruslita Amir, Pakar Gizi dari Persatuan Gizi Indonesia (Persagi) disela acara "Jasmani bernutrisi, Bekal Puasa Sempurna" yang digagas, Frisian Flag, akhir pekan lalu.
Dia menjelaskan, pada hari biasa asupan nutrisi berlangsung tiga kali dalam sehari dengan pola pemenuhan kalori yang harus dipenuhi pada pagi, siang dan malam hari. Sementara, pada bulan puasa asupan berubah menjadi dua kali dalam sehari dengan pola 1/3 kalori terpenuhi saat sahur dan 2/3 kalori yang terpenuhi saat berbuka.
"Terkadang, masyarakat tidak menyadari penggunaan pola yang salah saat memberikan asupan nutrisi saat berpuasa. Akibatnya, badan cepat lemas dan kurang bugar," imbuhnya.
Dijelaskan Ida, masyarakat malahan terbalik atau bahkan terkesan asal untuk menjamin asupan nutrisi. "Saat sahur, makannya banyak, terus saat buka itu balas dendam. Ini yang salah," tegasnya.
Oleh karena itu, Ida menyarankan agar masyarakat bisa menjalankan pola tersebut dengan baik. Karena pola itu bisa
mencegah rasa lemas dan malas saat beraktivitas. Lebih dari itu, pola ini tidak hanya berguna bagi individu yang sehat
tapi Individu yang sakit pun bisa diuntungkan dengan pola ini.
Saat berbuka misalnya, dia menyarankan untuk mengonsumsi makanan yang dengan segera mengembalikan tenaga secepatnya. "Konsumsilah makanan yang manis-manis dahulu semisal teh manis dengan kurma atau lainnya. Jangan langsung makan, berikan waktu kepada lambung untuk bekerja secara perlahan," tuturnya.
Usai memberikan jeda waktu, barulah memberikan asupan makanan berat. Disinilah, pola nutrisi perlu diperhatikan. " Kebutuhan kalori dalam sehari bisa mencapai 2100 kalori. Maka pada saat berbuka, hitung saja 2100 dibagi 2/3 maka diperoleh 1400 kalori atau saat sahur sekitar 700 kalori," tukasnya.
Dengan mengetahui kalori yang dibutuhkan, maka masyarakat bisa dengan mudah menyesuaikan asupan makanan yang dibutuhkan tubuh. Dengan begitu, masalah kegemukan dan lain-lain tidak menjadi masalah.
Khusus menjelang tidur misalnya, ida menyarankan untuk tidak mengonsumsi makanan berat lagi melainkan makanan ringan seperti buah-buahan atau roti gandum. "Saat lapar dikala malam, memang sebaiknya mengkonsumi makanan rendah kalori namun kaya serat yang mengenyangkan," tegasnya.
Berbeda dengan saat berbuka, asupan nutrisi pada saat sahur menitikberatkan pada usaha memberikan cadangan energi bagi tubuh dalam menjalankan aktivitas seharian. Kesalahan yang kerap terjadi, ujar Ida, masyarakat cenderung mengonsumsi makanan yang cepat kenyang tapi gampang lapar.
"Sebenarnya mudah saja menjalankan pola asupan nutrisi yang benar saat sahur. Pilihlah menu yang dicerna secara lambat
oleh tubuh. Makanan yang mengandung protein dan lemak tak jenuh menjadi pilihan yang tepat, semisal susu. Maka saat
tubuh memiliki rutinitas padat, dia dengan sendirinya mengeluarkan glukagon sebagai upaya menjadi energi pengganti," jelasnya.
Terkait konsumsi vitamin saat berpuasa, Ida menyarankan agar disesuaikan dengan kebutuhan. Menurutnya, kebutuhan akan vitamin telah diperoleh secara alami dari makanan. Akantetapi, bagi yang sedang sakit, kata dia, dianjurkan. Dengan catatan, jangan sembarang mengkonsumsi vitamin.
Dengan memperhatikan pola konsumsi seperti itu, Ida menjamin dapat meminimalisir rasa lemas saat beraktivitas. Namun, hal yang terpenting lagi menurut dia adalah kembali dari niat seseorang berpuasa." Niat memiliki nilai penting bagi seseorang yang berpuasa. Bila niatnya ingin menjalankan puasa secara sempurna maka insya Allah akan diridhoi yang maha kuasa," pungkasnya. (cr2/rin)
http://republika.co.id/berita/72777/Resep_Anti_Lemas_Saat_Berpuasa
Obesitas Persingkat Usia
NEW YORK-- Penderita obesitas dengan berat badan 80 kg atau lebih daripada berat normal diketahui akan meninggal dalam kurun waktu 3 atau 12 tahun lebih cepat ketimbang individu pemilik berat badan normal. Sedangkan, individu dengan kelebihan berat badan normal atau obesitas ringan, dimungkinkan hidup dengan normal. Demikian laporan singkat hasil penelitian seperti yang dikutip dari Healthday, Jumat (28/8).
Awal penelitian mencerminkan, memiliki kelebihan berat badan ringan mungkin tidak akan merasakan dampak tertentu saat menjalani kehidupan normal. Sebaliknya, memiliki berat badan jauh dari normal secara dramatis mempersempit kesempatan menjalani kehidupan secara normal.
Bersumber pada Departemen Kesehatan AS, diketahui 66 % dari orang dewasa di AS menderita obesitas dan kelebihan berat badan. Sekitar sepertiganya merupakan penderita obesitas. Artinya, mereka memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT)-sebuah rasio pembanding antara berat dan tinggi tubuh-- sekitar 30 atau lebih. Sekitar 6 persen diantara tergolong obsesitas ekstrim dengan Indeks Massa tubuh sekitar 40 atau lebih tinggi.
Penelitian ini dilakukan oleh ahli ekonomis di RTI International, sebuah organisasi riset non profit yang berlokasi di Research Triangle Park, New York City, AS. Penelitian sendiri menganalisa data nasional penduduk AS yang berjumlah 366.000.
Ketua tim peneliti, Eric Fickelstein mengatakan penderita obestitas ringan mungkin bisa menjalani hidup secara normal dikarenakan kini begitu banyak pengobatan yang efektif guna mengkontrol masalah kesehatan yang terkait masalah berat badan seperti tingginya kolesterol, tekanan darah tinggi dan diabetes. (cr2/rin)
http://republika.co.id/berita/72501/Obesitas_Persingkat_Usia
Awal penelitian mencerminkan, memiliki kelebihan berat badan ringan mungkin tidak akan merasakan dampak tertentu saat menjalani kehidupan normal. Sebaliknya, memiliki berat badan jauh dari normal secara dramatis mempersempit kesempatan menjalani kehidupan secara normal.
Bersumber pada Departemen Kesehatan AS, diketahui 66 % dari orang dewasa di AS menderita obesitas dan kelebihan berat badan. Sekitar sepertiganya merupakan penderita obesitas. Artinya, mereka memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT)-sebuah rasio pembanding antara berat dan tinggi tubuh-- sekitar 30 atau lebih. Sekitar 6 persen diantara tergolong obsesitas ekstrim dengan Indeks Massa tubuh sekitar 40 atau lebih tinggi.
Penelitian ini dilakukan oleh ahli ekonomis di RTI International, sebuah organisasi riset non profit yang berlokasi di Research Triangle Park, New York City, AS. Penelitian sendiri menganalisa data nasional penduduk AS yang berjumlah 366.000.
Ketua tim peneliti, Eric Fickelstein mengatakan penderita obestitas ringan mungkin bisa menjalani hidup secara normal dikarenakan kini begitu banyak pengobatan yang efektif guna mengkontrol masalah kesehatan yang terkait masalah berat badan seperti tingginya kolesterol, tekanan darah tinggi dan diabetes. (cr2/rin)
http://republika.co.id/berita/72501/Obesitas_Persingkat_Usia
Bahaya Shisha Sama dengan Rokok
LONDON-- Siapa bilang mengisap shisha tidak berbahaya? Penelitian yang dilakukan kolaborasi Departemen Kesehatan dan Pusat Kontrol Tembakau di Inggris menemukan fakta yang menyebutkan mengisap Shisha sama berbahayanya dengan mengisap rokok tembakau.
Menurut hasil penelitian, seperti dikutip dari BBC, Kamis (27/8) waktu setempat, masyarakat yang mengisap rokok shisha atau tembakau herbal akan beresiko mengalami peningkatan kadar karbon monoksida dalam tubuh. Hal itu disebabkan, dalam satu sesi mengisap rokok shisha memiliki kecenderungan 4-5 kali lebih tinggi kandungan karbon monoksida dalam tubuh ketimbang saat mengisap rokok tembakau. Tingginya kadar kabon monoksida ini nantinya berpotensi menyebabkan kerusakan otak dan kondisi tidak sadar.
Shisa merupakan rokok tradisional jazirah timur tengah, yang menggunakan ektrak buah pengganti tembakau yang dibakar menggunakan batu bara. Prosesnya lantas menggunakan air sebagai filter hingga meminimalisir kadar nikotin yang masuk ke tubuh.
Departemen Kesehatan Inggris mengatakan, begitu sulit untuk mengetahui seberapa besar karbon monoksida yang diproduksi dari sebatang rokok hingga dapat dibedakan dengan merokok tembakau biasa.
Akan tetapi alat pengukur kadar karbon monoksida dalam tarikan nafas menunjukan untuk non perokok kadar monoksida dalam darah hanya berkisar kurang dari 1% , perokok pasif memiliki kadar monoksida dalam darah berkisar antara 20-40 ppm atau 2-4% dan untuk perokok berat, kadar monoksida dalam darah bisa mencapai 30-40 ppm, atau 5-7%. Sementara menurut hasil penelitian, para perokok shisa memiliki kadar karbon monoksida dalam darah mencapai 40-70 ppm atau 8-12%.
Dr. Hilary Wareingm Direktur Pusat Kolaborasi Kontrol Tembakau mengatakan, dirinya begitu terkejut saat mendengar hasil penelitian."Mulut kita begitu terbuka terhadap level kerugian, tidak ada satupun penelitian yang menunjukan hasil mengejutkan daripada Shisha yang ternyata berbahaya bagi kesehatan, " tukasnya.
Sementara itu, Paul Hooper, Regional Manager, Depertemen Kesehatan Kerajaan Inggris menyatakan penemuan hasil penelitian yang menyimpulkan shisa berbahaya bagi kesehatan akan menjadi isu besar. Bahkan untuk Individu yang menganggap Shihsa bukanlah terhitung merokok
Tren
Sebelum penelitian dilakukan, Shisha merupakan favorit bagi warga keturunan arab yang tinggal di Inggris. Tidak hanya di Inggris, konsumsi Shisha juga menjadi tren di negara-negara lain termasuk juga Indonesia. Setiap akhir pekan, tempat-tempat yang menawarkan Shisha praktis dipenuhi pengunjung.
Namun, usai sosialisasi hasil penelitian dilakukan, sejumlah warga Inggris mengaku terkejut. "Bila anda belum tahu tentang berita ini, tentu sangat berbahaya, jangan lakukan itu. Shisha tidak memiliki peringatan berbahaya seperti yang diberikan pada rokok," ujar salah seorang perempuan muda.
Sementara itu, pemuda keturunan Pakistan juga merasa terkejut. Dia tidak menyangka, konsumsi Shisha begitu berbahaya." Jika ibu saya tahu, saya mengisap Shisha. Dia secara serius tidak akan mengizinkan saya mengisapnya, sama halnya saya dilarang merokok tembakau," tutur si pemuda.
Kesalahan utama dari konsumsi Shisha adalah miskonsepsi. Sebelum dilakukan penelitian, mengisap Shisha tidaklah berbahaya. Namun, fakta-fakta yang ditemukan dalam penelitian mengubah itu semua. "Kami menemukan fakta dimana satu sesi Shisha - menghabiskan 10 mg ektrak buah tembakau untuk 30 menit- dapat meningkatkan kadar karbon monoksida 4-5 kali ketimbang merokok," tutur Wareing.Yang lebih buruk, ujarnya, menghisap Shisha 400-450 kali bisa membahayakan kesehatan ketimbang merokok tembakau.
Pro-Kontra
Beberapa kalangan di Inggris mengaku memilih berpikir dua kali untuk menghisap Shisha usai mengetahui hasil penelitian tentang Shisha. "Anda tahu, anda bisa mati karena merokok, tapi anda tidak pernah tahu anda akan mati karena Shisa," ujar salah satu perokok Shisha di Sebuah Kafe khusus Shisa di London. Untuk memperjelas temuan tersebut, dia memilih untuk segera ke rumah dan mencari tahu.
Meski begitu, tidak semua warga di Inggris memiliki pandangan yang sama terkait hasil penelitian tentang Shisha. Akram misalnya, pemuda berusia 27 tahun ini memiliki pandangan berbeda. "Memang semua ada resikonya, tapi semua tergantung saat mengkonsumsi, dan fakta-fakta yang dapat saya lihat menyimpulkan bahwa merokok Shisa tidak sama dengan merokok biasa," tukasnya.
Pendapat lain juga diungkapkan Aktivis Kesehatan NHS Stop Smoking di Leicester, Qasim Choudry. Menurutnya, berbagi pipa hisap Shisha diyakini menyebabkan infeksi. "Begitu banyak resiko penyebab TBC, Hepes dan infeksi lain sebagai akibat berbagai pipa Shisha," ujarnya.
Dia juga menjelaskan, perkembangan flu babi yang menjadi perbincangan hangat saat ini mungkin tidak memiliki hubungan langsung. Akan tetapi dia meramalkan bila gaya hidup masyarakat tidak higienis termasuk berbagi pipa hisap Shisha akan memungkinkan flu babi menjadi bagian dari akibat buruk menghisap Shisha.
Meski begitu, Dr Warein merasa lebih tepat apabila masyarakat sendiri yang memilih untuk mencerna informasi terkait bahaya Shisha. Pendapat yang sama juga disampaikan Paul Hooper dari Departemen Kerajaan Inggris. Dia menyatakan hingga saat ini pihaknya berupaya keras untuk mencari cara bagaimana memberikan pesan yang tepat kepada masyarakat bahwa mengisap shisa itu berbahaya. "Tapi pertanyaanya, apakah anda akan memberikan label pada tembakau dan pipa hisap Shisha?itu tidak semudah memberikan label dari sebungkus rokok," pungkasnya. (bbc/cr2/rin)
http://republika.co.id/berita/72459/Bahaya_Shisha_Sama_dengan_Rokok
Menurut hasil penelitian, seperti dikutip dari BBC, Kamis (27/8) waktu setempat, masyarakat yang mengisap rokok shisha atau tembakau herbal akan beresiko mengalami peningkatan kadar karbon monoksida dalam tubuh. Hal itu disebabkan, dalam satu sesi mengisap rokok shisha memiliki kecenderungan 4-5 kali lebih tinggi kandungan karbon monoksida dalam tubuh ketimbang saat mengisap rokok tembakau. Tingginya kadar kabon monoksida ini nantinya berpotensi menyebabkan kerusakan otak dan kondisi tidak sadar.
Shisa merupakan rokok tradisional jazirah timur tengah, yang menggunakan ektrak buah pengganti tembakau yang dibakar menggunakan batu bara. Prosesnya lantas menggunakan air sebagai filter hingga meminimalisir kadar nikotin yang masuk ke tubuh.
Departemen Kesehatan Inggris mengatakan, begitu sulit untuk mengetahui seberapa besar karbon monoksida yang diproduksi dari sebatang rokok hingga dapat dibedakan dengan merokok tembakau biasa.
Akan tetapi alat pengukur kadar karbon monoksida dalam tarikan nafas menunjukan untuk non perokok kadar monoksida dalam darah hanya berkisar kurang dari 1% , perokok pasif memiliki kadar monoksida dalam darah berkisar antara 20-40 ppm atau 2-4% dan untuk perokok berat, kadar monoksida dalam darah bisa mencapai 30-40 ppm, atau 5-7%. Sementara menurut hasil penelitian, para perokok shisa memiliki kadar karbon monoksida dalam darah mencapai 40-70 ppm atau 8-12%.
Dr. Hilary Wareingm Direktur Pusat Kolaborasi Kontrol Tembakau mengatakan, dirinya begitu terkejut saat mendengar hasil penelitian."Mulut kita begitu terbuka terhadap level kerugian, tidak ada satupun penelitian yang menunjukan hasil mengejutkan daripada Shisha yang ternyata berbahaya bagi kesehatan, " tukasnya.
Sementara itu, Paul Hooper, Regional Manager, Depertemen Kesehatan Kerajaan Inggris menyatakan penemuan hasil penelitian yang menyimpulkan shisa berbahaya bagi kesehatan akan menjadi isu besar. Bahkan untuk Individu yang menganggap Shihsa bukanlah terhitung merokok
Tren
Sebelum penelitian dilakukan, Shisha merupakan favorit bagi warga keturunan arab yang tinggal di Inggris. Tidak hanya di Inggris, konsumsi Shisha juga menjadi tren di negara-negara lain termasuk juga Indonesia. Setiap akhir pekan, tempat-tempat yang menawarkan Shisha praktis dipenuhi pengunjung.
Namun, usai sosialisasi hasil penelitian dilakukan, sejumlah warga Inggris mengaku terkejut. "Bila anda belum tahu tentang berita ini, tentu sangat berbahaya, jangan lakukan itu. Shisha tidak memiliki peringatan berbahaya seperti yang diberikan pada rokok," ujar salah seorang perempuan muda.
Sementara itu, pemuda keturunan Pakistan juga merasa terkejut. Dia tidak menyangka, konsumsi Shisha begitu berbahaya." Jika ibu saya tahu, saya mengisap Shisha. Dia secara serius tidak akan mengizinkan saya mengisapnya, sama halnya saya dilarang merokok tembakau," tutur si pemuda.
Kesalahan utama dari konsumsi Shisha adalah miskonsepsi. Sebelum dilakukan penelitian, mengisap Shisha tidaklah berbahaya. Namun, fakta-fakta yang ditemukan dalam penelitian mengubah itu semua. "Kami menemukan fakta dimana satu sesi Shisha - menghabiskan 10 mg ektrak buah tembakau untuk 30 menit- dapat meningkatkan kadar karbon monoksida 4-5 kali ketimbang merokok," tutur Wareing.Yang lebih buruk, ujarnya, menghisap Shisha 400-450 kali bisa membahayakan kesehatan ketimbang merokok tembakau.
Pro-Kontra
Beberapa kalangan di Inggris mengaku memilih berpikir dua kali untuk menghisap Shisha usai mengetahui hasil penelitian tentang Shisha. "Anda tahu, anda bisa mati karena merokok, tapi anda tidak pernah tahu anda akan mati karena Shisa," ujar salah satu perokok Shisha di Sebuah Kafe khusus Shisa di London. Untuk memperjelas temuan tersebut, dia memilih untuk segera ke rumah dan mencari tahu.
Meski begitu, tidak semua warga di Inggris memiliki pandangan yang sama terkait hasil penelitian tentang Shisha. Akram misalnya, pemuda berusia 27 tahun ini memiliki pandangan berbeda. "Memang semua ada resikonya, tapi semua tergantung saat mengkonsumsi, dan fakta-fakta yang dapat saya lihat menyimpulkan bahwa merokok Shisa tidak sama dengan merokok biasa," tukasnya.
Pendapat lain juga diungkapkan Aktivis Kesehatan NHS Stop Smoking di Leicester, Qasim Choudry. Menurutnya, berbagi pipa hisap Shisha diyakini menyebabkan infeksi. "Begitu banyak resiko penyebab TBC, Hepes dan infeksi lain sebagai akibat berbagai pipa Shisha," ujarnya.
Dia juga menjelaskan, perkembangan flu babi yang menjadi perbincangan hangat saat ini mungkin tidak memiliki hubungan langsung. Akan tetapi dia meramalkan bila gaya hidup masyarakat tidak higienis termasuk berbagi pipa hisap Shisha akan memungkinkan flu babi menjadi bagian dari akibat buruk menghisap Shisha.
Meski begitu, Dr Warein merasa lebih tepat apabila masyarakat sendiri yang memilih untuk mencerna informasi terkait bahaya Shisha. Pendapat yang sama juga disampaikan Paul Hooper dari Departemen Kerajaan Inggris. Dia menyatakan hingga saat ini pihaknya berupaya keras untuk mencari cara bagaimana memberikan pesan yang tepat kepada masyarakat bahwa mengisap shisa itu berbahaya. "Tapi pertanyaanya, apakah anda akan memberikan label pada tembakau dan pipa hisap Shisha?itu tidak semudah memberikan label dari sebungkus rokok," pungkasnya. (bbc/cr2/rin)
http://republika.co.id/berita/72459/Bahaya_Shisha_Sama_dengan_Rokok
Alkohol Tingkatkan Risiko Kanker Prostat
Pria yang banyak mengonsumsi alkohol secara teratur memiliki risiko terkena kanker prostat, diungkap sebuah penelitian. Hasil studi itu juga menuturkan, penggunaan alkohol dalam jumlah besar juga mengurangi efektivitas penggunaan obat yang dapat mengurangi risiko kanker prostat finasteride untuk sebagian pria.
Hasil penelitian itu berdasarkan data dari Prostate Cancer Prevention Trial (PCPT) yaitu sebuah lembaga penelitian kanker nasional asal Amerika Serikat yang juga mempelajari manfaat dari finasteride yaitu obat yang telah digunakan untuk mengobati pria yang mengalami pembesaran prostat agar buang air kecil dengan lancar. Studi menunjukkan, finasteride dapat mengurangi kemungkinan kanker prostat hingga 25%.
Hingga kini par peneliti masih mengamati pria yang termasuk dalam studi. Penelitian lanjutan itu masih menggunakan data PCPT.
Pada studi tersebut, peneliti dari University of California mengevaluasi konsumsi alkohol dan kebiasaan minum dari 10.920 pria yang berpartisipasi dalam PCPT. Penelitian itu dilakukan untuk mengetahui kaitan antara jumlah, frekuensi dan tipe alkohol yang diminum setiap orang dan risikonya terkena kanker prostat.
Pria yang minum 50 gram atau lebih alkohol per hari, berisiko terkena kanker prostat tingkat berat atau high grade prostate cancer. Kanker jenis itu merupakan salah satu yang terganas dalam penyakit itu.
Minuman sebanyak 50 gram, secara umum sama dengan empat gelas bir atau empat gelas anggur atau 3,5 gelas minuman liquorice.
Pria yang minum alkohol dengan ukuran 5 gram atau lebih per hari setiap minggu juga secara signifikan memiliki risiko tinggi terhadap penyakit agresif lainnya. Kebiasaan minum bir dengan jumlah yang banyak, tampaknya berisiko lebih tinggi dibandingkan minuman beralkohol lainnya.
Hasil penelitian itu berbeda dari beberapa studi yang dilakukan terhadap asupan alkohol dan risiko kanker prostat yang pernah dilakukan. Para peneliti mengatakan, pihaknya perlu melakukan studi lanjutan guna mengonfirmasi hasil penelitian tersebut.
Mengonsumsi obat finasteride tampaknya menurunkan risiko kanker tingkat rendar untuk peminum alkohol ringan, namun menunjukkan efek yang sangat keci untuk peminum alkohol yang berat. Kemungkinan karena alkohol menghalangi efek preventif dari obat tersebut.
Para peneliti mengungkap, kemungkinan alkohol berpengaruh terhadap beberapa jenis enzim yang dibutuhkan tubuh untuk memproses obaat tersebut. (acs/rin)
http://republika.co.id/berita/70004/Alkohol_Tingkatkan_Risiko_Kanker_Prostat
Hasil penelitian itu berdasarkan data dari Prostate Cancer Prevention Trial (PCPT) yaitu sebuah lembaga penelitian kanker nasional asal Amerika Serikat yang juga mempelajari manfaat dari finasteride yaitu obat yang telah digunakan untuk mengobati pria yang mengalami pembesaran prostat agar buang air kecil dengan lancar. Studi menunjukkan, finasteride dapat mengurangi kemungkinan kanker prostat hingga 25%.
Hingga kini par peneliti masih mengamati pria yang termasuk dalam studi. Penelitian lanjutan itu masih menggunakan data PCPT.
Pada studi tersebut, peneliti dari University of California mengevaluasi konsumsi alkohol dan kebiasaan minum dari 10.920 pria yang berpartisipasi dalam PCPT. Penelitian itu dilakukan untuk mengetahui kaitan antara jumlah, frekuensi dan tipe alkohol yang diminum setiap orang dan risikonya terkena kanker prostat.
Pria yang minum 50 gram atau lebih alkohol per hari, berisiko terkena kanker prostat tingkat berat atau high grade prostate cancer. Kanker jenis itu merupakan salah satu yang terganas dalam penyakit itu.
Minuman sebanyak 50 gram, secara umum sama dengan empat gelas bir atau empat gelas anggur atau 3,5 gelas minuman liquorice.
Pria yang minum alkohol dengan ukuran 5 gram atau lebih per hari setiap minggu juga secara signifikan memiliki risiko tinggi terhadap penyakit agresif lainnya. Kebiasaan minum bir dengan jumlah yang banyak, tampaknya berisiko lebih tinggi dibandingkan minuman beralkohol lainnya.
Hasil penelitian itu berbeda dari beberapa studi yang dilakukan terhadap asupan alkohol dan risiko kanker prostat yang pernah dilakukan. Para peneliti mengatakan, pihaknya perlu melakukan studi lanjutan guna mengonfirmasi hasil penelitian tersebut.
Mengonsumsi obat finasteride tampaknya menurunkan risiko kanker tingkat rendar untuk peminum alkohol ringan, namun menunjukkan efek yang sangat keci untuk peminum alkohol yang berat. Kemungkinan karena alkohol menghalangi efek preventif dari obat tersebut.
Para peneliti mengungkap, kemungkinan alkohol berpengaruh terhadap beberapa jenis enzim yang dibutuhkan tubuh untuk memproses obaat tersebut. (acs/rin)
http://republika.co.id/berita/70004/Alkohol_Tingkatkan_Risiko_Kanker_Prostat
Olahraga Dukung Perawatan Leukemia
JAKARTA-- Bagi sebagian besar masyarakat mungkin masih menyepelekan keberadaan olahraga disela rutinitas yang padat. Padahal penelitian baru-baru ini menyatakan, kegiatan tersebut dapat membantu cegah rasa lelah dan depresi termasuk untuk penderita kanker darah atau leukimia yang sedang menjalani perawatan. Demikian laporan singkat healthday.com, Jumat (13/8).
Penelitian mengambil sampel 10 orang penderita leukimia yang sedang menjalani sesi olahraga di Rumah Sakit selama 3 hingga 5 minggu sebagai bagian dari program perawatan leukimia. Sesi olahraga meliputi aerobik dan latihan daya tahan tubuh, latihan inti dan ringan diberikan kepada setiap individu sesuai dengan kemampuannya dan gejala leukimia yang diderita.
Bagi pasien yang terlanjur diperbolehkan keluar dari rumah sakit, tetap diberikan porgram latihan yang akan dilakukan selama 2 minggu selama masa periode penyembuhan di rumah. Hasilnya, para penderita Leukimia begitu terkesan usai menjalani secara lengkap program latihan.
"Kami menemukan bahwa pasien mengalami penurunan signifikan dari rasa lelah dan depresi saat menjalani program olahraga. Hal baik juga dicapai dalam peningkatan kemampuan organ pernafasan dan memantapkan otot-otot tubuh," tutur Cladio battaglinie, Asisten Professor Ilmu Olahraga Universitas North Caroolina.
Menurut Battaglini, program olahraga dalam penyembuhan leukimia memiliki nilai strategis lantaran bisa diadaptasikan pada program penyembuhan penyakit kanker lain, yang nantinya akan memerlukan kamar steril dalam rumah sakit untuk 4 hingga 6 minggu demi menghindari resiko infeksi.
"Kami telah menunjukan bahwa pasien tidak hanya mendapatkan latihan secara fisik di rumah sakit melainkan juga menerima latihan psikologis dan manfaat yang didapat dari latihan psikologis membantu pasien menyembuhkan diri," pungkas Battaglini. (cr2/rin)
http://republika.co.id/berita/69440/Olahraga_Dukung_Perawatan_Leukemia
Penelitian mengambil sampel 10 orang penderita leukimia yang sedang menjalani sesi olahraga di Rumah Sakit selama 3 hingga 5 minggu sebagai bagian dari program perawatan leukimia. Sesi olahraga meliputi aerobik dan latihan daya tahan tubuh, latihan inti dan ringan diberikan kepada setiap individu sesuai dengan kemampuannya dan gejala leukimia yang diderita.
Bagi pasien yang terlanjur diperbolehkan keluar dari rumah sakit, tetap diberikan porgram latihan yang akan dilakukan selama 2 minggu selama masa periode penyembuhan di rumah. Hasilnya, para penderita Leukimia begitu terkesan usai menjalani secara lengkap program latihan.
"Kami menemukan bahwa pasien mengalami penurunan signifikan dari rasa lelah dan depresi saat menjalani program olahraga. Hal baik juga dicapai dalam peningkatan kemampuan organ pernafasan dan memantapkan otot-otot tubuh," tutur Cladio battaglinie, Asisten Professor Ilmu Olahraga Universitas North Caroolina.
Menurut Battaglini, program olahraga dalam penyembuhan leukimia memiliki nilai strategis lantaran bisa diadaptasikan pada program penyembuhan penyakit kanker lain, yang nantinya akan memerlukan kamar steril dalam rumah sakit untuk 4 hingga 6 minggu demi menghindari resiko infeksi.
"Kami telah menunjukan bahwa pasien tidak hanya mendapatkan latihan secara fisik di rumah sakit melainkan juga menerima latihan psikologis dan manfaat yang didapat dari latihan psikologis membantu pasien menyembuhkan diri," pungkas Battaglini. (cr2/rin)
http://republika.co.id/berita/69440/Olahraga_Dukung_Perawatan_Leukemia
Diabetes Tipe 3 Tak Hanya Mitos
Hampir semua orang pernah mendengar mengenai diabetes tipe 1 dan 2. Namun kini dokter tengah mengamati sebuah kondisi diabetes terbaru yang disebut dengan diabetes tipe 3. Secara sederhana, arti dari diabetes tipe 3 adalah gabungan dari diabetes tipe 1 dan 2 oleh seseorang.
Apakah mungkin seseorang bisa mengalami kondisi tersebut? Sangat mungkin. Orang yang mengidap diabetes tipe 1 secara perlahan bisa terkena diabetes tipe 2 dan berlaku sebaliknya seperti dikutip dari examiner.com, baru-baru ini.
Diabetes tipe 1 terjadi ketika pankreas tidak dapat memperoduksi insulin dalam jumlah cukup untuk mengontrol kadar gula dalam darah. dengan kata lain, Anda mengalami kekurangan insulin.
Dilain pihak, diabetes tipe 2 terjadi ketika tubuh tidak lagi merespon insulin dalam tubuh, sehingga sel tubuh menjadi resisten terhadap insulin.
Dari kedua tipe insulin tersebut, maka penderita bisa mengalami kelebihan gula dalam aliran darahnya sehingga berisiko menyebabkan penyakit jantung, kebutaan, amputasi bahkan kematian.
Skenario pertama, jika Anda pengidap diabetes tipe 2 dan dokter telah menyuruh untuk mengonsumi obat diabetes. Maka obat terseut akan membuat tubuh memproduksi lebih banyak insulin karena sel tubuh tidak merespon insulin yang dihasilkan tubuh.
Pada kondisi itu, pankreas akan bekerja lebih berat secara berkelanjutan untuk memproduksi insulin yang dapat diterima sel tubuh. Hingga akhirnya pankreas dapat rusak karena memproduksi lebih banyak insulin untuk asupan karbohidrat dan gula yang dikonsumsii.
Jika pada akhirnya, pankreas berhenti bekerja karena beban terlalu berat maka akhirnya pengidap diabetes tipe 2 juga dapat terkena diabetes tipe 1. Kondisi itulah yang kemudian disebut dengan diabetes tipe 3.
Sebaliknya, bagaimana pengidap diabetes tipe 1 bisa mengalami diabetes tipe 2? Jika Anda pengidap diabetes tipe 1, biasanya Anda akan mengonsumi suplemen insulin yang mencukupi kebutuhan sehari-hari. Jika konsumsi makanan dengan kadar gula tinggi terus dilakukan, maka pengidap diabetes tipe 1 akan membutuhkan lebih banyak insulin setiap harinya. Pasalnya, tubuh tidak merespon terhadap jumlah insulin yang dimasukkan ke dalam tubuh sebagaimana jumlah awal konsumsi.
Paa jangka panjang, maka sel tubuh akan menjadi resisten terhadap insulin yang otomatis membuat pengidap diabetes tipe 1 sekaligus diabetes tipe 2, yang artinya sama dengan diabetes tipe 3 sebagaimana kondisi pada skenario pertama.
Sebenarnya Anda hanya perlu menerapkan tiga hal dalam mencegah diabetes atau perkembangan diabetes yang sudah Anda derita menjadi diabetes tipe 3 yaitu makan dengan konsumsi gizi seimbang atau coba pola makan raw food diet yaitu konsumsi makanan berasal dari tanaman yang tidak diproses atau dimasak.
Kemudian, konsumsi makanan dengan kadar gula rendah. Berpikiran untuk terus memakan pasta, roti, nasi atau makanan penutup yang tinggi gula karena Anda memiliki obat, sangat tidak benar.
Yang terakhir, lakukan aktivitas fisik sebanyak-banyaknya. Pilih tangga dibandingkan lift atau tangga berjalan. Hirup udara segar di pagi hari dengan berjalan santai di hari libur atau bersepeda bersama keluarga di sekitar lingkungan rumah. (rin)
http://republika.co.id/berita/69172/Diabetes_Tipe_3_Tak_Hanya_Mitos
Apakah mungkin seseorang bisa mengalami kondisi tersebut? Sangat mungkin. Orang yang mengidap diabetes tipe 1 secara perlahan bisa terkena diabetes tipe 2 dan berlaku sebaliknya seperti dikutip dari examiner.com, baru-baru ini.
Diabetes tipe 1 terjadi ketika pankreas tidak dapat memperoduksi insulin dalam jumlah cukup untuk mengontrol kadar gula dalam darah. dengan kata lain, Anda mengalami kekurangan insulin.
Dilain pihak, diabetes tipe 2 terjadi ketika tubuh tidak lagi merespon insulin dalam tubuh, sehingga sel tubuh menjadi resisten terhadap insulin.
Dari kedua tipe insulin tersebut, maka penderita bisa mengalami kelebihan gula dalam aliran darahnya sehingga berisiko menyebabkan penyakit jantung, kebutaan, amputasi bahkan kematian.
Skenario pertama, jika Anda pengidap diabetes tipe 2 dan dokter telah menyuruh untuk mengonsumi obat diabetes. Maka obat terseut akan membuat tubuh memproduksi lebih banyak insulin karena sel tubuh tidak merespon insulin yang dihasilkan tubuh.
Pada kondisi itu, pankreas akan bekerja lebih berat secara berkelanjutan untuk memproduksi insulin yang dapat diterima sel tubuh. Hingga akhirnya pankreas dapat rusak karena memproduksi lebih banyak insulin untuk asupan karbohidrat dan gula yang dikonsumsii.
Jika pada akhirnya, pankreas berhenti bekerja karena beban terlalu berat maka akhirnya pengidap diabetes tipe 2 juga dapat terkena diabetes tipe 1. Kondisi itulah yang kemudian disebut dengan diabetes tipe 3.
Sebaliknya, bagaimana pengidap diabetes tipe 1 bisa mengalami diabetes tipe 2? Jika Anda pengidap diabetes tipe 1, biasanya Anda akan mengonsumi suplemen insulin yang mencukupi kebutuhan sehari-hari. Jika konsumsi makanan dengan kadar gula tinggi terus dilakukan, maka pengidap diabetes tipe 1 akan membutuhkan lebih banyak insulin setiap harinya. Pasalnya, tubuh tidak merespon terhadap jumlah insulin yang dimasukkan ke dalam tubuh sebagaimana jumlah awal konsumsi.
Paa jangka panjang, maka sel tubuh akan menjadi resisten terhadap insulin yang otomatis membuat pengidap diabetes tipe 1 sekaligus diabetes tipe 2, yang artinya sama dengan diabetes tipe 3 sebagaimana kondisi pada skenario pertama.
Sebenarnya Anda hanya perlu menerapkan tiga hal dalam mencegah diabetes atau perkembangan diabetes yang sudah Anda derita menjadi diabetes tipe 3 yaitu makan dengan konsumsi gizi seimbang atau coba pola makan raw food diet yaitu konsumsi makanan berasal dari tanaman yang tidak diproses atau dimasak.
Kemudian, konsumsi makanan dengan kadar gula rendah. Berpikiran untuk terus memakan pasta, roti, nasi atau makanan penutup yang tinggi gula karena Anda memiliki obat, sangat tidak benar.
Yang terakhir, lakukan aktivitas fisik sebanyak-banyaknya. Pilih tangga dibandingkan lift atau tangga berjalan. Hirup udara segar di pagi hari dengan berjalan santai di hari libur atau bersepeda bersama keluarga di sekitar lingkungan rumah. (rin)
http://republika.co.id/berita/69172/Diabetes_Tipe_3_Tak_Hanya_Mitos
Bahaya Perokok Pasif yang Terabaikan
KARANGAYAR-- Pengamat kesehatan, Dr Didik Prasetyo, mengingatkan publik yang selama ini berpendapat keliru yang mengatakan perokok aktif saja yang terkena dampak buruk merokok. Padahal, perokok pasif yang juga sama besarnya kena dampak negatif seringn terabaikan.
Didik Prasetyo dalam acara konsultasi publik soal rencana peraturan bupati kawasan bebas asap rokok, menunjukkan sekitar 57 persen rumah tangga di Indonesia rata-rata terdapat satu orang perokok aktif. Dari angka tersebut, 91,8 persen perokok tersebut berusia lebih 10 tahun.
Menurut Didik, angka tersebut sungguh memprihatinkan. Karena, sebgaian besar setiap penduduk ini terdapat satu anggota keluarga,bahkan lebih tergolong perokok aktif. Anggota keluarga lainnya, termasuk perokok pasif yang turut kena dampak buruk dari bahaya merokok.
Data lain menunjukkan, penduduk Indonesia ternyata masuk lima besar konsumen rokok dunia. Tercatat, menyebabkan kematian sebanyak 427.948 jiwa per tahun.
Jika melihat catatan di tingkat dunia, kematian akibat rokok 4,9 persen per tahun. Sekitar 70 persen terdapat di negera berkembang termasuk Indonesia.
Didik mengingatkan, dampak buruk bagi konsumen rokok sangat besar pengaruhnya terhadap derajat kesehatan seseorang. Beragam penyakit yang ditimbulkan akibat merokok.
"Yang perlu diperhatian publik sekarang, dampak butuk merokok bukan saja dialami perokok aktif saja. Tapi, juga perokok pasif. Ini yang kadang diabaikan dan tidak disadari oleh masyarakat. Perokok pasif yang terkena dampak buruk," tuturnya. (eds/rin)
http://republika.co.id/berita/68918/Bahaya_Perokok_Pasif_yang_Terabaikan
Didik Prasetyo dalam acara konsultasi publik soal rencana peraturan bupati kawasan bebas asap rokok, menunjukkan sekitar 57 persen rumah tangga di Indonesia rata-rata terdapat satu orang perokok aktif. Dari angka tersebut, 91,8 persen perokok tersebut berusia lebih 10 tahun.
Menurut Didik, angka tersebut sungguh memprihatinkan. Karena, sebgaian besar setiap penduduk ini terdapat satu anggota keluarga,bahkan lebih tergolong perokok aktif. Anggota keluarga lainnya, termasuk perokok pasif yang turut kena dampak buruk dari bahaya merokok.
Data lain menunjukkan, penduduk Indonesia ternyata masuk lima besar konsumen rokok dunia. Tercatat, menyebabkan kematian sebanyak 427.948 jiwa per tahun.
Jika melihat catatan di tingkat dunia, kematian akibat rokok 4,9 persen per tahun. Sekitar 70 persen terdapat di negera berkembang termasuk Indonesia.
Didik mengingatkan, dampak buruk bagi konsumen rokok sangat besar pengaruhnya terhadap derajat kesehatan seseorang. Beragam penyakit yang ditimbulkan akibat merokok.
"Yang perlu diperhatian publik sekarang, dampak butuk merokok bukan saja dialami perokok aktif saja. Tapi, juga perokok pasif. Ini yang kadang diabaikan dan tidak disadari oleh masyarakat. Perokok pasif yang terkena dampak buruk," tuturnya. (eds/rin)
http://republika.co.id/berita/68918/Bahaya_Perokok_Pasif_yang_Terabaikan
Hindari Serangan Jantung, Optimistislah !!!!
BEIJING--Menjadi optimistis dapat secara mencolok mengurangi kemungkinan serangan sakit jantung atau bahkan kematian, demikian hasil satu studi baru yang dikutip laporan media, Selasa.
Studi tersebut, yang dilakukan oleh beberapa peneliti dari University of Pittsburgh, mendapati orang yang gembira, dan memiliki harapan cenderung berada dalam kondisi yang lebih baik dibandingkan dengan mereka yang menjalani hidup dengan pandangan yang lebih suram, demikian dikutip dari Xinhuanet-OANA.
Studi itu telah melacak lebih dari 97.000 perempuan Amerika yang telah memasuki masa menopause selama lebih dari delapan tahun, studi terbesar sampai saat ini mengenai dampak berpikir positif pada kesehatan.
Semua perempuan yang ikut dalam studi tersebut menyelesaikan berbagai survei saat memasuki studi guna menilai tingkat optimisme mereka dan tingkat sinisme serta permusuhan secara umum.
Setelah mengikuti perkembangan mereka selama delapan tahun, dibandingkan dengan orang pesimistis, orang yang optimistis memiliki resiko 9 persen lebih rendah terhadap serangan sakit jantung dan 14 persen lebih rendah terhadap kemungkinan kematian.
"Kebanyakan bukti menunjukkan bahwa tingkat kenegatifan yang lebih tinggi dan terus-menerus berbahaya bagi kesehatan," kata Dr. Hilary A. Tindle, ahli penyakit-dalam di University of Pittsburgh Medical Center dan penulis utama laporan mengenai studi tersebut.
Meskipun tim penelitian itu mengatakan bahwa tidak jelas mengapa orang yang optimistis lebih sehat, hasil studi tersebut menunjukkan orang yang optimistis memiliki kemungkinan lebih kecil untuk menjadi tertekan dan merokok.
Pada saat yang sama, orang yang optimistis lebih mungkin untuk menjadi lebih muda, memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi dan memiliki penghasilan yang lebih besar. ant/ahi
http://republika.co.id/berita/68598/Hindari_Serangan_Jantung_Optimistislah
Studi tersebut, yang dilakukan oleh beberapa peneliti dari University of Pittsburgh, mendapati orang yang gembira, dan memiliki harapan cenderung berada dalam kondisi yang lebih baik dibandingkan dengan mereka yang menjalani hidup dengan pandangan yang lebih suram, demikian dikutip dari Xinhuanet-OANA.
Studi itu telah melacak lebih dari 97.000 perempuan Amerika yang telah memasuki masa menopause selama lebih dari delapan tahun, studi terbesar sampai saat ini mengenai dampak berpikir positif pada kesehatan.
Semua perempuan yang ikut dalam studi tersebut menyelesaikan berbagai survei saat memasuki studi guna menilai tingkat optimisme mereka dan tingkat sinisme serta permusuhan secara umum.
Setelah mengikuti perkembangan mereka selama delapan tahun, dibandingkan dengan orang pesimistis, orang yang optimistis memiliki resiko 9 persen lebih rendah terhadap serangan sakit jantung dan 14 persen lebih rendah terhadap kemungkinan kematian.
"Kebanyakan bukti menunjukkan bahwa tingkat kenegatifan yang lebih tinggi dan terus-menerus berbahaya bagi kesehatan," kata Dr. Hilary A. Tindle, ahli penyakit-dalam di University of Pittsburgh Medical Center dan penulis utama laporan mengenai studi tersebut.
Meskipun tim penelitian itu mengatakan bahwa tidak jelas mengapa orang yang optimistis lebih sehat, hasil studi tersebut menunjukkan orang yang optimistis memiliki kemungkinan lebih kecil untuk menjadi tertekan dan merokok.
Pada saat yang sama, orang yang optimistis lebih mungkin untuk menjadi lebih muda, memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi dan memiliki penghasilan yang lebih besar. ant/ahi
http://republika.co.id/berita/68598/Hindari_Serangan_Jantung_Optimistislah
Olahraga Perpanjang Usia Pasien Ginjal
Berolahraga tidak hanya baik untuk menjaga kesehatan, namun juga memperpanjang usia harapan hidup terutama untuk para penderita penyakit ginjal. Demikian diungkap oleh sebuah penelitian seperti dilansir Healthday, Kamis (8/10).
Banyak pasien yang mengalami penyakit ginjal kronis atau chronic kidney disease (CKD) meninggal lebih awal. Namun, seringkali penyebab kematian itu tidak terkait langsung dengan masalah ginjal, menurut informasi dari penelitian tersebut.
Para peneliti menganalisa data yang dikumpulkan dari 15.368 partisipan dari US National Health and Nutrition Examination Survey III. Dari seluruh pastisipan, sekitar 5,9 persen mengalami penyakit CKD. Berdasarkan aktivitas fisik yang dihitung berdasarkan frekuensi dan intensivitas, para partisipan dibagi menjadi tiga kelompok yaitu tidak aktif, sesekali aktif dan aktif.
Studi kemudian menemukan, sekitar 28 persen dari pasien CKD yang tidak aktif dibandingkan dengan 13,5 persen partisipan tanpa CKD. Partisipan aktif dan sesekali aktif sekitar 56 persen dan 42 persen lebih lama hidup dibandingkan dengan pasien CKD tidak aktif. Manfaat yang sama juga diperoleh oleh partisipan tanpa CKD.
"Data tersebut menyarankan, kenaikan aktivitas fisik kemungkinan meningkatkan usia harapan hidup untuk penderita CKD. Hal itu sangat penting terutama untuk pasien tingkat III CKD yang biasanya meninggal sebelum mereka mencapai tingkat akhir dari penyakit tersebut," ujar Dr. Srinivasan Beddhu dari Salt Lake City Veterans Administration Healthcare System and University of Utah, Amerika Serikat. rin
http://republika.co.id/berita/81323/Olahraga_Perpanjang_Usia_Pasien_Ginjal
Banyak pasien yang mengalami penyakit ginjal kronis atau chronic kidney disease (CKD) meninggal lebih awal. Namun, seringkali penyebab kematian itu tidak terkait langsung dengan masalah ginjal, menurut informasi dari penelitian tersebut.
Para peneliti menganalisa data yang dikumpulkan dari 15.368 partisipan dari US National Health and Nutrition Examination Survey III. Dari seluruh pastisipan, sekitar 5,9 persen mengalami penyakit CKD. Berdasarkan aktivitas fisik yang dihitung berdasarkan frekuensi dan intensivitas, para partisipan dibagi menjadi tiga kelompok yaitu tidak aktif, sesekali aktif dan aktif.
Studi kemudian menemukan, sekitar 28 persen dari pasien CKD yang tidak aktif dibandingkan dengan 13,5 persen partisipan tanpa CKD. Partisipan aktif dan sesekali aktif sekitar 56 persen dan 42 persen lebih lama hidup dibandingkan dengan pasien CKD tidak aktif. Manfaat yang sama juga diperoleh oleh partisipan tanpa CKD.
"Data tersebut menyarankan, kenaikan aktivitas fisik kemungkinan meningkatkan usia harapan hidup untuk penderita CKD. Hal itu sangat penting terutama untuk pasien tingkat III CKD yang biasanya meninggal sebelum mereka mencapai tingkat akhir dari penyakit tersebut," ujar Dr. Srinivasan Beddhu dari Salt Lake City Veterans Administration Healthcare System and University of Utah, Amerika Serikat. rin
http://republika.co.id/berita/81323/Olahraga_Perpanjang_Usia_Pasien_Ginjal
Ibu Porokok, Anak Temperamental
LONDON – Bila Anda seorang calon ibu dan perokok, berhati-hatilah. Penelitian terbaru yang dihelat Cardiff University's School of Medicine menunjukkan, ibu perokok akan melahirkan anak-anak yang secara emosi labih dan cenderung temperamental saat memasuki usia remaja.
Penlitian yang melibatkan 6.356 responden remaja usia 12 tahun itu dilakukan awal tahun ini. Mereka diwawancara satu persatu menyangkut kelainan psikotis mereka, sepertui halusinasi dan delusi. Hasilnya, 19 persen dari mereka mempunyai ibu yang perokok dan tetap aktif merokok ketika hamil mereka. Bahkan, 11 persen lebih atau sekitar 734 anak memiliki kelainan psikosis sejak kecil.
Hasil penelitian yang dipublikasi di British Journal of Psychiatry ini melengkapi penelitian-penelitian sebelumnya tentang bahaya rokok bagi kehamilan. Penelitian sebelumnya menunjukkan, rokok sangat berbahaya bagi janin. Risiko itu antara lain menyebabkan berat badan janin rendah hingga mati di dalam kandungan karena kelainan jantung.
Stanley Zammit, pakar psikiatri yang memimpin penelitian itu menyebut, ibu perokok lebih berisiko melahirkan anak-anak yang bermasalah dengan kejiwaannya ketimbang ibu-ibu yang tidak merokok. “Peluang mereka 20 persen lebih banyak,” ujarnya. Bahkan, rokok bagi kehamilan dinilainya lebih berbahaya ketimbang alkohol. N reuters/tri
http://republika.co.id/berita/79218/Ibu_Porokok_Anak_Temperamental
Penlitian yang melibatkan 6.356 responden remaja usia 12 tahun itu dilakukan awal tahun ini. Mereka diwawancara satu persatu menyangkut kelainan psikotis mereka, sepertui halusinasi dan delusi. Hasilnya, 19 persen dari mereka mempunyai ibu yang perokok dan tetap aktif merokok ketika hamil mereka. Bahkan, 11 persen lebih atau sekitar 734 anak memiliki kelainan psikosis sejak kecil.
Hasil penelitian yang dipublikasi di British Journal of Psychiatry ini melengkapi penelitian-penelitian sebelumnya tentang bahaya rokok bagi kehamilan. Penelitian sebelumnya menunjukkan, rokok sangat berbahaya bagi janin. Risiko itu antara lain menyebabkan berat badan janin rendah hingga mati di dalam kandungan karena kelainan jantung.
Stanley Zammit, pakar psikiatri yang memimpin penelitian itu menyebut, ibu perokok lebih berisiko melahirkan anak-anak yang bermasalah dengan kejiwaannya ketimbang ibu-ibu yang tidak merokok. “Peluang mereka 20 persen lebih banyak,” ujarnya. Bahkan, rokok bagi kehamilan dinilainya lebih berbahaya ketimbang alkohol. N reuters/tri
http://republika.co.id/berita/79218/Ibu_Porokok_Anak_Temperamental
Waspadai, Mayoritas Anak tak Paham Bahaya Junkfood
LONDON--Tindakan preventif terhadap bahaya makanan siap saji atau terkenal dengan istilah junkfood nampaknya harus terus digalakan. Survey yang dilakukan British Heart Foundation's Food4Thought melaporkan, 2/3 anak dengan rentang usia 8-15 tahun mengaku tidak tahu makanan siap saji berbahaya dan bisa membunuh mereka.
Hasil survei lainnya menyebut angka 75% dari anak tidak mengetahui bahwa diet "seenaknya" bisa mempersingkat kuantitas hidup mereka. 45% dari anak-anak juga tidak mengetahui bahwa mengkonsumsi makanan cepat saji memiliki dampak berbahaya seperti obesitas, gigi membusuk, menjadi bahan olokan dan secara sosial, kegemukan membuat mereka tidak populer.
"Prediksi terakhir dari survei memperkirakan pada 2050 nanti, 2/3 anak akan mengalami obesitas dan anak-anak itu akan memiliki umur yang lebih pendek dari orang tua mereka," ujar juru bicara British Heart Foundation's Food4Thought seperti yang dikutip The Telegraph, Senin (28/9) waktu setempat.
Obsesitas, kata dia, akan menjadi penyebab utama penyakit jantung. Sebab itu perlu gerakan guna membuat anak lebih aktif, bagian dari kegiatan melawan obesitas pada anak. Tentu saja, anjuran untuk tidak mengkonsumsi makanan siap saji atau junkfood dan pendidikan pola makan sehat dari keluarga.
BHF merupakan salah lembaga yang mengkhawatirkan masyarakat di Inggris atas kasus obesitas makin meningkat dikalangan remaja. LSM tersebut tengah merancang berbagai kegiatan yang memunculkan ketertarikan kepada anak untuk lebih memahami kesehatan.
Berbagai aktivitas dan kampanye disiapkan guna memudahkan proses pencegahan dini, seperti permainan, poster dan acara-acara sponsor. Kampanye didesain khusus untuk mempermudah anak untuk memilih makanan yang mereka makan dan anjuran melakukan olah raga. cr2/itz
http://republika.co.id/berita/79219/Waspadai_Mayoritas_Anak_tak_Paham_Bahaya_Junkfood
Hasil survei lainnya menyebut angka 75% dari anak tidak mengetahui bahwa diet "seenaknya" bisa mempersingkat kuantitas hidup mereka. 45% dari anak-anak juga tidak mengetahui bahwa mengkonsumsi makanan cepat saji memiliki dampak berbahaya seperti obesitas, gigi membusuk, menjadi bahan olokan dan secara sosial, kegemukan membuat mereka tidak populer.
"Prediksi terakhir dari survei memperkirakan pada 2050 nanti, 2/3 anak akan mengalami obesitas dan anak-anak itu akan memiliki umur yang lebih pendek dari orang tua mereka," ujar juru bicara British Heart Foundation's Food4Thought seperti yang dikutip The Telegraph, Senin (28/9) waktu setempat.
Obsesitas, kata dia, akan menjadi penyebab utama penyakit jantung. Sebab itu perlu gerakan guna membuat anak lebih aktif, bagian dari kegiatan melawan obesitas pada anak. Tentu saja, anjuran untuk tidak mengkonsumsi makanan siap saji atau junkfood dan pendidikan pola makan sehat dari keluarga.
BHF merupakan salah lembaga yang mengkhawatirkan masyarakat di Inggris atas kasus obesitas makin meningkat dikalangan remaja. LSM tersebut tengah merancang berbagai kegiatan yang memunculkan ketertarikan kepada anak untuk lebih memahami kesehatan.
Berbagai aktivitas dan kampanye disiapkan guna memudahkan proses pencegahan dini, seperti permainan, poster dan acara-acara sponsor. Kampanye didesain khusus untuk mempermudah anak untuk memilih makanan yang mereka makan dan anjuran melakukan olah raga. cr2/itz
http://republika.co.id/berita/79219/Waspadai_Mayoritas_Anak_tak_Paham_Bahaya_Junkfood
Lingkungan Bisa Jadi Pemicu Anak Obesitas
WASHINGTON--Faktor lingkungan merupakan salah satu dalang utama penyebab obesitas pada anak. Sebabnya, perlu dan harus dilakukan langkah-langkah pencegahan guna menghindarkan pengaruh negatif lingkungan dalam membentuk obesitas pada anak. Sebagai contoh, menaikan pajak khusus makanan khusus cepat saji.
Meskipun pada dasarnya, selera makan tergantung setiap individu akan tetapi lingkungan turut andil menciptakan beberapa pilihan pada anak terhadap makanan yang disukainya. Sebab itu, pemerintah lokal dan pusat harus bersinergi guna membuat kemudahan kepada setiap keluarga untuk membuat pilihan kesehatannya.
"Di beberapa komunitas, mungkin saja mudah menjalanka langkah-langkah kesehatan ketimbang tempat lain," tukas Dr. Eduardo, Kepala Rumah Sakiit Blue Cross and Blue Shiled Of Texas, seperti yang dikutip AP, Senin (7/9) waktu setempat. Sebab itu, menurut dia, langkah individu untuk memulainya bisa membuat perbedaan besar dan satu waktu akan membawa masyarakat menuju ke arah yang benar.
Seperti diketahui, 2/3 dari penduduk AS mengalami obesitas dan kecenderung obesitas pada anak meningkat tiga kali lipat dari 3 dekade terakhir. Sekitar 18% dari anak remaja sekarang menderita obesitas dan para dokter di AS kini merasa khawatir bahwa generasi yang sekarang tumbuh tak lama lagi lepas dari pengawasan orang tua.
Banyak cara yang bisa dilakukan guna mencegah obesitas. Akan tetapi, keberadaan peraturan pemerintah terkadang bersebarangan dengan keinginan masyarakat untuk menciptakan lingkungan sehat. Akibatnya, arah menuju pencegahan obesitas cenderung melambat. Sebagai contoh, pemerintah AS lebih memilih mendirikan bangunan resto dengan bahan baku yang menyehatkan ketimbang menaikan pajak resto cepat saji. cr2/rin
http://republika.co.id/berita/75198/Lingkungan_Bisa_Jadi_Pemicu_Anak_Obesitas
Meskipun pada dasarnya, selera makan tergantung setiap individu akan tetapi lingkungan turut andil menciptakan beberapa pilihan pada anak terhadap makanan yang disukainya. Sebab itu, pemerintah lokal dan pusat harus bersinergi guna membuat kemudahan kepada setiap keluarga untuk membuat pilihan kesehatannya.
"Di beberapa komunitas, mungkin saja mudah menjalanka langkah-langkah kesehatan ketimbang tempat lain," tukas Dr. Eduardo, Kepala Rumah Sakiit Blue Cross and Blue Shiled Of Texas, seperti yang dikutip AP, Senin (7/9) waktu setempat. Sebab itu, menurut dia, langkah individu untuk memulainya bisa membuat perbedaan besar dan satu waktu akan membawa masyarakat menuju ke arah yang benar.
Seperti diketahui, 2/3 dari penduduk AS mengalami obesitas dan kecenderung obesitas pada anak meningkat tiga kali lipat dari 3 dekade terakhir. Sekitar 18% dari anak remaja sekarang menderita obesitas dan para dokter di AS kini merasa khawatir bahwa generasi yang sekarang tumbuh tak lama lagi lepas dari pengawasan orang tua.
Banyak cara yang bisa dilakukan guna mencegah obesitas. Akan tetapi, keberadaan peraturan pemerintah terkadang bersebarangan dengan keinginan masyarakat untuk menciptakan lingkungan sehat. Akibatnya, arah menuju pencegahan obesitas cenderung melambat. Sebagai contoh, pemerintah AS lebih memilih mendirikan bangunan resto dengan bahan baku yang menyehatkan ketimbang menaikan pajak resto cepat saji. cr2/rin
http://republika.co.id/berita/75198/Lingkungan_Bisa_Jadi_Pemicu_Anak_Obesitas
30 Menit untuk Cegah Kanker Payudara
LONDON-- Sebanyak 4 dari 10 perempuan yang terkena kanker payudara, sebenarnya bisa mencegah dengan mengusung gaya hidup sehat. Demikian hasil pengamatan para peneliti secara garis besar dengan melihat keterkaitan antara kanker dengan gaya hidup seperti yang dikutip dari The Telegraph, baru-baru ini.
Gaya hidup sehat itu yaitu mengonsumi sedikit alkohol, olahraga lebih giat, menjaga berat badan dan merawat payudara secara radikal berpotensi untuk mengurangi jumlah kasus penderita kanker payudara. Pengamatan yang melibatkan 900 ilmuwan dari berbagai disiplin ilmu dan beberapa institusi besar seperti World Cancer Researh Fund (WCRF) dan Imperial College London menemukan fakta dimana perubahan kecil bisa menyelamatkan ratusan perempuan dari kanker payudara.
Di Inggris sendiri, 45 ribu perempuan mengalami peningkatan kasus setiap tahun untuk kanker payudara. Satu dari tiga perempuan inggris meninggal saat mengobati penyakit.
Profesor Martin Wiseman, Penasihat WCRF mengatakan penelitian yang dilakukan pihaknya mewakili gambaran umum yang pernah diketahui sebelumnya, bagaimana gaya hidup mempengaruhi resiko perempuan terhadap kanker. "Ini artinya, kita semakin yakin bahwa pembatasan konsumsi alkohol, menjaga berat badan dan aktif secara fisik membuat perbedaan signifikan pada resiko kanker," tukasnya.
Data terakhir yang berhasil dihimpun Martin dan tim penelitil lain diperoleh 40% dari setiap kasus di Inggris bisa dicegah dengan membuat perubahan yang relatif langsung dimana sekitar 45 ribu perempuan didiagnosa menderita kanker setiap tahunnya. Jadi, kata dia, melakukan perubahan gaya hidup akan memberikan perbedaan besar,
Berdasarkan temuannya itu, WCRF menyarankan kepada setiap perempuan untuk menjaga berat badannya melalui aktivitas fisik selama 30 menit setiap harinya. "Jika mereka mengkonsumsi alkohol, perempuan harus membatasi konsumsinya menjadi satu hari sekali," tegasnya
Tak hanya itu, organisasi tersebut juga meminta kepada setiap perempuan untuk memeriksakan kondisi payudara secara berkala minimal 6 bulan sekali. Lalu menambahkan cairan dan makanan yang sehat guna mengurangi resiko berkembanganya penyakit kanker.
Pakar Kanker, Sarah Cant berpendapat meski telah mengetahui hasil penelitian itu sejak lama dimana menjaga berat badan, menjalani aktivitas fisik dan mengurangi konsumi alkohol bisa membantu menguruangi resiko kanker. "Ini berita baik bahwa studi lanjutan terus dilakukan,"tegasnya.
Meski diakui Sarah belum mampu secara menyeluruh meminimalisasi kasus kanker payudara. Sarah menilai posisi penelitian memiliki arti penting guna memberikan perhatian lebih kepada perempuan untuk melangkah ke depan dalam menghadapi kanker payudara.
Pendapat yang sama disampaikan Dr. Alison Ross dari Pusat Penelitian Kanker di Inggris. Dia menyatakan hasil penelitian itu mengkonfimasi ulang bahwa perempuan bisa mengurangi resiko terhadap kanker payudara dengan melakukan tiga tersebut. "Melaksanakan gaya hidup sehat tidak serta merta menjamin setiap perempuan untuk tidak terkena kanker payudara tapi bisa meminimalisir," tukasnya.
Dia menambahkan, jika perempuan secara rutin memeriksa kesehatan payudara mereka dan menjaga perhatian terhadap segala pemicu kanker payudara. Secara otomatis para perempuan bisa memperoleh tanda awal dari penyakit sehingga tindak pengobatan bisa sukses berlangsung.
CEO WCRF, Marilyn Gentry mengatakan kegiatan penelitian yang dilakukan diyakini sangat penting bagi masyarakat guna mendapatkan akses yang berbasis penelitian terkini. "Ketika masyarakat membaca tentang penelitian terbaru sangat dimungkinkan baginya untuk mendapatkan penemuan tersebut dan berpikir ulang untuk tidak mengindahkan setiap hasil peneiltian yang telah dilakukan. Tapi ide dari proyek ini merupakan tugas buat mereka," pungkasnya. cr2/rin
http://republika.co.id/berita/74662/30_Menit_untuk_Cegah_Kanker_Payudara
Gaya hidup sehat itu yaitu mengonsumi sedikit alkohol, olahraga lebih giat, menjaga berat badan dan merawat payudara secara radikal berpotensi untuk mengurangi jumlah kasus penderita kanker payudara. Pengamatan yang melibatkan 900 ilmuwan dari berbagai disiplin ilmu dan beberapa institusi besar seperti World Cancer Researh Fund (WCRF) dan Imperial College London menemukan fakta dimana perubahan kecil bisa menyelamatkan ratusan perempuan dari kanker payudara.
Di Inggris sendiri, 45 ribu perempuan mengalami peningkatan kasus setiap tahun untuk kanker payudara. Satu dari tiga perempuan inggris meninggal saat mengobati penyakit.
Profesor Martin Wiseman, Penasihat WCRF mengatakan penelitian yang dilakukan pihaknya mewakili gambaran umum yang pernah diketahui sebelumnya, bagaimana gaya hidup mempengaruhi resiko perempuan terhadap kanker. "Ini artinya, kita semakin yakin bahwa pembatasan konsumsi alkohol, menjaga berat badan dan aktif secara fisik membuat perbedaan signifikan pada resiko kanker," tukasnya.
Data terakhir yang berhasil dihimpun Martin dan tim penelitil lain diperoleh 40% dari setiap kasus di Inggris bisa dicegah dengan membuat perubahan yang relatif langsung dimana sekitar 45 ribu perempuan didiagnosa menderita kanker setiap tahunnya. Jadi, kata dia, melakukan perubahan gaya hidup akan memberikan perbedaan besar,
Berdasarkan temuannya itu, WCRF menyarankan kepada setiap perempuan untuk menjaga berat badannya melalui aktivitas fisik selama 30 menit setiap harinya. "Jika mereka mengkonsumsi alkohol, perempuan harus membatasi konsumsinya menjadi satu hari sekali," tegasnya
Tak hanya itu, organisasi tersebut juga meminta kepada setiap perempuan untuk memeriksakan kondisi payudara secara berkala minimal 6 bulan sekali. Lalu menambahkan cairan dan makanan yang sehat guna mengurangi resiko berkembanganya penyakit kanker.
Pakar Kanker, Sarah Cant berpendapat meski telah mengetahui hasil penelitian itu sejak lama dimana menjaga berat badan, menjalani aktivitas fisik dan mengurangi konsumi alkohol bisa membantu menguruangi resiko kanker. "Ini berita baik bahwa studi lanjutan terus dilakukan,"tegasnya.
Meski diakui Sarah belum mampu secara menyeluruh meminimalisasi kasus kanker payudara. Sarah menilai posisi penelitian memiliki arti penting guna memberikan perhatian lebih kepada perempuan untuk melangkah ke depan dalam menghadapi kanker payudara.
Pendapat yang sama disampaikan Dr. Alison Ross dari Pusat Penelitian Kanker di Inggris. Dia menyatakan hasil penelitian itu mengkonfimasi ulang bahwa perempuan bisa mengurangi resiko terhadap kanker payudara dengan melakukan tiga tersebut. "Melaksanakan gaya hidup sehat tidak serta merta menjamin setiap perempuan untuk tidak terkena kanker payudara tapi bisa meminimalisir," tukasnya.
Dia menambahkan, jika perempuan secara rutin memeriksa kesehatan payudara mereka dan menjaga perhatian terhadap segala pemicu kanker payudara. Secara otomatis para perempuan bisa memperoleh tanda awal dari penyakit sehingga tindak pengobatan bisa sukses berlangsung.
CEO WCRF, Marilyn Gentry mengatakan kegiatan penelitian yang dilakukan diyakini sangat penting bagi masyarakat guna mendapatkan akses yang berbasis penelitian terkini. "Ketika masyarakat membaca tentang penelitian terbaru sangat dimungkinkan baginya untuk mendapatkan penemuan tersebut dan berpikir ulang untuk tidak mengindahkan setiap hasil peneiltian yang telah dilakukan. Tapi ide dari proyek ini merupakan tugas buat mereka," pungkasnya. cr2/rin
http://republika.co.id/berita/74662/30_Menit_untuk_Cegah_Kanker_Payudara